Dikiranya Harimau Ternyata Kucing

Faktanya sekarang yang bersangkutan bukan menjadi Macan Asia seperti yang digadang-gadang oleh pendukungnya yang disegani atau ditakuti negara lain dengan aumannya.

Minggu, 5 Januari 2020 | 19:46 WIB
0
418
Dikiranya Harimau Ternyata Kucing
Prabowo Subianto (Foto: okezone.com)

Kapal-kapal penangkap ikan China memasuki wilayah Natuna dengan dikawal kapal Coast Guard. Bagi pemerintah Indonesia ini merupakan pelanggaran atas Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE). Akan tetapi China merasa tidak melanggar batas wilayah perairan Indonesia, karena ia merasa masih di wilayah perairannya. Tentu ini klaim sepihak dari China yang mengabaikan hukum Internasional.

Kontan saja, atas pelanggaran kapal China yang memasuki wilayah perairan Natuna, pemerintah melalui Menteri Luar Negeri yaitu Retno Marsudi melakukan nota protes kepada pemerintah China. Bahkan Menteri Retno Marsudi secara tegas menyatakan, bahwa kapal-kapal China telah melanggar karena memasuki wilayah perairan Natuna yang secara Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)  merupakan perairan Indonesia dan China tidak berhak mengklaim perairan itu miliknya.

Menteri Menkoolhukam Mahfud MD juga secara tegas menolak negosiasi dan Laut Cina Selatan sepenuhnya milik Indonesia. Bahkan Mahfud MD mengatakan "Kedaulatan tidak boleh ditukar dengan kepentingan investasi."

Ketua MPR Bambang Soesatyo juga meminta kepada pemerintah untuk tegas dalam mengambil sikap-atas pelanggaran yang dilakukan oleh China.

Kepala Staf Presiden Moeldoko juga mengatakan, "Soal kedaulatan wilayah tidak bisa dinegosiasikan."

Akan tetapi pernyataan sikap yang datar atau dingin justru keluar dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang digadang-gadang menjadi Macan Asia mengatakan, "Cina adalah negara sahabat atau cool saja."

Pernyataan sikap Menhan Prabowo tidak lugas dan tegas seperti Menteri Luar Negeri dan Menkopolhukan yaitu Retno Marsudi dan Mahfud MD.

Pernyataan sikap tegas bukan berarti ingin mengajak perang dengan China. Akan tetapi ketegasan sikap atas pelanggaran batas wilayah perairan di Natuna juga sangat diperlukan. Tidak boleh lembek.

Bisa jadi sikap Menhan Probowo yang cenderung datar terkait Natuna karena beberapa hari sebelumnya yang bersangkutan melakukan kunjungan ke China dan penjajakan terkait sistem pertahanan atau ingin belanja alutsista dari China.

Ini terkesan lucu, mau membeli senjata dari China tetapi Cina melakukan pelanggaran batas wilayah perairan di Natuna. Terus alutsista tersebut digunakan untuk melawan alutsista negara China yang jauh lebih maju.

Prabowo tidak segarang di atas mimbar waktu kampanye yang sering menuduh pemerintah antek asing dan aseng dan kekayaan mengalir ke luar. Sekarang ketika menjadi bagian dari pemerintah sikap garang yang berapi-api kalau berpidato diatas mimbar yang kadang diselingi aksi gebrak meja hilang seketika atau mlempem seperti krupuk yang kebanjiran.

Prabowo yang terkenal dengan jargon, "seribu kambing kalau dipimpin oleh harimau, maka akan mengaum semua, tetapi kalau seribu harimua dipimpin oleh seekor kambing, maka akan mengembek semua."

Faktanya sekarang yang bersangkutan bukan menjadi Macan Asia seperti yang digadang-gadang oleh pendukungnya yang disegani atau ditakuti negara lain dengan aumannya. Yang ada cuma seperti kucing kesayanganya , Bobby, yang cuma bisa mengeong.

Begitulah sebelum dan sesudah menjadi bagian pemerintah terkadang bisa berbalik 180 derajat. Sebelum menjadi bagian pemerintah bebas mengkritik dan berbicara seakan bisa memberi solusi, tetapi setelah menjadi bagian pemerintah terlihat gagap dan tidak segarang persepsi masyarakat. Karena alamnya alam realita yang setiap ucapan dan kebijakannya akan membawa resiko dan konsekuensi.

Jangan sampai Macan berubah menjadi Kucing rumahan yang manja dan lucu.

***