Kearifan lokal Indonesia sengaja dibunuh. Kebudayaan dan peradaban Indonesia yang sudah lama ada hendak dibongkar. Dengan mimpi khilafah.
Sangat menarik berita belakangan yang viral. Radikalisme yang dibangun pun telah merasuk ke mana-mana. Franchise asal Korsel Tous Les Jours pun termakan intoleransi, anti pluralism. Ketika dia ada di tangan kadal gurun di Indonesia. Menolak membuat ucapan kue tart dengan ucapan Natal, Valentine, dan Imlek merupakan kekonyolan tak tertahankan.
Mabuk agama sedemikian dalam. Hingga seluruh kehidupan dianggap haram. Inklusivisme adalah barang yang semakin langka di Indonesia. Negara Indonesia ini semakin diarahkan menuju negara monoreligi. Negara satu agama. Kenapa? Mari kita bedah.
Yang mencengangkan adalah bahwa kasus Tous Les Jours disinyalir melibatkan salah satu pengelola: Sandrina Malakiano. Dia bini si penggagas kampanye ayat dan mayat di DKI Jakarta 2017. Eep Saefulloh Fatah. Jadi sangat masuk akan jika kebijakan yang dibuat ya seperti itu. Mereka adalah pasangan yang mabuk kepayang ayat dan mayat.
Makin ke dalam. Ternyata di situ ada kaitan dengan perizinan yang disebutkan terkait dengan biang fatwa. MUI. Sumber dari politik identitas menjadi senjata menghancurkan Ahok. Membangun agama sebagai kendaraan politik.
Kaum Radikal Diberi Angin
Akibat dari radikalisme yang dibangun. Karena diberi angin oleh Negara. Ideologi seperti khilafah, HTI, Ikhawanul Muslimin, Wahabi dan sebangsanya terus diberi tempat. Kebangsaan ditinggalkan. Salah satu bentuk pembenaran tentang keyakinan ideologi Islam yang dilembagakan adalah Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Aceh.
Akibat memberi kelembagaan resmi adalah bahwa ada diskresi dan kekhususan yang dibolehkan. Bahkan ada partai lokal Aceh segala. Tambah lagi hukum satu-satunya di Bumi: Qanun Aceh yang bersumber syariat Islam. Padahal dalam hal pelaksanaan amburadul bukan kepalang.
Tak ada yang beda pemerintahan daerah yang menggunakan simbol agama. Gubernur Irwandi juga korup. Bahkan pembuat aturan UU Qanun pun ikut melanggar. Moralitas agama tidak bisa sejalan dengan moralitas Negara. Dua hal yang berbeda.
Agama Disalahgunakan
Ketika agama digunakan sebagai alat untuk menindas kaum minoritas, maka segala cara menjadi benar, Untuk menghancurkan. Pembenaran atas nama tuhan menjadi alat membelah kebenaran kemanusiaan.
Kisah kehancuran kemanusiaan di Eropa juga karena menyembah agama sebagai kebenaran bernegara. Agama menjadi alat bagi penguasa, kaum kaya, kaum beragama, untuk mencapai tujuannya: kekuasaan dan kekayaan.
Agama dan kepercayaan senantiasa menjadi alat untuk memusnahkan kemanusiaan. Kisah kehancuran kepercayaan kuno Inka dan Maya di Amerika Latin yang dihancurkan oleh Spanyol menunjukkan keyakinan yang dominan dan kuat akan menghancurkan keyakinan dan kepercayaan kecil. Yang pengikutnya sedikit. Terjadi tirani mayoritas atas minoritas.
(Namun kadang agama dan kepercayaan yang digunakan secara benar menghasilkan peradaban yang hebat. Hanya kepercayaan kuno, Hindu, Buddha, Mesir, Tiongkok, Persia, Inka Maya yang menghasilkan monumen hebat. ISIS marah besar dan menghancurkan peradaban pra Islam di Timur Tengah, Iraq dan Syria.)
Di Indonesia. Negara dengan Dasar Negara paling futuristik di Bumi menjadi sasaran penghancuran kaum Kadal Gurun. Kaum barbar yang gagal di tanah asal mereka. Lihat porak-poranda kemanusiaan di Timur Tengah (dan menyempil kekuatan sekuler Israel yang maju.) Penyebabnya adalah ISIS menjadi penentu kebenaran ajaran Tuhan.
Baca Juga: Belanja di Toko Pribumi
Dan, itu sedang diupayakan dilembagakan di Indonesia. Impor keyakinan khilafah kadal gurun di Indonesia semakin marak. Padahal di Arab sana porak poranda tanpa bentuk. Yaman, Saudi, Iraq, Libya, Syria. Kebudayaan yang sangat berbeda dengan Indonesia yang pluralis. Mereka barbar. Kayak begitu kok ditiru.
Kearifan lokal Indonesia sengaja dibunuh. Kebudayaan dan peradaban Indonesia yang sudah lama ada hendak dibongkar. Dengan mimpi khilafah.
Mereka melakukan langkah strategis untuk menghancurkan NKRI. Caranya ya sederhana. Dari yang simple. Soal Natal, soal ucapan Imlek. Soal kue seperti Tous Les Jours adalah langkah efektif memecah belah bangsa dan Negara yang pluralis. Mereka menjadi bagian dari upaya yang akan menghancurkan Indonesia. Lawan!
Ninoy Karundeng, penulis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews