Maka saat Iwan Fals mencuit seperti itu, dianggapnya pelantun lagu Guru Oemar Bakri itu pun ikut-ikutan Jokowi menyalahkan SBY.
Penyanyi dan musisi legendaris Iwan Fals, menuai cuitan balik dari netizen usai pelantun lagu Bento itu mencuit perilaku para Presiden di Indonesia ini yang dianggap suka menyalahkan Presiden yang digantinya.
Ada pun cuitan Iwan Fals itu berbunyi: "Gini lo, zaman Bung Karno ngelawan penjajah, zaman Pak Harto nyalahin Bung Karno, zaman Habibi Timor Timur lepas, zaman Gusdur ngritik Pak Harto, Jaman Bu Mega, nganuin Gusdur, zaman SBY nyinyirin Mega, zaman Jokowi nyinggung SBY...lha kapan benernya elit2 itu," cuit Iwan melalui akun twitternya @iwanfals, Minggu (23/12).
Hanya saja para netizen yang mencuit balik terhadap cuitan ayah mendiang Galang Rambu Anarki tersebut, sepertinya kebanyakan sebagai pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan kebanyakan mengaitkannya dengan kasus Jiwasraya yang sedang ramai menjadi berita.
Terutama yang berkaitan dengan pernyataan Presiden Jokowi yang dianggap menyinggung pemerintahan Presiden SBY.
Sebagaimana dikutip dari berbagai media arus utama, saat Jokowi ditanya awak media terkait kasus perusahaan asuransi pelat merah itu di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12/2018), Presiden Jokowi menyatakan, "Ini adalah persoalan yang sudah lama sekali. Mungkin, 10 tahun lalu. Problem ini sudah, mungkin, tiga tahun, kami tahu dan ingin menyelesaikan masalahnya. Tetapi, ini bukan masalah yang ringan."
Bisa jadi karena menyebut persoalan yang membelit Jiwasraya sudah terjadi sejak 10 tahun itu pula, maka banyak elit dan kader partai besutan SBY menjadi kebakaran jenggot. Sontak mereka menanggapinya secara negatif terhadap pernyataan Jokowi tersebut.
Andi Arief, wasekjen partai berlogo mercy itu misalnya, sehari kemudian (19/12/2019), melalui akun Twitter pribadinya menilai sikap sering menyalahkan yang dilakukan Jokowi 'kambuh' lagi dalam menyikapi kasus Jiwasraya. Ia heran Jokowi menyalahkan periode pemerintahan presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) padahal kejadiannya di masa pemerintahannya saat ini.
"Hari ini Pak Jokowi kambuh, asuransi yang gagal bayar di eranya Jokowi-Ma'ruf, yang disalahkan justru era Jokowi-JK dan era SBY-Boediono," kata Andi dalam akun Twitter pribadinya @Andiarief.
Begitu juga dengan Hinca Panjaitan, sekjen PD yang juga pernah menjadi sekum PSSI itu meminta agar Jokowi tidak memakai alasan sejarah dengan menyalahkan pemerintah sebelumnya terkait masalah keuangan di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tersebut.
Hanya saja yang mengherankan, kenapa para netizen dan politikus partai politik yang pernah berjaya di era pemerintahan SBY, juga menganggap cuitan Iwan Fals seperti ikut nimbrung soal polemik pernyataan Presiden Jokowi itu.
Tidak sebatas itu saja, banyak dari netizen yang cuitbalik, menantang Iwan Fals untuk membuktikan kalau Susilo Bambang Ydhoyono pernah nyinyir terhadap Megawati. Bahkan ada pula yang menuding pencipta lagu Bongkar itu telah menjadi bagian dari kelompok pendukung Jokowi.
Begitu juga dengan Andi Arief yang selama ini dipandang publik sebagai politisi paling getol menebar cuitan, menjawab cuitan Iwan Fals tersebut dengan mengunggah sebuah foto Iwan Fals pada sebuah acara menanam pohon bersama SBY pada 2006 lalu.
"Kalau om @iwanfals tahu Pak SBY suka menyalahkan Presiden sebelumnya, pasti gak akan hadir acara ini," cuit Andi pada unggahan foto tersebut.
Yang paling menarik, adalah cuit balik Ferdinand Hutahean, sejawat Andi Arief di partai Demokrat. Sepertinya politikus PD yang satu ini begitu sinisnya terhadap Iwan Fals, dan terkesan melecehkan suara penyanyi kondang itu.
"Iwan Fals dulu suaranya bagus. Iwan Fals sekarang suaranya sumbang dan Fals," cuit Ferdinand melalui akunnya @FerdinandHaean2.
Padahal apabila ditelaah lebih dalam lagi, cuitan @iwanfals tidak hanya menyinggung perilaku SBY - jungjunan politikus partai Demokrat belaka, melainkan seluruh perilaku Presiden RI. Mulai dari Soekarno hingga Jokowi sendiri.
Ihwal SBY yang disebut Iwan Fals pernah nyinyirin Megawati, bisa jadi kendati bukan membicarakan secara lisan, tokh sudah bukan rahasia lagi apabila hubungan antara SBY dengan Mega, selama 10 tahun SBY berkuasa, dianggap seperti ‘bermusuhan’ saja laiknya.
Awal permusuhan kedua mantan Presiden itu konon saat SBY hendak menjadi kontestan Pilpres 2004 lalu. Megawati yang saat itu masih menjadi majikan SBY di kabinetnya, merasa dikhianati. Terlebih lagi dalam Pilpres tersebut, Megawati sendiri yang berpasangan dengan Prabowo Subianto, dikalahkan oleh pasangan SBY-JK.
Baru ketika Ani Yudhoyono wafat, hubungan antara kedua mantan Presiden itu tampak mencair. Megawati datang melayat ke rumah duka. Dan tampak antara keduanya seperti sudah tidak ada masalah lagi.
Sehingga ‘nyinyir’ yang dimaksud Iwan Fals itu pun ke arah itu kira-kira.
Hanya saja barangkali baik Andi Arief, Ferdinand Hutahean, Hinca Panjaitan, dan kader partai Demokrat yang lainnya itu sedang panas hatinya, karena menganggap Jokowi telah menyalahkan ayah dari Agus Harimurti Yudhoyono, yang keok dalam Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
Maka saat Iwan Fals mencuit seperti itu, dianggapnya pelantun lagu Guru Oemar Bakri itu pun ikut-ikutan Jokowi menyalahkan SBY. Sehingga jelas sekali dalam hal ini politisi partai Demokrat begitu mudah terprovokasi. Dan cara membaca suatu persoalan barangkali hanya sebatas judulnya saja. Sementara isinya dilewat begitu saja.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews