Ini aneh, menerima hasil hitung cepat kalau menguntungkan dirinya, tetapi menolak jika tidak mengutungkan dirinya.
Pasca lembaga-lembaga survei merilis hasil hitung cepat dan pasangan Jokowi-Maruf Amin dinyatakan sebagai pemenang versi hitung cepat, cawapres Sandiaga Uno mengalami kelelahan luar biasa dan harus mendapat perawatan dokter.
Dan pada hari Sabtu 20 April 2019, Sandiaga Uno menjalani pemeriksaan kesehatan dengan diambil darah dan urine sebagai sampel untuk diteliti. Pemeriksaan sampel darah dan urine dilakukan di rumah pribadi Sandiaga Uno oleh tim laboratorium atau dokter Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat.
Tujuan pengambilan sampel darah dan urine untuk mengetahui apakah ada virus atau penyakit yang perlu penanganan lebih lanjut.
Kenapa tim laboratorium hanya mengambil sampel darah dan urine Sandiaga Uno? Kenapa tidak darahnya Sandiaga Uno diambil seluruhnya atau diambil separo dari volume darah yang ada pada tubuhnya? Kenapa sampel urine yang diambil cuma sedikit? Kenapa tidak diambil seluruhnya dengan ditampung pakai Pispot?
Untuk menjawab semua pertanyaan di atas, tentu tim dokter menjalankan itu sesuai kaidah-kaidah sains atau ilmu dunia kedokteran. Dan sesuai ketentuan baku atau standart operasional prosedur.
Sama halnya untuk mengetahui wanita hamil cukup meneteskan urine di pagi hari pada alat atau test kehamilan. Tidak perlu harus direndam dengan seluruh air kencingnya atau urinenya.
Sakitnya Sandiaga Uno dengan diambil sampel darah dan urine bisa dijadikan gambaran atau perumpamaan hasil hitung cepat atau quick count yang menjadi perdebatan atau keributan yang dilakukan oleh capresnya sendiri yaitu Prabowo Subianto. Sampai deklarasi tiga kali seperti minum obat saja.
Untuk mengetahui apakah Sandiaga Uno terkena penyakit atau virus-cukup dengan sampel darah dan urine. Tidak harus darahnya Sandiaga Uno dikeluarkan semua atau urine ditampung dalam Pispot dan diambil semuanya. Cukup dengan sampel yang sedikit,tim laboratorium akan mengetahui hasilnya.
Begitu juga dengan hitung cepat atau quick count. Dengan menggunakan metode sampel random yang benar sesuai kaidah ilmu statistis atau metodologi akan bisa mengetahui hasil pemenang dalam pilres. Tidak perlu menunggu real count atau perhitungan manual karena membutuhkan waktu yang lama.
Jangan malah menuduh lembaga-lembaga survei itu abal-abal dan disuruh pindah atau tinggal di Antertika. Siapa yang melawan sains atau ilmu pengetahuan yang sudah teruji akan digilas oleh sains itu sendiri dan akan menjadi olok-olok. Bahkan bisa malu sendiri nantinya. Ngaku cerdas dan pintar tapi menolak lembaga survei yang kredibel.
Seolah-olah hasil hitung cepat baru dilakukan sekarang. Padahal sudah puluhan tahun lebih dilakukan dan tidak ada masalah. Malah tahun 2014 kubu mereka sendiri yang melakuan hitung cepat tetapi salah dan ngawur karena tidak sesuai kaidah metodologi yang benar.
Menerima hasil hitung cepat kalau menguntungkan dirinya. Tetapi kalau tidak mengutungkan dirinya tidak mau menerima hasilnya. Ini namanya orang "geblek" atau kadang waras-kadang setengah waras.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews