Pengumuman hasil pemilu tinggal menghitung hari, berbagai isu akan fitnah dan hoax masih sering terdengar diberbagai media. Gerakan inkonstitusional juga digaungkan oleh segelintir elit politik yang merasa bahwa pemilu 2019 telah terjadi banyak kecurangan.
Sebelumnya Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Pemuda untuk Demokrasi Indonesia (AMPDI) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung KPU Pusat.
Dalam aksinya, mereka menyatakan sikap bahwa sudah waktunya Indonesia menjahit kembali persatuan dan kesatuan, tidak ada lagi perpecahan antar blok politik yakni kubu 01 dan 02. Mereka pun juga mengatakan bahwa saat ini hanya ada 03 yang bermakna sila ke 3 yaitu persatuan Indonesia.
Selain itu, AMPDI juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
Salah satu orator unjuk rasa juga menyampaikan dukungan penuh terhadap kinerja KPU yang telah bekerja secara maksimal, akuntabel dan transparan dalam mengawal berjalannya pemilu.
“Kami hadir disini berunjuk rasa dengan aksi damai, tujuannya untuk memperkuat KPU dan Bawaslu agar tidak ada pihak lain yang mendelegitimasi Penyelenggaraan Pemilu,” tutur salah satu peserta aksi unjuk rasa.
Baca Juga: Ketika Survei Median Berlawan Riil Politik di Pemuda Muhammadiyah
Mereka juga menyatakan sikap atau dukungan untuk mengawal penyelenggara KPU dan Bawaslu untuk menjaga stuasi nasional agar lebih kondusif pasca pemilu.
Peserta aksi yang berjumlah 500 orang tersebut juga mengatakan, bahwa sudah semestinya masyarakat bersatu dan melenyapkan ego kelompok pihak paslon tertentu, soal hasilnya kita tunggu 22 Mei, melalui hasil penghitunga yang sah dari KPU Pusat.
Pada kesempatan berbeda sejumlah 100-an aktifis dari Komite Aksi Mahasiswa dan Pemuda untuk demokrasi (KAMI) telah melakukan unjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka juga menyatakan agar semua elemen masyarakat tetap bersama dalam perdamaian dan persatuan.
“Semua pihak harus menahan diri dan tetap menjaga kondusifitas jelang dan saat pengumuman resmi hasil Pemilu 2019. Tanggal 22 Mei 2019 saat penetapan rekapitulasi harus disikapi dengan penuh tanggungjawab,” tutur Rifki selaku Korlap KAMPUD ketika berorasi.
Tentu akan menjadi sebuah ironi tatkala sekelompok orang menuding KPU atau pemilu curang karena tak bisa menerima kekalahannya pada Pemilu serentak ini. Rifki juga mengatakan bahwa jika pihak yang kalah menuding pemilu curang, tentu hal tersebut harus disertai bukti, tidak sekedar tudingan semata.
Ia juga berharap agar para elite politik dapat memberikan edukasi kepada warga dalam kehidupan berdemokrasi. Ia juga mengatakan jika menemukan bukti akan selisih hasil pemilu, silakan bawa ke jalur konstitusional, seperti ke Bawaslu maupun Mahkamah Konstitusi (MK).
Terlepas dari apapun hasil yang nanti akan diputuskan, kita tentu berharap agar KPU tetap mengedepankan kejujuran dalam penghitungan suara. Karena kemenangan yang didapat dengan kejujuran akan sangat berarti bagi kita semua.
Pemilu merupakan salah satu cara untuk membentuk sebuah pemerintahan yang adil dan benar – benar mewakili rakyat serta memperkokoh persatuan bangsa. Karena itulah seluruh pihak yang terlibat sudah semestinya menjalankan peran secara mulia, baik itu pengawas, peserta pemilu, maupun pendukungnya agar senantiasa meredakan kegaduhan yang tak kunjung usai.
Dalam hal ini, peran kaum milenial dinilai memiliki andil besar dalam mensukseskan pemilu 2019. Bahkan sebagian dari mereka juga telah memiliki keberanian untuk mengutarakan pendapatnya dan melihat dengan jelas kondisi politik yang ada saat ini. Namun tidak sedikit juga anak muda yang cukup apatis terhadap hal – hal yang berbau politik.
Menjadi anak muda yang kritis memang akan sangat menguntungkan, namun tentu saja berbagai hal yang akan disampaikan perlu diperhatikan dengan baik, agar dapat mengambil berbagai informasi dengan bijak. Hal tersebut tentu akan sangat membantu untuk meminimalisasi adanya kemungkinan kerusuhan atau bahkan perkembangan hoax yang semakin merajalela.
Sehingga meski milenial memiliki gejolak yang begitu besar namun setiap langkah yang diambil tentu harus dipertimbangkan dengan baik apalagi jika berkaitan dengan urusan politik.
Bagaimanapun juga, anak muda akan memilik peran dalam membangun bangsa dalam beberapa tahun ke depan, semangat persatuan dalam berdemokrasi sudah sepatutnya diinstal dalam benak anak muda agar tidak tersesat dalam kepentingan politik praktis semata.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews