Sebagai pelatih OSN IPA SD, juga kakak dari siswa kelas 3 SD, aku sangat merasakan kacaunya penerapan kurikulum 2013 di SD yang mengusung pembelajaran tematik. Dengan pembelajaran tematik, materi yang diterima murid cenderung 'melompat-lompat' dan tidak mengajarkan cara pemahaman yang sesuai konsep ilmunya.
Dampaknya, anak bukan belajar konsep, namun belajar menghafalkan materi. Adik saya kesulitan setiap kali belajar, karena pemahamannya jadi 'sekilas dan sekelebat'. Murid-muridku di ekskul OSN IPA, harus diulangi lagi dari dasarnya. Aku bukan hanya memberikan pengayaan dan latihan soal saat mengajar, namun harus mengajarkan dari konsep dasarnya dulu, yang seharusnya ini sudah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Aku tahu sejarahnya kurikulum 2013. Bagaimana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan kebijakan-kebijakan terkait kurikulum ini. Bagaimana implementasi kurikulumnya. Dalam hal ini aku benar-benar kecewa dengan Kemendikbud. Seakan tidak ada upaya untuk membuat kurikulum berdasarkan riset betulan.
Ini belum termasuk kekacauan lain di bidang pendidikan. Kesejahteraan guru yang belum terjamin, infrastruktur pendidikan yang belum merata, sistem ujian yang selalu kacau, begitu banyak sebenarnya. Dari rezim ke rezim, permasalahan di bidang pendidikan tidak banyak berubah. Artinya, permasalahan pendidikan ini sudah kronis, dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya.
Aku mungkin kecewa berat. Aku mungkin emosi sekali terhadap Kemendikbud. Namun, aku tidak perlu menjuluki Menteri Pendidikan dan Kebudyaaan sebagai (misalnya) 'menteri pembodohan'. Aku tidak perlu melakukan penghinaan terhadap institusi Kemendikbud dan jabatan Mendikbud, sebesar apapun kekecewaanku pada kebijakan pendidikan Indonesia. Kritik, kekecewaan, berbeda sekali dengan penghinaan.
Itulah mengapa aku sangat bingung pada mereka yang menjuluki Menteri Keuangan sebagai 'menteri pencetak utang'. Boleh Anda kecewa pada kebijakan Menkeu terkait utang negara. Boleh Anda mengkritisi kebijakan-kebijakan terkait utang negara, yang memang tentunya tidak 100% bagus. Namun, apabila dalam prosesnya Anda malah melakukan penghinaan terhadap institusi dan jabatan resmi, itulah sebuah kebodohan nyata.
Mengkritik adalah menjelaskan keburukan suatu hal dengan data dan parameter yang jelas. Kritik yang baik menawarkan solusi, meskipun menurutku itu tidak harus. Yang terpenting adalah kritik dapat menunjukkan apa yang kurang dari suatu hal secara jelas dan valid, bukan asmuni (asal muni/asal bunyi).
Kritiklah utang negara. Tunjukkan bagaimana pemerintah salah kelola utang. Tunjukkan pengaruh buruk utang-utang itu terhadap kehidupan masyarakat. Tawarkan solusi pada pemerintah dalam pengelolaannya agar lebih baik. Itu namanya kritik!
Namun, kritik bukan menghina. Tidak ada namanya mengkritik utang negara dengan menjuluki Menteri Keuangan sebagai 'menteri pencetak utang'. Tidak ada substansinya, tidak ada solusi yang ditawarkan. Itu jatuhnya penghinaan, bukan kritik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews