KPAI itu jangan malah ngributin logo. Itu sungguh cemen. Mintalah agar perusahaan rokok Djarum mengucurkan dana berkali-kali lipat lebih banyak pada berbagai bidang sosial dan pendidikan.
Mohon maaf, tapi menurut saya KPAI dan PB Djarum mulai main drama…
Semestinya KPAI itu justru harus MENUNTUT agar SEMUA perusahaan rokok mendirikan rumah sakit, sekolah dan perguruan tinggi , pelatihan olahraga, panti jompo, perpustakaan, dan lain-lain untuk meningkatkan peran mereka dalam membantu masyarakat agar lebih sejahtera.
Sementara itu silakan lembaga yang lain teruskan kampanye Anda untuk melawan rokok agar setiap tahun jumlah perokok semakin berkurang. Kita punya bidang tugas yang berbeda-beda.
Saya sendiri adalah anti rokok (mantan perokok berat sejak SMP kelas 3 dan baru berhenti setelah usia lebih dari 30 tahun). Saya berharap agar tidak ada satu pun anak-anak kita yang akan menjadi pecandu rokok nantinya (meski anak saya ternyata perokok juga seperti bapaknya dulu dan belum berniat untuk berhenti).
Saya menentang kampanye rokok masuk ke acara-acara apa pun, apalagi yang berhubungan dengan pendidikan. Tapi ini tidak menghentikan saya (dan Mas Nanang, sohib ludrukan saya) untuk membantu Sampoerna Foundation dalam upayanya di bidang pendidikan.
Kami cukup lama jadi konsultan pendidikan di Sampoerna Foundation dan sampai sekarang tetap bersyukur bahwa yayasan ini berhasil membuat banyak anak-anak bangsa yang tertolong nasibnya menjadi warga yang lebih baik hidupnya.
Baca Juga: KPAI Jangan Urusi Bulutangkis, Pelototi Warung Rokok Saja!
Putera Sampoerna Foundation itu memiliki tujuan untuk mencetak 1.000 pemimpin per tahun. Sejak didirikan pada 2001, Putera Sampoerna Foundation telah menyalurkan lebih dari 34.6000 beasiswa, menyelenggarakan pelatihan untuk lebih dari 19.000 guru dan kepala sekolah, mengadopsi 23 sekolah negeri dan 5 madrasah.
Pada 2009, Putera Sampoerna Foundation mendirikan sekolah berstandar internasional berasrama yaitu Sampoerna Academy, sekolah tinggi untuk mencetak generasi pendidik masa depan yakni Sampoerna School of Education yang sekaligus merupakan elemen pertama dari pendirian universitas bertaraf dunia, serta disusul peluncuran Sampoerna School of Business pada tahun 2010 bekerjasama dengan ITB. Isok tah awakmu nglakoni seperti itu...?!
Bukannya uang yayasan tersebut berasal dari hasil penjualan rokok…?! Katanya anti rokok tapi kok mau membantu yayasan yang asal uangnya dari jualan rokok…?!
Lha justru itu…!
Pak Putera Sampoerna itu jadi konglomerat karena jualan rokok. Oleh sebab itu SUDAH SELAYAKNYA kalau beliau menyisihkan uangnya yang begitu banyak itu untuk DISALURKAN pada lembaga-lembaga sosial dan pendidikan. Semakin banyak dananya yang disisihkan untuk kepentingan masyarakat semakin baik. Biar impas gitu lho…!
Karena banyak orang yang sakit karena rokok maka sudah SEHARUSNYA para bos rokok itu membuat rumah sakit bagi penderitanya dengan uang keuntungan dari para perokok itu. Intinya, semakin banyak uang para konglomerat rokok itu digelontorkan ke masyarakat semakin baik.
Jadi menurut saya KPAI itu jangan malah ngributin logo. Itu sungguh cemen. Mintalah agar perusahaan rokok Djarum mengucurkan dana berkali-kali lipat lebih banyak pada berbagai bidang sosial dan pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan anak-anak.
Ajak lembaga-lembaga lainnya (kalau perlu ajak sekalian FPI dan para alumni Wiro Sableng) untuk mendorong para pengusaha rokok untuk menyisihkan SEMAKIN BANYAK duitnya bagi kesejahteraan rakyat.
Urusan melawan dampak buruk rokoknya biar dihadapi dengan cara lain yang lebih efektif. Tapi jangan sampai Djarum malah ngeles tidak mau lagi mengeluarkan dana untuk melatih anak-anak jadi atlit badminton karena ulahmu.
Jangan sampai nanti KPAI dituduh ada kongkalikong sama Djarum seolah ada konflik tapi tujuannya agar Djarum menghentikan CSR-nya.
Kan lebih runyam toh…!
Surabaya, 9 September 2019
***
Salam
Satria Dharma
http://satriadharma.com/
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews