Pernyataan Kivlan Zen tersebut sangat merusak kredibiltas SBY, dan respon dari Demokrat sangatlah negatif terhadap pernyataan Kivlan tersebut.
Sebetulnya pada awalanya hubungan Prabowo dan SBY baik-baik saja, dan Demokrat pun anteng-anteng saja didalam Koalisi Adil Makmur. Memang tidak bisa dipungkiri, Pidato Prabowo yang cukup pedas sering juga menyinggung kelemahan Pemerintahan SBY.
Sebagai Mantan Presiden yang tergolong melankolis, SBY sering Baper mendengar Pidato Prabowo. Padahal SBY sempat didaulat sebagai penasehat Kampanye Prabowo-Sandi, namun malang tak dapat ditolak, begitu masa awal Kampanye dimulai, SBY harus fokus untuk menjaga Ibu Ani Yudhoyono yang dirawat di Singapura.
Alhasil SBY tidak bisa Ikut berpartisipasi dalam Kampanye Prabowo-Sandi, namun kader Partai Demokrat terbilang cukup aktif dalam Kampanye. Tidak adanya SBY disamping Prabowo-Sandi, peluang ini dimanfaatkan para aktivis Ormas yang terlibat dalam Tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi.
Bisa jadi konsep Kampanye yang sudah ditawarkan SBY tidak terpakai, sehingga muncullah Pola Kampanye Eksklusif, yang lebih mengedepankan Identitas agama. Padahal SBY sangat kurang berkenan dengan Pola Kampanye yang seperti itu, bahkan SBY sangat gerah dengan politik Identitas.
Baca Juga: Memahami Kekecewaan SBY terhadap Prabowo
Inilah yang membuat hubungan antara SBY dan Prabowo mulai merenggang, satu sisi SBY merasa ide-ide dan pendapatnya kurang diakomodir, sehingga beberapa kali SBY harus menuliskan Surat via petinggi Demokrat yang ada dikoalisi, namun rupanya gayung tak bersambut.
Kampanye Prabowo-Sandi terlalu didominasi kelompok Ormas Yang ada didalam BPN, sehingga Kampanye Prabowo-Sandi pun terasa semakin liar, dan keluar dari Pola Kampanye yang Inklusif. Politik Identitas semakin menonjol di kubu Prabowo-Sandi.
Puncaknya SBY menarik kader Demokrat yang ada di BPN, kader Demokrat diharapkan tidak lagi terlibat dalam aktivitas BPN yang semakin mengarah pada tindakan Inkonstitusional. SBY tidak ingin Kader Demokrat Ikut dalam tindakan yang Inkonstitusional.
Setelah masa pemilihan berakhir, Agus Harimurti Yudhoyono di Undang Jokowi ke Istana. Jadilah ini sebuah isu yang menegaskan bahwa Demokrat akan hengkang dari Koalisi, Isu inipun ditepis oleh para elit politik Demokrat, Demokrat tetap setia mendampingi Prabowo-Sandi sampai pengumuman Pemenang Pilpres.
Belum sampai pengumuman Pemenang Pilpres, Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief mengeluarkan pernyataan bahwa, Prabowo mendapat informasi sesat dari Setan Gundul sebagai Pemenang Pilpres, dengan kemenangan 62%.
Pernyataan ini semakin menegaskan kalau Demokrat benar-benar sudah siap untuk hengkang dari Koalisi Adil Makmur.
Disaat Prabowo sudah mulai Cooling Down, dan siap menyelesaikan semua persengketaan terkait penghitungan suara, Kivlan Zen mengeluarkan sebuah pernyataan yang semakin memperuncing keadaan. Kivlan menuding SBY sebagai seseorang yang licik, yang ingin menjegal Prabowo sebagai Presiden.
Baca Juga: Prabowo dalam Perangkap "Setan Gundul"
Selain itu, Kivlan juga menuding Andi Arief sebagai setan Gundul. Tak pelak lagi persoalan ini semakin runyam. Semakin jelaslah kalau apa yang dikatakan Andi Arief, bahwa ada Setan Gundul di BPN Prabowo-Sandi, dan setan Gundul ini betul-betul sukses memecah belah Koalisi.
Indikator Demokrat akan keluar dari koalisi semakin kuat. Konflik diinternal koalisi antara Demokrat dan BPN, khususnya Kivlan Zen, tidak bisa dianggap sepele.
Bisa jadi konflik inilah yang membulatkan tekad Demokrat harus hengkang dari Koalisi.
Pernyataan Kivlan Zen tersebut sangat merusak kredibiltas SBY, dan respon dari Demokrat sangatlah negatif terhadap pernyataan Kivlan tersebut. Publik yang tadinya tidak tahu siapa yang dimaksudkan Andi Arief sebagai Setan Gundul, akhirnya menjadi tahu, dan Setan Gundul itu ternyata bukan cuma isapan jempol.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews