Bagaimana 2 Poros Lain: PDIP dan Gerindra + PKB?
Poros KIB lebih unggul di segmen pemilih yang moderat.
Poros PDIP lebih unggul di segmen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.
Dan poros Gerindra plus PKB lebih unggul di segmen pemilih yang kurang puas dengan kinerja Jokowi.
Demikian salah satu temuan penting dari survei nasional terbaru LSI Denny JA, yang dipublikasi 15 Agustus 2022, disampaikan oleh peneliti senior Adrian Sopa.
LSI Denny JA juga menyatakan hampir mustahil PDIP bertarung dalam pilpres 2024-2029 sendirian, tanpa mengandeng partai lain, walaupun sudah memenuhi syarat pencalonan minimal 20 persen.
Namun hampir mustahil pula PDIP menggandeng PKS karena alasan ideologis. Mustahil juga PDIP menggandeng Demokrat karena riwayat hubungan Megawati- SBY. Dalam perkembangan terakhir, kecil pula kemungkinan bagi PDIP menggandeng Nasdem karena irama politik Megawati dan Surya Paloh tak sejalan.
Dalam bulan- bulan terakhir masa pendaftaran, di bulan September 2023, sangat mungkin PDIP akhirnya mengajak Gerindra, atau PKB atau KIB untuk menyatukan kekuatan.
Sementara KIB sendiri sangat mungkin menambah kekuatan tambahan partai lain. Hanya tiga partai saja bagi KIB sangatlah riskan. Jika satu partai mengundurkan diri, itu akan membuat KIB tak lagi memenuhi syarat pencalonan capres- cawapres 20 persen.
Bagi KIB, satu partai yang mungkin diajak adalah PKS atau Demokrat. Ini disebabkan karena PKS dan Demokrat tak memiliki bargaining kuat untuk meminta calon presiden.
Pilpres 2024-2029 tak diikuti koalisi partai oposisi. Itu karena hanya dua partai yang kini di luar pemerintahan: Demokrat dan PKS.
Gabungan dua partai ini tak cukup membentuk satu poros untuk mencalonkan presiden dan wapres 2024-2029.
Demokrat dan PKS terpaksa ikut dalam poros lain dan mereka bukan dalam level untuk memimpin poros itu. Prosentase kursi Demokrat dan PKS di DPR 2019-2024 tidak menonjol untuk memimpin poros koalisi partai mencalonkan capres- cawapres 2024-2029.
LSI Denny JA memetakan tiga jenis pemilih berdasarkan respon mereka atas 10 indikator kinerja Presiden Jokowi.
Ketiga pemilih tersebut adalah: Pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi, Pemilih yang moderat, dan Pemilih yang kurang puas terhadap kinerja Jokowi.
10 indikator tersebut adalah persepsi publik terhadap 5 (lima) aspek kehidupan nasional, dan persepsi publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi dalam 5 (lima) permasalahan penting dan mendasar publik.
Mereka yang menjawab baik/lebih baik dikategorikan sebagai pemilih puas.
Mereka yang menjawab sedang dan sama saja, dikategorikan sebagai pemilih moderat.
Mereka yang menjawab buruk/semakin buruk dikategorikan sebagai pemilih yang tidak puas.
Dibuat rata-rata, mereka yang puas di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 35.98% pemilih.
Jika dibuat rata-rata mereka yang menyatakan sedang/sama saja di setiap indikator kinerja tersebut, terdapat 29.8% pemilih yang moderat.
Sedangkan pemilih yang tak puas atas kinerja Presiden Jokowi berdasarkan 10 indikator itu, jika dibuat rata-rata 30. 27 %.
Puan Maharani (tokoh utama poros PDIP) dan Airlangga Hartarto (tokoh utama KIB) sudah aman memiliki tiket untuk calon wakil presiden 2024-2029 bagi calon presiden yang kuat.
Namun tidak menutup kemungkinan Puan Maharani dan Airlangga Hartarto menjadi capres 2024-2029 yang kuat, seperti hal nya Prabowo Subianto, jika mereka mampu menaikan elektabilitasnya hingga masa pendaftaran di bulan September 2023.
Survei nasional LSI Denny JA menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.9%.
Riset kualitatif dilakukan dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview.
Hasil lebih lengkap dan rinci dari publikasi survei LSI Denny JA dapat diakses di sini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews