Jika Polisi tidak bertindak maka kami khawatir akan menimbulkan situasi politik dan keamanan menjadi terganggu.
Top. Akhirnya. Edy Mulyadi pembuat hoaks. Terkait namanya dengan PKS. Dari sejak kelahiran PKS, kami warga Kalimantan, tahu kadernya ya sekelas Hidayat Nur Wahid, pengagum pentolan teroris ISIS Yusuf al-Qaradawi. PKS menolak Nusantara. Sama dengan bekas caleg PKS Edy Mulyadi. Otaknya sama.
Kami juga tahu Edy Mulyadi. Dalam konferensi pers dia pakai pakaian udeng Sunda, menghina Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Meong.
Kami warga Kalimantan paham. Hembusan hoaks Edy Mulyadi sebar tanpa ampun. Ibu Kota Negara Nusantara dia sebut dibangun oleh RRC. Yang faktanya oleh Indonesia dengan investasi dari UEA.
Tak hanya itu. Kami warga Kalimantan mencatat. Catatan Edy Mulyadi begitu hebat. Ngaku wartawan senior. Senyatanya dia tukang buat onar. Sejak berhasil membuat hoaks KM 50, dia menjadi bintang dan menjadi bintang berita. Media darling kelompok kadal gurun, Khilafah, anti-NKRI.
Kami warga Kalimantan paham. Edy Mulyadi merasa berhasil menghantam polisi terkait pembunuhan 6 teroris FPI, dan merasa menang karena polisi tidak menangkapnya. Dia merasa kuat karena merasa menjadi bagian elit pembuat onar. Maka caleg PKS ini menjadi besar kepala.
Kami bangga terhadap Pulau Kalimantan. Meski Edy menghina kami. Panajem Paser Utara Kalimantan disebut dia sebagai tempat jin buang anak. Nusantara disebut sebagai tempat yang pasarnya Genderuwo, Kuntilanak, dan penghuninya hanya monyet.
Kami warga Kalimantan menyadari, bahwa Edy Mulyadi sengaja menggiring opini rasis dan kebencian terhadap suku Dayak dan penduduk lain di Panajam Paser Utara.
Penghinaan tak terbatas, dengan membangun sentimen anti-China. Kebencian Edy yang sengaja dibuat untuk mendeskreditkan Pemerintah. Caranya dengan menebar kebencian bahwa yang akan menghuni Nusantara adalah warga RRC. Hoaks yang luar biasa.
Edy Mulyadi pikir. Dia telah sangat kuat. Dia bebas menghina, menyebar hoaks, menggiring opini kebencian. Yang disasar pun warga Kalimantan, pulau yang memberikan kekayaan bejibun ribuan triliun orang seperti haji Sam, Boy Thohir, LBP, Zulkifly Hasan, Aburizal Bakri, TW, dan beberapa orang lain.
Kami warga Kalimantan, meskipun kami tidak terlalu kaya. Pulau kami kaya mineral emas, batubara, bauksit dan uranium. Tapi disebut Edy Mulyadi sebagai tempat jin membuang anak, genderuwo dan celetukan yang pantas menghuni adalah hany monyet.
Kami warga Kalimantan, bukan monyet, bukan genderuwo, bukan khilafah, bukan PKS, bukan teroris. Kami warga Kalimantan adalah manusia. Kami mencintai NKRI. Kami juga hormat kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Kami warga Kalimantan mengimbau Polisi segera menangkap Edy Mulyadi. Hentikan kegilaan tuduhan yang menyakiti kami jutaan warga Kalimantan. Jika Polisi tidak bertindak maka kami khawatir akan menimbulkan situasi politik dan keamanan menjadi terganggu.
Terlebih penting lagi, Edy Mulyadi akan mengulangi seperti setelah kasus hoaks KM 50. Polisi tidak perlu ragu, inilah saatnya menghentikan petualangan politik bekas caleg PKS.
Kami warga Kalimantan menuntut Polisi menangkap Edy Mulyadi, untuk menjaga Nusantara. Dari hoaks yang dibuat oleh Edy Mulyadi. Dan, yang terpenting, kami bukan monyet, bukan Genderuwo, bukan Kuntilanak. Demikian Pak Polisi.
Ninoy Karundeng
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews