Masyarakat khususnya generasi muda memiliki peran vital dalam menangkal radikalisme. Kaum milenial memiliki semangat kuat dan kreativitas sehingga pemikirannya efektif untuk meredam penyebaran paham terlarang tersebut.
Kelompok radikal mencari mangsa-mangsa baru yang akan dijadikan kader agar ada regenerasi, dan mereka sengaja ingin menggaet generasi muda agar masuk dan dibaiat. Penyebabnya karena anak muda sedang mencari jati diri dan bisa dipengaruhi, dengan akal bulus mereka. Akan tetapi ada juga teman seangkatannya yang sudah paham akan bahaya radikalisme dan ingin mencegah perluasannya di Indonesia.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara yang terdiri dari beberapa elemen kampus menyatakan kewaspadaannya terhadap radikalisme dan intoleransi. Para mahasiswa berupaya agar radikalisme tidak masuk ke dalam universitas. Caranya dengan mengadakan pengawasan yang lebih ketat.
Dalam artian, saat ini radikalisme sudah menyusup masuk ke dalam perguruan tinggi, biasanya melalui unit kegiatan mahasiswa. Jika ada satu saja mahasiswa yang mencurigai kegiatan aneh dan melapor ke BEM maka akan dilakukan penyelidikan dan jika terbukti akan terbongkar modus dari kelompok radikal.
Pengawasan seperti ini sangat penting karena kelompok radikal menyusup dengan sangat halus. Jika ia ditolak di kampus A maka akan masuk ke kampus C dan sebagainya. Modusnya pun bermacam-macam, mulai dari seminar motivasi, mendekati ke mahasiswa secara personal dengan meminjamkan buku, dll. Ujung-ujungnya mereka dirayu agar mau dibaiat dan ini sudah dalam level berbahaya, oleh karena itu harus dicegah dengan pengawasan ketat.
Selain dengan pengawasan, pencegahan radikalisme juga dilakukan dengan mengadakan seminar anti radikalisme, terorisme, dan intoleransi. Acara ini diadakan tak hanya untuk mahasiswa baru alias saat masa pengenalan kampus saja, tetapi juga diadakan untuk mahasiswa di angkatan atasnya.
Dengan seminar anti radikalisme maka para mahasiswa akan paham apa saja bahaya radikalisme. Saat ini kelompok radikal dan teroris benar-benar ada dan bukan sekadar berita di surat kabar. Mereka akan paham bahwa kelompok radikal memang mengincar mahasiswa karena sebagai generasi muda, menjadi calon pemimpin bangsa. Sehingga jika anak muda sudah teracuni radikalisme maka bisa jadi pemimpin yang radikal.
Mahasiswa wajib memahami bahwa misi dari kelompok radikal adalah membentu negara khalifah. Jika mereka sudah teracuni radikalisme atau ada temannya yang direktur oleh kelompok radikal, maka berbahaya karena di masa depan ia bisa berapi-api agar meraih jabatan tinggi dan membuat kekhalifahan. Padahal paham itu sangat tidak cocok bagi masyarakat Indonesia yang majemuk.
Cara lain untuk mencegah radikalisme di kalangan mahasiswa adalah dengan membuat pagelaran Duta anti radikalisme. Acara ini bukan seperti pemilihan model tetapi mencari anak-anak muda yang serius ingin membela bangsa melalui pencegahan radikalisme. Jika sudah ada duta tersebut maka ia akan sering mengingatkan akan bahaya radikalisme dan intoleransi melalui media sosial, sehingga makin banyak yang sadar akan bahayanya.
Pencegahan-pencegahan seperti ini penting karena jangan sampai anak-anak muda menjadi anggota kelompok radikal. Seharusnya mahasiswa belajar dengan rajin dan berorganisasi di kampus. Bukannya malah larut dalam radikalisme dan akhirnya nekat berjihad dengan cara jadi bom pengantin. Seharusnya mereka punya masa depan yang cerah, bukannya dicuci otak dan jadi korban kelompok radikal dan teroris.
Para mahasiswa bisa jadi agen pencegah radikalisme yang sangat jitu karena memiliki semangat tinggi dan kreativitas, agar paham ini tidak menyebar ke seluruh Indonesia. Radikalisme amat berbahaya dan bisa menghancurkan bangsa. Oleh karena itu para mahasiswa berusaha keras agar radikalisme tidak meracuni pikiran kaum muda.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews