Apa yang dikatakan Denny Siregar jangan diambil hati. Anggap angin lalu. Malah seharusnya berterimakasih, terkerek lagi namanya di papan atas.
Denny Siregar memantik api emosi kompatriot Demokrat. Gara- garanya adalah tentang tugas pidato dalam bahasa Inggris yang menyerempet masalah politik. Almira Tunggadewi Yudhoyono menyarankan tindakan lockdown ditujukan kepada Presiden RI dalam Hal ini Jokowi.Begini cuitan Denny di media sosialnya (twitter):
"Bapak udah. Anak udah juga. Sekarang cucu juga dikerahkan.. Kalo ada cicit, cicit juga bisa ikutan minta lockdown.."
Ledakan kemarahan muncul dari Annisa Pohan dan istri Ibas Siti Ruby Aliya Rajasa.
Boleh jadi kalau yang membuat itu bukan anak AHY atau politikus tidak akan menjadi polemik. Kebetulan insting DS yang bisa mengendus materi populer. Almira anak kelas 6 SD yang kebetulan mendapat tugas pidato. Sama dengan anak saya yang kebetulan juga kelas 6 SD ditugaskan untuk membuat naskah pidato tentang Korona.
Pidato tentunya harus unik dan menarik minat guru untuk mengganjar anak dengan nilai tinggi. Bentuknya visual, anak sayapun didandani menggunakan peci dan baju batik, beda dengan anak yang lain yang memakai baju biasa- biasa saja.
Secara substansi materi pidatonya mungkin sama tentang sejarah korona, bagaimana awal mulanya. Sebagai naskah pidato narasinya tentu harus menarik dan lain daripada yang lain. Sebagai guru saya memberi masukan dalam menyusun naskah, istri saya membuat rancangan penampilan supaya terlihat beda.
Keterlibatan orang tua bertujuan agar nilai anak bagus, tentunya juga Agus Harimurti Yudoyono sebagai orang tua.
Sebuah kebetulan ide – ide AHY tentu berkaitan dengan posisinya sebagai anak mantan Presiden dan Ketua Umum Partai Politik. Posisi AHY membuat Ada sejumput ide untuk membuat masukan kepada Presiden RI tentang kebijakan memutus mata rantai lockdown. Maka sebuah kebetulan Almira mendapat tugas, mungkin temanya korona dan ada masukan dari AHY dan istrinya Anissa Pohan untuk membuat naskah pidato yang menyerempet politik.
Kebetulannya netizen, buzzer, pegiat media sosial yang super duper aktif, apa saja dikomentari, apa saja dijadikan topik bullyan. Denny Siregar sang penulis yang aktif membela Jokowi dari serentetan serangan kritik dan nyinyiran netizen dan buzzer menangkap ada motif politik di balik isi naskah dan tugas pidato Almira.
Pastinya Almira tidak akan sampai berpikir tentang motif politik. Jujur orang tua murid tentunya terlibat dalam pembuatan naskah pidato. Sama seperti saya yang membantu membuat naskah supaya menarik dan istri saya yang memoles penampilan anak di layar gawai akan tampak beda dengan siswa lainnya.
Sebagai orangtua saya memaklumi gagasan AHY. Tetapi sebagai penulis agak menyayangkan tema pidato yang terkesan politis.
Kebetulan saat ini Partai Demokrat sedang berusaha menaikkan branding partainya yang sempat terpuruk karena banyaknya kader terlibat dalam kasus–kasus korupsi. PD sedang membangun partai supaya ditengok dan diperhatikan. Kebetulan ketua umumnya orang muda yang paling tidak mengerti bagaimana caranya memasarkan produknya, menaikkan level, memperbaiki perolehan suara dengan aktif mengkritik dan menyerang pemerintah.
Ketika Denny menulis di twitter sontak pasukan Partai Demokrat bereaksi keras dan tentu saja menyalahkan Denny Siregar yang sempat- sempatnya menggiring Almira dijadikan bullyan politik. Sebagai orang tua sah–sah saja membuat tantangan menarik kepada anaknya supaya mendapat perhatian lebih. AHY malah lebih maju ia ingin Almira diperhatikan Presiden Jokowi dengan membuat tugas pidato tentang lockdown.
Elok tidak elok itu urusan politik. Apakah saya ikut mendiskreditkan Almira dan AHY sebagai orang tua tentu tidak. Sebagai orang tua itu lebih sebagai trik orang tua. Kalau saya yang menjadi orang tua Almira tentu tidak akan diperhatikan. Sebuah kebetulan Almira anaknya petinggi Demokrat maka ia akan menjadi konsumsi publik.
Denny Siregar juga tidak salah, sebagai penulis tentu ia mengendus hal yang menarik yang bisa dijadikan isu hangat dan menantang. Ya lumayan berbau ngeri- ngeri sedap jika berhubungan dengan partai yang tengah agresif dan sering baper.
Terseretnya Almira tentu otomatis, seperti halnya Gibran, Kaesang, Kahiyang, Jan Ethes. Kalau baperan sebagai anak presiden maka pasti akan menjadi sasaran empuk netizen, komentator. Maka enak sebagai istri Presiden Jokowi Ibu Iriana yang memilih tidak aktif di media sosial, membiarkan kritikan dan nyinyiran datang dan pergi toh lama- lama bosan sendiri.
Kalau menanggapi yang santuy saja. Sebab jika semua ditanggapi hanya bikin pusing saja dan tidak tenang menghadapi kehidupan. Apa yang dikatakan Denny Siregar jangan diambil hati. Anggap angin lalu. Malah seharusnya berterimakasih, terkerek lagi namanya di papan atas, itu juga trik bagus untuk tetap di atas dijadikan bahan berita.
Pada AHY kita sama memiliki anak kelas 6 SD tentunya sedang banyak–banyaknya tugas ujian untuk kelulusan. Mendampingi anak saat ujian memang kewajiban semua orang tua. Sayangnya saya guru dan bukan anak pejabat, beda dengan anda ketua Umum partai Demokrat, Anak tertua SBY dan istri anda juga public figure (artis) maka wajar ada yang mengait- ngaitkan ke urusan politik.
Kalau saya jika anak saya pidato tentang lockdown yang mendengar paling hanya gurunya. Hehehe.Salam damai selalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews