Apa peristiwa seperti ini pernah terjadi di negara lain, yakni capres yang semula berhadapan, kemudian menyatu dalam satu tim pemerintahan dalam relasi "atasan" dan "bawahan"?
Adegan ini mungkin dianggap lucu. Saat diucapkan tak ada tafsir lain kecuali Si Anak yang lucu ini kurang pengetahuan. Eneh betul bila Pak Prabowo jadi menteri Presiden Jokowi. Begitu kira kira pikiran orang.
Namun saat ini, ucapan Si Anak ternyata mendekati kebenaran. Karena itu, apa yang diucapkan Si Anak itu mengundang tafsir liar, dari anggapan ramalan dukun sakti hingga prediksi anak yang memiliki indra ke tujuh.
Terlepas apapun perbincangan terkait Pak Prabowo menjadi menteri Pak Jokowi, perhatian serius justru tertuju pada masalah besar terkait dengan nasib demokrasi itu sendiri. Ada yang berpendapat bahwa lemahnya oposisi akibat hampir semua partai besar bergabung dalam pemerintahan akan berakibat pada lemahnya fungsi kontrol (check and ballance) terhadap pemerintah.
Di sisi lain, bila betul Pak Prabowo dan kader Gerindra lain masuk kabinet, kesatuan bangsa yang koyak akibat luka Pilpres 2019 kemarin diharapkan akan sedikit terobati.
Apapun pro dan kontra, peristiwa ini menjadi pembelajaran bersama bahwa kata-kata "tak ada musuh atau teman abadi dalam politik" ternyata terbukti dalam perpolitikan di Indonesia. Karena itu, masyarakat luas tak perlu terlalu serius dalam menanggapi perbedaan pilihan. Toh orang yang kita pilih, bisa menyatu dalam pemerintahan.
Apa peristiwa seperti ini pernah terjadi di negara lain, yakni capres yang semula berhadapan, kemudian menyatu dalam satu tim pemerintahan dalam relasi "atasan" dan "bawahan"?
Wah harus tanya para ahli ilmu politik. Yang jelas, Indonesia memang sering buat kejutan..hehe.
#iPras2019
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews