Secara kelumrahan, salah satu kelemahan mencolok Prabowo Subianto adalah ia berstatus duda. Apakah duda tidak boleh mencalonkan diri sebagai Presiden? Nyatanya boleh tuh! Namun tersebab itu, Prabowo sering jadi bahan olok-olok oleh persoalan mendasar itu: ngurus keluarga saja tak bisa, mau ngurus negara.
Mustinya, kita juga bisa belajar dari Amerika, di luar sikap rasis dan hegemoniknya, mereka sangat peduli terhadap "keluarga dari calon presiden" mereka. Belum pernah dalam sejarah mereka, Presiden mereka tak memiliki pasangan. Saking absurdnya situasi tersebut, Hollywood mereka-reka sebuah film berjudul The American President. Di mana presidennya adalah seorang duda yang diceritakan jatuh cinta dengan staf-nya.
Dalam film The American President digambarkan Sang Presiden (Michael Douglas) jatuh cinta pada salah seorang lobbyist wanita (Annete Bening) yang berkerja untuk kampanyenya. Bagaimana romantisme Presiden lajang yang pacaran dengan sang lobbyist itu menjadi daya jual utama film itu.
Rakyat Amerika rupanya sangat terkesan dengan paduan kekuatan politik dan romantisme cinta. Walau dalam film itu masih di angkat sisi norma-norma susila. Misalnya waktu si lobbyist itu menginap di Gedung Putih dan pers menjadi heboh karenanya. Pers yang crigis itu ada di mana-mana.
Hal ini menunjukkan dalam gaya hidup mereka boleh liberal, tapi dalam tata kenegaraan Amerika tetap sangat kolot, puritan dan konservatif. Di masa lalu Partai Republik yang konservatif, sampai saat ini masih menentang aborsi, sangat keras menyoroti skandal sex Bill Clinton dari partai Demokrat. Di Amerika memang standard untuk urusan susila masih jauh lebih tinggi dibanding Eropa.
Berbalikan dengan itu, Perancis negara yang menjadi patron Amerika dalam kehidupan demokrasi, jauh bersifat lebih liberal dalam masalah hidup pribadi. Saat Presiden Nicolas Sarkozy baru dua bulan bercerai dengan istrinya Cecilia yang setia mendampinginya di masa kampanye. Sarkozy dikabarkan sudah punya gandengan baru seorang cewek cantik bintang penyanyi pop dan mantan supermodel namanya Carla Bruni. Ia bukanlah perempuan biasa dan sembarangan, ia putri konglomerat, punya website resmi di CarlaBruni.com.
Sebagai mantan super model yang dulu pernah pacaran dengan Eric Clapton, Mick Jagger, Donald Trump dan aktor Kevin Costner, penghasilan pertahunnya konon 7,5 juta dollar. Sejak saat itu kehidupan pribadi Sarkozy sering mendapat sorotan media infotainment Perancis yang terkenal dengan paparazzi yang amat kejam. Apalagi saat itu Perancis sedang dilanda demo besar-besaran menentang kebijakan Sarkozy soal imigran.
Namun nyatanya, Sarkozy cuek, masyarakat sendiri juga biasa-biasa saja. Yang jadi repot justru hubungannya dengan negara-negara sahabat yang akan dikunjunginya. Dalam kunjungan kenegaraan ke luar negri, ia bersikeras membawa pacarnya itu yang konon kabarnya sudah hamil. Negara yang akan dikunjungi jadi dibuat bingung bagaimana cara memperlakukan pacar Presiden. Apakah akan disambut sebagai Ibu Negara Perancis atau bagaimana?
Salah satu negara yang akan dikunjungi adalah India. Pemerintah konservatif India yang menjunjung tinggi nilai moral jadi betul-betul pusing bagaimana cara menyambutnya. Untunglah, Sarkozy lalu sadar dan bersikap rasional ia mempercepat mengawini pacarnya itu. Urusan selesai? Belum! Walau ia populer dan populis, ia dihukum rakyat Perancis yang tidak memilihnya lagi dalam Pemilu selanjutnya!
Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya kalau jawabannya jujur. Prabowo itu bukan pilihan representasi logis, ia hanya kantong untuk mewadahi mereka yang anti Jokowi. Pokoknya asal jangan Jokowi. Walau tentu saja ironisnya, itu diwakili oleh kelompok radikal dan partai fundamentalis. Mereka yang suka pasang spanduk: "Prabowo Menang, Poligami Menang". Ironik, karena presiden yang diusungnya malah memiliki pasangan pun tidak.
Bagi banyak orang, sebenarnya Prabowo tidak jelek-jelak amat. Jokowi pun sempat melamarnya sebagai cawapres-nya. Yang mengerikan memang banyak kelompok yang ada di belakangnya. Mereka yang menggunakan agama, hanya untuk kepentingan sesaat dan sama sekali tidak menunjukkan karakter dasarnya sebagai rahmatan lil alamin.
Bagi para pendukungnya: Ibu Negara yang bekas anak Kepala Negara, tentulah menjadi point unggulan dibanding ibu negara yang bukan berasal dari siapa-siapa. Ibu Negara yang sudah mengenal setiap sudut Istana, dan sudah tahu memperlakukan lawan dan kawan politiknya. Walau realitasnya masih jauh panggang dari api: tak ada tanda-tanda ke arah sana, bahkan mungkin ketika ada megathrust jika Prabowo menang.
Jadi alih-alih jika nanti menang akan menjemput Si Habib di Arab pakai jet pribadi. Mula-mula carilah pasangan dulu, Bung Prabowo. Kalau si Mmbak itu ribet, carilah foto model saja, contohlah Sarkozy! Jangan lupa yang penyayang binatang, yang pandai naik kuda.
Lebih dari yang kau tahu, rakyat negeri ini juga butuh calon ibu negara. Keseriusanmu memiliki pasangan, sesungguhnya ukuran keseriusanmu "memperjuangkan" gerakan ganti presiden. Kalau kelak kami tidak bangga pada reputasi dan prestasimu, setidaknya kami terhibur dengan kecantikan, keluwesan, dan keanggunan (calon) ibu negara baru itu.....
Ingat, bung, tidak ada Negara tanpa Ibu Negara!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews