Freeport di Mata Oposisi

Minggu, 23 Desember 2018 | 17:29 WIB
0
510
Freeport di Mata Oposisi
Presiden Joko Widodo (Foto: Tempo.co)

Sebagaimana sudah dinyinyiri Fadli Zon, para oposan Jokowi berkukuh; divestasi saham PT Freeport bukanlah prestasi. Apalagi dilakukan dengan duit utang luar negeri. Gerindra mengatakan rakyat dibodohi Jokowi. Tapi senyampang itu, mereka bilang rakyat Indonesia sudah pintar.

Jadi, apa yang dikhawatirkan? Jika rakyat sudah pintar ‘kan tak bisa dibodohi dan dibohongi? Tapi begitulah, oposisi bodoh sering paradoksal. Ingin mendelegitimasi lawan, yang mendapat dukungan dari rakyat, tapi senyampang itu, partai oposisi juga butuh dukungan suara rakyat.

Adab oposisi kita tidak elegan. Itu menunjukkan kelas mereka. Perspektif yang dibangun, tak jauh dari persepsinya. Opisisi selalu menyerang soal utang, tapi tak melihat penguasaan 51%, pemerintah Indonesia bisa mengubah arah, merombak manajemen, dan menghitung ulang peruntungan dan peruntukannya.

Oposisi menggelapkan soal keuntungan dari 51%. Senyatanya, yang dilakukan Jokowi, Indonesia bisa mendikte McMooran Inc. Jokowi juga bisa memberikan 10% saham pada rakyat Papua.

Ketika tambang emas Papua diserahkan Soeharto pada Freeport (antara lain tim perumus termasuk Sumitro Djojohadikusumo -ayah Prabowo), tambang emas Indonesia itu hanya menguntungkan Soeharto dan kambratnya. Pembagian saham sangat tidak memadai. Rakyat Papua sama sekali tak menikmati, sementara para bajingan di Jakarta, kambrat Soeharto, berpesta-pora.

Itu semua berjalan sejak 1967, sebagai bayaran Soeharto menyingkirkan Sukarno. Sementara, dengan penguasaan 51% saham, dalam kontrak baru sampai 2041, pola manajemennya tak bisa sebagaimana jaman Soeharto dulu. Apalagi Jokowi menyertakan rakyat Papua dalam kepentingan ini.

Sesungguhnya, pada sisi ini anggota DPR mestinya fokus, untuk mengawasi pelaksanaannya. Bukan malah terkesan membela para penjahat dalam barisan ‘papa minta saham’.

Dalam dunia bisnis, apalagi dengan skala global, utang-piutang hal wajar. Apalagi setelah dilakukan berbagai kajian para ahli. Jika McMooran Inc berani memperpanjang kontrak sampai 2041, mereka bukan perusahaan kecil dengan naluri pedagang kaki-5. Berapa duit bakal berputar dalam 20 tahun ke depan? Manajemen Freeport lebih tahu dibanding Fadli Zon dan para yang asal njeplak.

Ekonomi dan politik, adalah hal berbeda. Namun keduanya makin berbeda ketika niatan buruk dilibatkan. Pada mereka yang berniat baik, untuk bangsa dan negara, ekonomi dan politik disinergikan. Pada sisi ini, kelompok oposisi sering tak bisa menjelaskan jenis kelaminnya. Hanya nafsunya yang gede untuk berkuasa, namun tak disertai gagasan dan kapasitas memadai.

Terus tiba-tiba mendaku telah mewakafkan hidup untuk bangsa dan negara? Itu prestasi? Itu mah biasa, kewajiban manusia baik untuk bangsa dan negara. Kecuali dirinya memang bukan orang baik. Jadi harus pasang pengumuman, pakai loudspeaker: Halo, halo, saya sudah mewakafkan diri lho. Jangan tanya saya, di mana mereka yang diculik!

***