Khawatir nanti sepeninggal Jokowi tidak lagi memerintah, parasit ini berpeluang bisa bangkit lagi dan lebih membabi buta.
Fenomena Jokowi di mata masyarakat Indonesia seakan tiada habisnya, seperti tetes air dalam kegersangan kehadirannya begitu sangat penting dalam perubahan tatanan pemerintahan Indonesia, baik dari sisi politik, ekonomi hukum dan hak Asasi manusia.
Tidak tanggung-tanggung setelah Jokowi menjabat dua periode sebagai Presiden Republik Indonesia, Indonesia digadang-gadang akan memasuki era emas pada tahun 2045 bahkan diperkirakan akan masuk 10 besar ekonomi terkuat di dunia.
Seperti apa itu generasi emas yang diharapkan tahun 2045? Yaitu Generasi Masa Depan Indonesia. Generasi yang cerdas dan mau menerima perubahan, memiliki kecerdasan yang komprehensif yakni produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat, sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya dan Berperadaban unggul.
Tentu hal itu bisa terjadi dengan perhatian yang menyeluruh, selain harus diterapkan sejak dini menuju impian Indonesia menjadi generasi emas 2045, tetapi juga hal itu sangat dipengaruhi oleh faktor siapa pucuk pimpinan pemerintahannya. Jika presidennya yang punya karakter seperti Jokowi kemungkinan besar tidak sulit untuk mewujudkan Indonesia emas tahun 2045.
Seperti kita ketahui bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun), sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun) pada periode tahun 2020-2045.
Masa Kelahiran di tahun pemerintahan Jokowi mulai tahun 2014-2021 akan berusia 30 dan 25 tahun pada 2045 yang akan datang, di mana mereka pada saat itu akan menjadi generasi muda yang produktif, bersyukur mereka terlahir pada saat pemerintahan Jokowi yang giat giatnya membangun baik fisik maupun mental, bahkan Jokowi mengibarkan program revolusi mental dan juga memberangus para pelaku korupsi.
Jokowi bahkan mengesampingkan soal untung rugi dalam membangun kawasan timur Indonesia, Jokowi hanya memastikan sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia itu terlaksana, pembangunan besar besaran sedang dilaksanakan disana termasuk realisasi jalan trans papua yang bagi pemerintahan sebelumnya seperti kemustahilan namun dengan niat adil Jokowi berhasil membangunnya dan masih terus berlanjut pembangunan sarana dan prasarana lainnya.
Yang menjadi kerisauan adalah masa Pemerintahan Jokowi lebih kurang tinggal 3.5 tahun lagi, undang–undang mengamanatkan saat ini Presiden berkuasa maksimal 2 periode atau dalam kurun waktu 10 tahun. Lalu bagaimana selanjutnya?
Masyarakat Indonesia berharap Jokowi bisa terus memimpin Indonesia, atau minimal menambah 1 periode lagi untuk menuntaskan hal – hal yang sudah digagas dan dikerjakan oleh Kabinet pemerintahan Jokowi, walau Jokowi secara tegas juga telah menolak bahwa dirinya tidak ingin 3 periode karena undang – undang hanya memperbolehkan 2 periode saja.
Hal ini menjadi beban pikiran masyarakat Indonesia, sebab parasit parasit yang selama ini yang telah menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oknum-oknum pejabat yang punya kuasa dan wewenang yang sibuk cawe cawe sana sini demi kepentingan pribadi dan golongan dengan susah payah diberantas Jokowi sepertinya belum tumpas sampai akar akarnya. Khawatir nanti sepeninggal Jokowi tidak lagi memerintah, parasit ini berpeluang bisa bangkit lagi dan lebih membabi buta.
Kita wajib waspada dan jeli menentukan pilihan pemimpin kedepan, mengharapkan Jokowi untuk terus memimpin juga seperti kemustahilan, tugas kita bersama adalah bagaimana caranya mencari, menciptakan dan memilih Presiden seperti karakter Jokowi, karena jika jatuh pada tangan orang yang salah, tidak saja Indonesia 2045 terhambat menjadi Indonesia Emas tapi bisa juga kembali menjadi Indonesia yang paling rasua dan menjadi negara miskin.
Luber Sitanggang
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews