Negeri ini memang luar biasa! Isinya penuh dengan kenaifan, munafik! Katnya tidak boleh orang tionghoa jadi pejabat tinggi, tapi nyatanya ada yang turun naik jadi Ketua DPR.
Najwa Shihab, bekas anchor MetroTV, yang selepas dari induk yang membesarkannya itu makin ancur "podcast"-nya itu. Gak lagi diminati, karena cara wawancaranya makin suka main potong sak karepe dewe itu. Hingga tampak "kurang Timur", terasa tidak sopan dan bijak. Ia pernah bilang, sebenarnya tak pernah menyimpan dendam apa pun terhadap nara sumber-nya. Kecuali pada satu sosok. Siapa itu?
Setya Novanto!
Kenapa ia sedemikian benci dengan SN. Saya kini makin paham bahwa ia adalah salah satu dramawan politik terbesar di Indonesia era Indonesia modern ini. Bisa dimengerti, pada masa mudanya, ketika ia tinggal di Surabaya. Pada tahun 1975 ia pernah dinobatkan sebagai Pria Tertampan di Kota Buaya itu. Walau terlahir dari keluarga yang pas-pasan, dengan modal ketampanan dan keluwesanya itu ia memulai karier sebagai pedagang beras, sebelum menjadi sopir.
Menjadi sopir bagi keluarga Mas Isman, yang kelak akan mengubah jalan hidupnya. Seorang tokoh perjuangan kemerdekaan dalam Perang Kemerdekaan di Jakarta Timur. Setelah menjadi Komandan TRIP di masa revolusi, di masa Orde Baru ia mendirikan Ormas Kosgoro. Namun kemudian justru, anaknyalah: Hayono Isman. Yang pernah diangkat menjadi Menpora di era Orde Baru. Pada tahun 2015, Mas Isman diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Dari titik perkenalan dengan "keluarga orang besar" inilah, ia merintis karier politiknya di Golkar dari titik paling bawah.
Namanya mulai dikenal publik, saat meletus kasus Bank Bali. Ia terlibat dalam kasus cessie, atau penjualan anjak piutang. Yang dianggap kriminal pada saat itu, tapi hari-hari ini berbalik dianggap hal biasa dan legal. Ia memang dikenal sebagai "money hunter" di lingkaran Golkar. Latar belakang etnik-nya yang berdarah Tionghoa, modal tampang tampan, dan kemampuan marketingnya membuatnya menjadi "anak emas" di partai kuning ini.
Nyaris selalu ada namanya dalam kasus raksasa di negeri ini. Tapi ia baru benar-benar tergelincir masuk penjara, ketika Kasus e-KTP yang tebang pilih itu menjadikannya sebagai "top target" sementara. Padahal bila mau adil, tentu harusnya tidak sekedar pejabat tertinggi legislatif saja yang kena, tetapi terutama di tingkat eksekutifnya.
Di kasus terakhir inilah, ia memainkan sandiwara dramatik, hingga kepalanya benjol sebesar bakpao ketika fortuner-nya menabrak tiang listrik itu.
Lalu dibela dan ditutup-tutupi oleh pengacara sombongnya itu, yang kemudian juga menyusulnya masuk prodeo tu...
Tapi bukan di kasus itu cerita paling dramatiknya. Ia justru mendapat julukan yang jauh lebih melodius dan tragik justru dalam kasus Freeport. Ketika pembicaraan tertutupnya dibocorkan oleh tokoh yang tak kalah anehnya bernama Sudirman Said. Dalam moment itu, ia blak-blakan minta bagian saham freeport yang akan didivestasi.
Hingga muncul kasus yang populer di publik sebagai "Papa Minta Saham". Yang lucunya di mata masyarakat, itu sebagai padanan kasus receh "Mama Minta Pulsa". Padahal tidak demikian ceritanya...
Dalam sebuah diskusi internal di kantor saya yang baru, ketika berkelakar dengan seorang tokoh. Ia bercerita tentang sebuah fenomena yang tidak banyak orang tahu. Apa profesi sebenarnya SN yang paling pokok. Bahwa SN adalah orang yang tidak pernah jenak, jika diajak rapat. Ia tak terlalu hirau dalam hal teknis, tetapi selalu cepat tanggap dalam hal "pembagian untung".
Ia adalah orang yang dalam rapat selalu suka, tiba-tiba keluar lalu telpon sana-sini ngurus bisnis pribadinya. Sedemikian pentingnyakah bisnis tersebut? Bisa ya bisa tidak...
Apakah profesinya itu?
Baca Juga: Habis "Papa Minta Saham", Terbitlah "Papa Minta Wapres"
Di Jakarta, konon ada seorang mucikari kelas atas. Siapa tak kenal dengan nama Hartono? Ia adalah penyedia lady escort untuk kalangan terelit di negeri ini. Ia adalah penyedia jasa "You know-lah" untuk memuluskan setiap kepentingan bisnis, politik, apa pun. Hartono adalah agennya, dan SN adalah boss-nya. Ia adalah aktor intelektual di belakangnya, yang mengatur ini itu, untuk siapa, dimana, dst dst....
Hal ini menjelaskan kenapa di lingkaran terdekatnya, ia dipanggil Papa. Bukan bapak, juga bukan daddy misalnya.....
Negeri ini memang luar biasa! Isinya penuh dengan kenaifan, munafik! Katnya tidak boleh orang tionghoa jadi pejabat tinggi, tapi nyatanya ada yang turun naik jadi Ketua DPR. Tak boleh cacat hukum atau cacat moral sebagai pejabat publik. Tapi nyatanya diam saja tak pernah peduli pernah dipimpin oleh mucikari. Malah diam, menutupi, ikut menikmati...
Eh! Mosok sih, hooh je....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews