Dengan kita membeli komoditas pertanian seperti sayur, buah, beras dll dari tangan petani tanpa menawar, kita sejatinya sudah meringankan derita mereka.
Saat semua orang bingung menyelamatkan diri dari serangan virus Covid -19, petani terus bekerja.
Bukan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Tapi juga untuk kita. Untuk keberlangsungan hidup kita semua.
Bayangkan kalau suatu masa mereka berhenti berproduksi. Mungkin karena usaha taninya tidak lagi memberikan hasil yang layak.
Mungkin hasil taninya nggak cukup lagi buat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mungkin tanah mereka sudah dijual.
Mungkin karena jalur-jalur irigasi sudah mampet, akibat dampak pembangunan jalan maupun ulah spekulan tanah.
Mungkin juga karena lahan-lahan sawah itu sudah beralih fungsi secara bertahap. Dari lahan sawah, jadi tegalan, lalu nggak lama kemudian jadi komplek perumahan, kantor, dan gedung-gedung megah.
Pandemi Covid -19 menyadarkan kita semua, pentingnya bangsa ini memiliki ketahanan pangan yang baik. Memastikan bangsa kita mampu menyediakan pangan secara mandiri, tidak bergantung pada impor dari negara lain.
Sebab dalam situasi seperti ini, tidak ada satupun negara yang mau melepas stok pangan mereka untuk memenuhi kebutuhan perut rakyat di negara lain. Masing-masing negara butuh jaminan ketahanan pangan bagi rakyatnya sendiri.
Semoga pandemi Covid -19 menjadi momen bagi bangkitnya kesadaran kita, untuk memproduksi pangan sendiri. Oleh petani sendiri, di lahan milik sendiri.
Bagi para birokat dan pejabat, juga pengusaha properti, berhentilah menggusur lahan-lahan pertanian untuk memenuhi hasrat duniawi.
Bagi aparat penegak hukum, lindungilah lahan pertanian kita dari alih fungsi lahan, dengan segala modus yang menungganginya.
Bagi kita semua, ayo kita beli produk pertanian dengan harga yang wajar. Kalau kita bisa membeli langsung komoditas pertanian dari tangan petani, nggak usah ditawar. Langsung bayar saja.
Karena dalam setiap tetes peluh petani, mengandung rangkaian penderitaan hidup yang tidak berkesudahan.
Mulai dari pupuk langka, nggak ada air irigasi, kemarau panjang, serangan hama-penyakit, harga sarana produksi yang mahal saat tanam, impor yang mendadak masuk saat panen, jatuhnya harga jual saat panen, hingga tekanan para renternir dan tengkulak akibat sistem perbankan belum berpihak pada mereka.
Dengan kita membeli komoditas pertanian seperti sayur, buah, beras dll dari tangan petani tanpa menawar, kita sejatinya sudah meringankan derita mereka.
Kita setidaknya sudah berkontribusi pada upaya membangun ketahanan pangan bangsa ini.
Salam sehat, bantu petani, lawan corona.
Hermas Prabowo, Wakil Sekjen Komite Pemberdayaan Pertanian Indonesia
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews