Kandidat Presiden dan Teknik "Semburan Kebohongan"

Dalam atmosphere politik kekinian menjelang Pilpres 2024, sudah terlihat secara terang benderang, siapa kandidat yang ada kecenderungan menggunakan tekhnik propaganda ini

Kamis, 14 Mei 2020 | 23:17 WIB
0
605
Kandidat Presiden dan Teknik "Semburan Kebohongan"

Menyelisik laku politik kandidat Presiden, yang cenderung mengulang-ulang kebohongan, dalam mengkampanyekan dirinya, ditengarai adalah bagian dari strategi, tekhnik propaganda ala Rusia ini dikenal dengan Firehose of The Falsehood (semburan dusta). Tujuannya agar dirinya selalu menjadi pembicaraan publik.

Satu paket dengan tekhnik propaganda ini adalah playing victim, diawali dengan melakukan pengulangan kebohongan sehingga memancing kekesalan, yang pada akhirnya berujung pada perundungan.

Dengan terus menerus dirundung, maka akan memberikan kesan terzalimi. Biasanya yang berada dalam posisi terzalimi akan mudah meraih simpati. Itulah salah satu tujuan menggunakan tekhnik propaganda ini.

Jadi kalau ada kandidat Presiden melakukan pengulangan kebohongan, dalam laku politiknya sehari-hari, itu adalah bagian dari strategi menaikkan elektoral. Laku politik seperti itu sangat mudah dicirikan, karena pengulangan kebohongan yang dilakukan merupakan sebuah kesengajaan yang diulang-ulang.

Donald Trump pernah menggunakan tekhnik propaganda ini pada Pilpres AS tahun 2016, begitu juga pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Saya pernah mengulasnya saat Pilpres sedang hangat-hangatnya.

Menurut Dosen Dosen FTSP ITB, PhD student of Oxford UK, Ahmad M Firdaus, kekuatan propaganda ini terletak pada trigger amygdala lewat narasi, yang menyerang saraf otak dengan pengulangan kebohongan, untuk menimbulkan rasa takut. 

Pengulangan kebohongan kalau terus dilakukan maka akan men-trigger amygdala, dan lambat laun akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran, sehingga membuat amygdala masyarakat aktif secara terus menerus.

Amygdala adalah bagian otak yang tergolong primitive, karena berhubungan dengan kemampuan kita bertahan (survival instinct). Sementara, dibutuhkan tingkat kecerdasan tertentu seseorang agar Insula-nya aktif.

Itulah kenapa ada kecenderungan konsultan politik mengarahkan kandidatnya, untuk menggunakan tekhnik propaganda firehose of the falsehood, karena tekhnik propaganda ini terbilang efektif untuk menaikkan elektabilitas kandidatnya.

Dalam percaturan kontestasi politik, laku politik yang menggunakan tekhnik propaganda ini sangat terlihat jelas. Kecenderungan seorang kandidat memosikan dirinya sebagai pihak yang teraniaya, karena pengulangan kebohongan yang sengaja diciptakannya, adalah ciri kalau dia sedang memainkan tekhnik propaganda tersebut.

Dalam atmosphere politik kekinian menjelang Pilpres 2024, sudah terlihat secara terang benderang, siapa kandidat yang ada kecenderungan menggunakan tekhnik propaganda ini, dan itu bisa dilihat dari laku politik dalam kesehariannya, mengulangi berbagai kebohongan sudah dianggap sesuatu yang dilazimkan. 

***