Dalam atmosphere politik kekinian menjelang Pilpres 2024, sudah terlihat secara terang benderang, siapa kandidat yang ada kecenderungan menggunakan tekhnik propaganda ini
Menyelisik laku politik kandidat Presiden, yang cenderung mengulang-ulang kebohongan, dalam mengkampanyekan dirinya, ditengarai adalah bagian dari strategi, tekhnik propaganda ala Rusia ini dikenal dengan Firehose of The Falsehood (semburan dusta). Tujuannya agar dirinya selalu menjadi pembicaraan publik.
Satu paket dengan tekhnik propaganda ini adalah playing victim, diawali dengan melakukan pengulangan kebohongan sehingga memancing kekesalan, yang pada akhirnya berujung pada perundungan.
Dengan terus menerus dirundung, maka akan memberikan kesan terzalimi. Biasanya yang berada dalam posisi terzalimi akan mudah meraih simpati. Itulah salah satu tujuan menggunakan tekhnik propaganda ini.
Jadi kalau ada kandidat Presiden melakukan pengulangan kebohongan, dalam laku politiknya sehari-hari, itu adalah bagian dari strategi menaikkan elektoral. Laku politik seperti itu sangat mudah dicirikan, karena pengulangan kebohongan yang dilakukan merupakan sebuah kesengajaan yang diulang-ulang.
Donald Trump pernah menggunakan tekhnik propaganda ini pada Pilpres AS tahun 2016, begitu juga pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Saya pernah mengulasnya saat Pilpres sedang hangat-hangatnya.
Menurut Dosen Dosen FTSP ITB, PhD student of Oxford UK, Ahmad M Firdaus, kekuatan propaganda ini terletak pada trigger amygdala lewat narasi, yang menyerang saraf otak dengan pengulangan kebohongan, untuk menimbulkan rasa takut.
Pengulangan kebohongan kalau terus dilakukan maka akan men-trigger amygdala, dan lambat laun akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran, sehingga membuat amygdala masyarakat aktif secara terus menerus.
Amygdala adalah bagian otak yang tergolong primitive, karena berhubungan dengan kemampuan kita bertahan (survival instinct). Sementara, dibutuhkan tingkat kecerdasan tertentu seseorang agar Insula-nya aktif.
Itulah kenapa ada kecenderungan konsultan politik mengarahkan kandidatnya, untuk menggunakan tekhnik propaganda firehose of the falsehood, karena tekhnik propaganda ini terbilang efektif untuk menaikkan elektabilitas kandidatnya.
Dalam percaturan kontestasi politik, laku politik yang menggunakan tekhnik propaganda ini sangat terlihat jelas. Kecenderungan seorang kandidat memosikan dirinya sebagai pihak yang teraniaya, karena pengulangan kebohongan yang sengaja diciptakannya, adalah ciri kalau dia sedang memainkan tekhnik propaganda tersebut.
Dalam atmosphere politik kekinian menjelang Pilpres 2024, sudah terlihat secara terang benderang, siapa kandidat yang ada kecenderungan menggunakan tekhnik propaganda ini, dan itu bisa dilihat dari laku politik dalam kesehariannya, mengulangi berbagai kebohongan sudah dianggap sesuatu yang dilazimkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews