dalam bermedia sosial, kemanusiaan mesti dikedepankan. Welas asih. Berbelas kasihan. Meski kepada orang yang kita benci sekalipun.
Semburan informasi soal rekayasa penyerangan Novel Baswedan agaknya sudah sampai pada puncaknya. Perempuan yang getol mensharing imajinasi liarnya soal rekayasa itu kini sudah melapor ke polisi. Perempuan itu hobbynya main lapor tapi tidak pernah ditanggapi polisi. Karena semata cari sensasi tanpa bukti kuat yang membolehkan polisi menyelidiki laporannya.
Pelaporan Novel diperkirakan tidak akan ditanggapi. Sebab polisi tengah konsentrasi menemukan pelaku penyerangan Novel Baswedan sampai Desember, seperti yang ditegaskan Preisiden.
Dan aksi pelaporan ini menuai kecaman karena dianggap berlebihan. Ini kecenderungan bagus. Karena dapat mengimbangi gegap gempita dukungan yang membenarkan imajinasi liar dengan aneka alasan . Banyak dari kita yang menyudutkan Novel Baswedan sebagai orang yang jahatnya luar biasa.
Padahal kita tidak tahu apa-apa kecuali postingan di medsos yang sama sekali tidak ada data pendukungnya.Kita percaya pada para kadal medsos dan pansos yang sepertinya menemukan lahan baru untuk menjadi populer.
Hingga ada dari kita yang menyebut Novel dengan sebutan menghinakan. Seperti Wan Picek, Bangsat Taliban dan sebagainya. sebagainya. Sungguh ini perilaku kelas kaleng-kaleng yang tidak bermoral. Hanya untuk populer di medsos, kita tega menyebut orang demikian.
Kita bisa saja menerka Novel melakukan rekayasa. Namun kebencian yang sukses disebarkan melalui media sosial, termasuk dia orang Taliban , hendaknya tidak membuat kita kesetanan. Bagaimanapun masih ada celah, imajinasi liar itu bisa disanggah dan salah. Oleh hasil akhir kepolisian.
Itu yang harusnya kita jadikan acuan. Kita musti bersabar dan tidak menyebarkan imajinasi liar meski kita benci dia.
Bagaimanapun Novel Baswedan adalah manusia. Seorang ayah yang mencintai anaknya. Dia punya keluarga. Sama seperti kita.
Tidak seharusnya kita membidas dan menghina Novel sedemikian rupa dengan kejamnya. Hingga perilaku kita sama dengan mereka yang mengubah wajah Presiden Jokowi dengan muka anjing atau babi. Kita jadi selevel dengan mereka.
Karena itu, dalam bermedia sosial, kemanusiaan mesti dikedepankan. Welas asih. Berbelas kasihan. Meski kepada orang yang kita benci sekalipun.
Sebab sangkaan kita belum tentu benar. Kita tidak punya data dan kemampuan menyelidiki . Postingan kita hanya bersandar dari informasi pihak ketiga. Jadi kemungkinan kita salah, selalu ada. Kita tidak boleh menutupi kemungkinan itu.
Karena ketika kebenaran itu datang, kita tidak mendapatkan sinarnya. Kita akan selalu berada dalam kegelapan.
Karena kebencian yang menjajah otak kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews