Jalan Airlangga Menjadi Presiden RI Makin Terang

Kita boleh saja percaya terhadap ramalan Jayabaya tentang Notonagoro ini, dan kita bisa pula tidak mempercayai dan menganggapnya sebagai mitos.

Jumat, 4 Oktober 2019 | 14:22 WIB
0
493
Jalan Airlangga Menjadi Presiden RI Makin Terang
Airlangga Hartarto (Merdeka.com)

Saya terus mencermati perkembangan politik di tanah air, terutama rencana pelantikan Presiden RI tanggal 20 Oktober 2019. Selain itu juga terus mencermati perkembangan yang terjadi di Partai Golkar.

Mengapa? Ini pertanyaan yang dari sisi intelstrat komponen sosial dan budaya tetap penulis jadikan indikasi. Kadang informasi irasional justru menjadi dasar analisis kelas satu, dibanding info desepsi yg rasional.

Partai Golkar kini sebagai partai terkuat kedua dalam pera politik trio bersama PDIP dan Gerindra. Selain itu, ada sosok yang saya perhatikan terus sebagai bahan prediksi, dia adalah Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.

Airlangga Mengungguli Bamsoet

Bamsoet yang Ketua DPR, sebelumnya bersaing ketat dengan Airlangga untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Tetapi kemudian tercapai kesepakatan, Bamsoet mengundurkan diri sebagai calon Ketum Golkar dan dicalonkan sebagai Ketua MPR. Jelas ini deal yang menguntungkan Airlangga, karena Indonesia dikuasai oleh parpol, whoever si pimpinan nasional, dia bisa menjadi presiden harus diusulkan dan terus dikawal parpol dengan komitment yang solid.

Bambang Soesatyo (Bamsoet) akhirnya resmi menjadi Ketua MPR periode 2019-2024, terpilih secara aklamasi. Semua parpol di DPR plus DPD awalnya mendukungnya, kecuali Gerindra. Tapi akhirnya Fraksi Gerindra menyatakan mendukung, dengan embel-embel dapat arahan dari Prabowo dan Megawati.

Setelah pelantikannya, Bamsoet di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10) mengatakan, "Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada lagi persaingan, kita sudah selesai." 

Di lain sisi , Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga menegaskan, bahwa memilih Bamsoet sebagai Ketua MPR menjadi bukti kekompakan partai beringin untuk mengawal kepentingan bangsa. "Hari ini sudah jelas Golkar membuktikan soliditas dengan kebersamaan Partai Golkar mengutamakan kepentingan nasional di atas segala-galanya," tegasnya.

Analisis Prediksi

Pada awal persaingan, Bamsoet menjadi tokoh yang diperkirakan lebih kuat dibandingkan Airlangga. Dia dikabarkan didukung dua Jenderal purn yang kini mewarnai dunia politik Indonesia. Mengapa akhirnya bergeser ke MPR? Ini konsep strategi besar dari koalisi yang terbentuk di bawah meja.

Nah, penulis justru menilai ini signal positif bagi Airlangga, jalannya untuk menjadi orang nomor satu di negara ini menjadi lebih terbuka. Kerikil hambatannya Munas Desember, yaitu pemilihan Ketum. Pesaing utamanya adalah Indra Bambang Utoyo, yang juga sebagai Wakil Ketum FKPPI. Airlangga demikian kuat, sehingga ada yang menyebut pertarungan Desember antara Goliath versus Daud.

Tetapi Airlangga jangan menyepelekan, jarang orang jatuh karena menabrak batu besar yang kasat mata, justru kerikil kecil yang membuat orang jatuh. Dia harus merangkul para tokoh Golkar, sikap nose up akan merugikannya

Bagaimana memprediksi pimpinan nasional ke depan? Setelah membaca link penulis di atas, nampaknya jalan Airlangga yang suatu saat akan menjadi pengganti Jokowi semakin terang. Hingga saat ini belum nampak ada tokoh politik atau lainnya dengan akhiran namanya "GA" atau "GO" yang patut diperhitungkan.

Penulis tidak ingin menyatakan kapan waktunya, sayang sang peramal Notonagoro sudah tiada. Sebagai penutup, sekali lagi, kita boleh saja percaya terhadap ramalan Jayabaya tentang Notonagoro ini, dan kita bisa pula tidak mempercayai dan menganggapnya sebagai mitos.

Yang jelas, ini hanyalah sebuah prediksi (ramalan) yang bisa jadi benar dan bisa jadi keliru, walaupun demikian tidak ada salahnya untuk kita cermati bersama.

Hanya waktu yang dapat menjawab, seperti Semoga bermanfaat.

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen

***