Kita boleh saja percaya terhadap ramalan Jayabaya tentang Notonagoro ini, dan kita bisa pula tidak mempercayai dan menganggapnya sebagai mitos.
Saya terus mencermati perkembangan politik di tanah air, terutama rencana pelantikan Presiden RI tanggal 20 Oktober 2019. Selain itu juga terus mencermati perkembangan yang terjadi di Partai Golkar.
Mengapa? Ini pertanyaan yang dari sisi intelstrat komponen sosial dan budaya tetap penulis jadikan indikasi. Kadang informasi irasional justru menjadi dasar analisis kelas satu, dibanding info desepsi yg rasional.
Partai Golkar kini sebagai partai terkuat kedua dalam pera politik trio bersama PDIP dan Gerindra. Selain itu, ada sosok yang saya perhatikan terus sebagai bahan prediksi, dia adalah Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.
Airlangga Mengungguli Bamsoet
Bamsoet yang Ketua DPR, sebelumnya bersaing ketat dengan Airlangga untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Tetapi kemudian tercapai kesepakatan, Bamsoet mengundurkan diri sebagai calon Ketum Golkar dan dicalonkan sebagai Ketua MPR. Jelas ini deal yang menguntungkan Airlangga, karena Indonesia dikuasai oleh parpol, whoever si pimpinan nasional, dia bisa menjadi presiden harus diusulkan dan terus dikawal parpol dengan komitment yang solid.
Bambang Soesatyo (Bamsoet) akhirnya resmi menjadi Ketua MPR periode 2019-2024, terpilih secara aklamasi. Semua parpol di DPR plus DPD awalnya mendukungnya, kecuali Gerindra. Tapi akhirnya Fraksi Gerindra menyatakan mendukung, dengan embel-embel dapat arahan dari Prabowo dan Megawati.
Setelah pelantikannya, Bamsoet di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10) mengatakan, "Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada lagi persaingan, kita sudah selesai."
Di lain sisi , Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga menegaskan, bahwa memilih Bamsoet sebagai Ketua MPR menjadi bukti kekompakan partai beringin untuk mengawal kepentingan bangsa. "Hari ini sudah jelas Golkar membuktikan soliditas dengan kebersamaan Partai Golkar mengutamakan kepentingan nasional di atas segala-galanya," tegasnya.
Analisis Prediksi
Pada awal persaingan, Bamsoet menjadi tokoh yang diperkirakan lebih kuat dibandingkan Airlangga. Dia dikabarkan didukung dua Jenderal purn yang kini mewarnai dunia politik Indonesia. Mengapa akhirnya bergeser ke MPR? Ini konsep strategi besar dari koalisi yang terbentuk di bawah meja.
Nah, penulis justru menilai ini signal positif bagi Airlangga, jalannya untuk menjadi orang nomor satu di negara ini menjadi lebih terbuka. Kerikil hambatannya Munas Desember, yaitu pemilihan Ketum. Pesaing utamanya adalah Indra Bambang Utoyo, yang juga sebagai Wakil Ketum FKPPI. Airlangga demikian kuat, sehingga ada yang menyebut pertarungan Desember antara Goliath versus Daud.
Tetapi Airlangga jangan menyepelekan, jarang orang jatuh karena menabrak batu besar yang kasat mata, justru kerikil kecil yang membuat orang jatuh. Dia harus merangkul para tokoh Golkar, sikap nose up akan merugikannya
Bagaimana memprediksi pimpinan nasional ke depan? Setelah membaca link penulis di atas, nampaknya jalan Airlangga yang suatu saat akan menjadi pengganti Jokowi semakin terang. Hingga saat ini belum nampak ada tokoh politik atau lainnya dengan akhiran namanya "GA" atau "GO" yang patut diperhitungkan.
Penulis tidak ingin menyatakan kapan waktunya, sayang sang peramal Notonagoro sudah tiada. Sebagai penutup, sekali lagi, kita boleh saja percaya terhadap ramalan Jayabaya tentang Notonagoro ini, dan kita bisa pula tidak mempercayai dan menganggapnya sebagai mitos.
Yang jelas, ini hanyalah sebuah prediksi (ramalan) yang bisa jadi benar dan bisa jadi keliru, walaupun demikian tidak ada salahnya untuk kita cermati bersama.
Hanya waktu yang dapat menjawab, seperti Semoga bermanfaat.
Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews