Sebagian kita lemah di situ. Hingga toleran pada intoleransi. Persoalan Pertamina bukan sekedar Ahok, tapi ada agenda lain yang diperjual-belikan.
Hari ini, hari pertama Ahok masuk kerja sebagai Komisaris Utama BUMN Pertamina. Tapi kenapa Ahok begitu ditentang? Pertanyaannya bisa diganti begini, sih; Siapa saja yang menentang? Siapa saja, itu artinya tidak semua, sebagian. Nah siapa yang sebagian itu? Besar atau kecil?
Penolakan atas pengangkatan Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina, dengan mudah bisa ditengarai, dari kelompok kepentingan mana. Dari kelas kakerlak Novel Bamukmin, Arie Gumilar, PA-212, hingga sampai kelas RR, FZ, DI. Dan jika dicermati, tidak mewakili apa yang selalu mereka katakan; Atas nama kepentingan bangsa dan negara, atau pun atas nama agama.
Alasan yang mereka kemukakan, terlihat sumir. Atau setidaknya disengaja, karena hanya untuk memancing sentiment public. Untuk alasan yang sebenarnya mereka sembunyikan. Karena secara politik, rakyat jelata (tentunya pendukung langkah Presiden Jokowi), melihat dengan jelas. Perang terhadap koruptor dan predator yang bercokol di Pertamina harus dituntaskan paska pembubaran Petral.
Jika mencermati kinerja dan performance Pertamina, ada problem serius dengan BUMN yang punya nilai strategis ini, baik secara ekonomi maupun politik. Bahkan Erick Thohir, di luar dugaan, selalu menekankan soal moralitas, etika, kesungguhan untuk bekerja demi bangsa dan negara. Ada apa sebenarnya?
Sudah rahasia umum, BUMN kita seperti Pertamina, menjadi sarang penyamun. Bahkan bunker ekonomi politik bagi yang justeru memusuhi negara.
Para koruptor yang bercokol di BUMN, juga para predator dan penjahat kerah putih yang masih menjadikan BUMN sebagai sapi perah. Jadi ketika ada upaya serius pemerintah, untuk membersihkan Pertamina dari para penyamun, dengan mendatangkan Ahok, dengan gampang kita melihatnya; siapa yang menolaknya?
Yang lebih berkempentingan atas penolakan itu, ialah mereka yang dirugikan, jika misi Jokowi melalui penunjukan Ahok berjalan mulus. Tapi ini bukan kelas Novel, RR, apalagi FZ yang ngawur itu. Ini bukan kelas jongos, tetapi menyangkut nama-nama besar, apakah ini berkait Cendana, mantan penguasa, elite partai bahkan yang ada dalam koalisi Jokowi.
Mereka yang dengan segala daya bisa menggerakkan segalanya. Bahkan untuk membeli isu agamaisme dan etnisisme. Juga tentu, menggerakkan lebih jauh lagi. Menciptakan situasi chaos atau crisis dengan dampak lebih kuat secara ekonomi, sosial dan politik.
Cara apapun, bisa mereka lakukan untuk mempertahankan diri. Bukan hanya menciptakan perang, kerusuhan, atau chaos ekonomi, melainkan juga agama pun bisa dipakai untuk mengadu domba. Perang yang kita hadapi sekarang, bukan cuma terorisme dan radikalisme agama, melainkan juga manipulasi agama.
Di situ pendustaan agama jauh lebih berbahaya daripada penistaan. Sebagian kita lemah di situ. Hingga toleran pada intoleransi. Persoalan Pertamina bukan sekedar Ahok, tapi ada agenda lain yang diperjual-belikan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews