Selama deklarasi wajah Sandiaga tanpa senyum, ketika semua angkat tangan bahkan dia tak mampu mengangkatnya, tak ada takbir dari gerak bibirnya.
Di Facebook Hestek Enggak Ada Gunanya
Pagi tadi saya menuliskan status facebook dengan judul demikian, memang secara detail saya tidak punya kapasitas keahlian untuk menjelaskannya, namun selama hampir 4 tahun terakhir saya kerap menerima job sebagai buzzer dan sedikit banyaknya saya memahami bagaimana cara untuk menaikkan sebuah hestek.
Selama ini saya akrab memainkan hestek (hashtag) di Instagram dan Twitter dan tujuan penggunaan tagar atau hestek ini adalah untuk menarik perhatian sehingga akan ada diskusi-diskusi panjang dari isu yang sedang menjadi Trending Topic (TT).
Platform twitter pertama kalinya membuat mesin yang bisa mengumpulkan satu topik, jadi ketika hestek kita buat maka berubah menjadi link makanya dengan mengklik hestek akan muncul berbagai bahasan yang terkait dengan hestek tertentu.
Awal 2012an akhirnya Facebook mengadopsi tagar, namun meski kita membuat tagar ternyata tidak berubah menjadi link hidup seperti apa yang terjadi di twitter dan instagram. Karena itu Facebook bukan tempatnya bermain hestek.
Tahun 2016 Facebook melakukan perbaikan dimana mulai bisa mengubah hestek menjadi link dan mengumpulkan postingan sejenis hanya saja tetap tak bisa tampak seperti twitter. Facebook hanya bisa sebatas mengumpulkan dan sebagai bahan mencari saja.
Facebook enggak bisa membuatnya menjadi hal yang menarik karena hestek hanya bisa dilihat oleh teman saja berbeda di twitter dimana kita bisa berinteraksi dengan hestek tanpa harus saling berteman, makanya media untuk promosi yang paling banyak digunakan brand adalah Twitter karena sekali jadi Trending Topic maka dunia bahkan bisa mengetahuinya.
Jadi oneday aku ikut pelatihan sosial media, karena waktu itu sdh berbau politik maka ada yang bertanya mengenai efektifkah menggunakan hestek di Facebook ?. Dan aku baru tahu juga saat itu ternyata hestek itu hanya ngefek kalau main twitter dan Instagram dan benar saja sih kalau aku dapat job di Facebook selalu tanpa hestik karena engagement hestek di facebook enggak kebaca juga.
Facebook cara kerjanya bukan seperti twitter, kalian mau pasang hestek apapun gak akan keindex, beda dengan twitter hestek yang senada bakal terindex menjadi sesuatu yang trending, tapi apes kalo keseringan maka akun kita bisa kena penjara sama twitter. Pengalaman ku selama menjadi buzzer beberapa kali akunku kena shadow banned karena twitter selalu bekerja random untuk mengecek hestek yang kita gunakan.
Jadi saran ku kalo memang mau hestek kalian itu berpengaruh mainnya ke twitter nanti kalo sdh jd TT bisa li kami di tolong Rusia ? Nah jadi kalo sdh TT orang akan kepo eh itu hestek apa ? Trus dijawab sama cebong ' its just a joke ' maka yg kepo tadi lgs ngetwit oh people +62 make a joke with this hashtag. Udah deh beres urusan hestek cuman gitu doang. Tapi li ada tuh mantan petinggi platform menulis ikut mainan hestek itu ? Ohh ya maklum kali baru tahu asyiknya jd buzzer berbayar .
Sudahi man teman kalian bisa lihat ekspresi Bang Sandi idola emak-emak ya bukan ibu bangsa macam aku yang jarang lihat tampan tapi lihat isi otak. Selama deklarasi wajahnya tanpa senyum, ketika semua angkat tangan bahkan dia tak mampu mengangkatnya, tak ada takbir dari gerak bibirnya, semangat selama masa kampanye hilang.
Bukan... bukan karena sakit tapi dia tahu apa yang dilakukannya hanya mempermalukan diri sendiri. Dan wajah pak Amin tumben lesu biasanya paling energik.
Pak Prabowo sudah bilang menang tapi masih bilang curang, sudah 3x deklarasi tapi kalian masih bikin hestek konyol di Facebook. Oh iya di twitter ada 300ribuan yang bikin hestek itu kalo cuman sekian ya wajar kalian kalah. Coba lihat disekitr kalian brp org yg teriak Prabowo tapi ga ikut nyoblos?
Di kantorku ada 2, paling tidak ini menjadi gambaran, demikian bisa menyadarkan kalian mengapa bisa sampe kalah. Lihat lagi berapa TPS bases partai koalisi prabowo yang kalah, ada banyak.
So masih main hestek di Facebook ? Enggak ngaruh sis ...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews