Lihatlah mereka yang memilih peran antagonis terkait pemindahan Ibu Kota Negara, orang-orang dan kelompoknya masihlah sama sejak Pilpres 2014.
Hasil pembangunan yang kita nikmati sekarang, yang dibangun oleh Pemerintahan Soekarno pada awalnya juga tidak terlepas dari kontroversi, ditentang oleh segelintir orang. Tapi, setelahnya semua menjadi sejarah yang mengukir nama Soekarno.
Semua dibangun bukanlah dalam kondisi Indonesia sedang gemilang secara ekonomi, tapi itu memang harus dilakukan, meskipun ditentang sana-sini. Di situlah konsistensi seorang Soekarno diuji, dianggap 'kopig' seperti halnya Jokowi sekarang ini.
Sejarah akan mencatat setiap peristiwa yang terjadi di Bumi Indonesia, termasuk juga sejarah Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Apakah realisasi IKN tersebut bisa diwujudkan dan di Ridhoi Allah, wallahu'alam.
Semua ikhtiar membangun IKN itu adalah bagian dari sejarah nantinya. Termasuk juga ikhtiar kelompok masyarakat yang ingin menggugat UU IKN di MK, itu pun bagian dari sejarah. Tapi, persoalannya yang mana pada akhirnya yang menjadi sejarah yang baik dan mana yang buruk.
Itu semua baru diketahui nanti, mungkin anak cucu kita yang menikmatinya nanti. Beruntunglah mereka yang masuk dalam catatan sejarah yang baik bagi bangsa ini, karena akan selalu dikenang dan amal baiknya menjadi amal jariahnya. Entahlah bagaimana yang sebaliknya.
Setiap manusia memiliki takdirnya sendiri, sesuai dengan amal perbuatannya. Ada memang yang menerima takdir yang buruk, karena memang tidak tahu bagaiman berbuat kebaikan sesungguhnya untuk kemaslahatan bersama. Itu semua sesuai dengan porsi masing-masing.
Apa yang di terima manusia itu sesuai dengan usahanya, bahkan terkadang sudah berusaha keras namun tetap saja tidak menerima apa yang diharapkan. Di situlah adanya peranan Tuhan, karena manusia memang tidak memiliki kuasa apa pun di muka bumi ini.
Hidup memang pilihan, ada yang memilih peran antagonis menjadi kelompok yang selalu bikin gaduh pun merupakan pilihan, karena memang peran seperti ini cenderung cepat populer kalau di dalam film. Bisa jadi tidak ada peluang lain dan tidak berusaha untuk berbuat dan menciptakan kedamaian. Karakter lahiriah itu memang susah diubah, kecuali memperoleh hidayah-Nya.
Sebaliknya, ada yang lebih memilih peran protagonis, peran yang cenderung berbuat kebaikan dan biasanya lebih disukai, karena selalu tampil sebagai penyelamat. Kedua karakter peran inilah yang mengisi cerita sejarah nantinya. Siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa pula yang akan menjadi pecundang sejarahlah yang akan mengukirnya.
Lihatlah mereka yang memilih peran antagonis terkait pemindahan Ibu Kota Negara, orang-orang dan kelompoknya masihlah sama sejak Pilpres 2014.
Kelompok yang memang tidak mendapatkan peran protagonis. Masih dengan mindset yang sama sebagai oposisi, yang penting menentang apa pun yang dilakukan pemeritah berkuasa.
Itulah pilihan sejarah dan takdir yang memang sesuai dengan porsinya, dan mereka sangat menikmati itu.
Aji Najiullah Thaib
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews