Di tengah wabah dan bencana alam yang berkelanjutan sampai pada titik ini, bisakah kita manusia melahirkan budaya solidaritas Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Covid-19 adalah Ujian Atau Azab?
Kasus varian baru Omicron terdeteksi di Afrika Selatan dan menyebar ke 38 negara di dunia, kasus ini terdeteksi dari warga yang baru saja tiba dari Afrika Selatan di negara-negara yang sudah menyatakan pers resmi melalui media masa, sebelum WHO mengumumkan varian omicron.
Ujian Moralitas atau Azab
Bertolong-tolonglah menanggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Alam dan Tuhan Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.
Bencana alam ataupun wabah, seringkali menunjukkan watak sebenarnya "mencerminkan siapa diri kita sebenarnya".Saat wabah Covid loncatan covid-19 meningkat seperti sekarang ini, kita bisa melihat banyak orang mengumpulkan makanan, atau obat- obatan secara berlebihan, harga obat meningkatkan, biaya tes PCR mahal. Lalu mulai terjadi prilaku mencari kesempatan diatas kesempitan, yaitu mengambil keuntungan disaat orang lain mengalami kesusahan. Refleksi naluri sifat manusia berdosa untuk mempertahankan kehidupan secara egois.
Manusia terlupa dan kehilangan rasa "kemanusiaannya". Hukum Tuhan mengajarkan "kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri" sebagai hukum yang utama.
Mengapa prilaku menolong tanpa pamrih, justru ditunjukkan oleh orang ‘Samaria’, yaitu pedagang atau profesional yang sama sekali tak terpandang dan yang tak berjubah agama. ( seperti Cerita perumpamaan Isa Al-Masih tentang orang Samaria yang baik hati ). Benarkah Agama justru membutakan nurani kita ? Benarkah kita merasa bahwa akibat taat Ibadah kita telah memperoleh Sorga ? Sehingga tak perlu berkorban bagi sesama ?
Bukankah kita sedang menipu diri sendiri? Sorga apa yang sedang kita perjuangkan jika saat hidup di dunia "egois dan tak dapat merasakan penderitaan orang lain". Sorga macam apa yang sedang kita perjuangkan, kalau kita yang sedang mengalami bencana kita katakan "ujian", sedang kalau bencana dialami orang lain kita bilang "azab".
Bukankah bencana alam tak mengenal Agama, seperti juga matahari bersinar cerah tidak memilih tempat, apakah itu kota maksiat atau kota Suci.
Bencana alam dan wabah pandemi Covid-19, seharusnya menyatukan kita yang sering membedakan antara Kita dan Mereka Ataupun Aku dan Kamu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, bukankah sekedar toleransi, tapi terapkan budaya solidaritas Sorga.
Di tengah wabah dan bencana alam yang berkelanjutan sampai pada titik ini, bisakah kita manusia melahirkan budaya solidaritas Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Dan mencampakkan budaya dan Agama, yang melabeli antara siapa yang menerima Azab dan siapa yang menerima Ujian, karena hal ini mendorong kita tak perlu menolong yang "terazab"?. Sesungguhnya melabeli orang lain terkena "azab" adalah tipuan cerdas iblis yang menyamar sebagai malaikat terang, yaitu ilham budaya egois yang berasal dari neraka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews