Covid-19 adalah Ujian Atau Azab?

Di tengah wabah dan bencana alam yang berkelanjutan sampai pada titik ini, bisakah kita manusia melahirkan budaya solidaritas Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Minggu, 5 Desember 2021 | 23:31 WIB
0
207
Covid-19 adalah Ujian Atau Azab?
Ilustrasi https://pixabay.com

Covid-19 adalah Ujian Atau Azab?

Kasus varian baru Omicron terdeteksi di Afrika Selatan dan menyebar ke 38 negara di dunia, kasus ini terdeteksi dari warga yang baru saja tiba dari Afrika Selatan di negara-negara yang sudah menyatakan pers resmi melalui media masa, sebelum WHO mengumumkan varian omicron.

Ujian Moralitas atau Azab

Bertolong-tolonglah menanggung beban-mu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Alam dan Tuhan Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.

Bencana alam ataupun wabah, seringkali menunjukkan watak sebenarnya "mencerminkan siapa diri kita sebenarnya".Saat wabah Covid loncatan covid-19 meningkat seperti sekarang ini, kita bisa melihat banyak orang mengumpulkan makanan, atau obat- obatan secara berlebihan, harga obat meningkatkan, biaya tes PCR mahal. Lalu mulai terjadi prilaku mencari kesempatan diatas kesempitan, yaitu mengambil keuntungan disaat orang lain mengalami kesusahan. Refleksi naluri sifat manusia berdosa untuk mempertahankan kehidupan secara egois.

Manusia terlupa dan kehilangan rasa "kemanusiaannya". Hukum Tuhan mengajarkan "kasihi sesamamu seperti dirimu sendiri" sebagai hukum yang utama. 

Mengapa prilaku menolong tanpa pamrih, justru ditunjukkan oleh orang ‘Samaria’, yaitu pedagang atau profesional yang sama sekali tak terpandang dan yang tak berjubah agama. ( seperti Cerita perumpamaan Isa Al-Masih tentang orang Samaria yang baik hati ). Benarkah Agama justru membutakan nurani kita ? Benarkah kita merasa bahwa akibat taat Ibadah kita telah memperoleh Sorga ? Sehingga tak perlu berkorban bagi sesama ? 

Bukankah kita sedang menipu diri sendiri? Sorga apa yang sedang kita perjuangkan jika saat hidup di dunia "egois dan tak dapat merasakan penderitaan orang lain". Sorga macam apa yang sedang kita perjuangkan, kalau kita yang sedang mengalami bencana kita katakan "ujian", sedang kalau bencana dialami orang lain kita bilang "azab".

Bukankah bencana alam tak mengenal Agama, seperti juga matahari bersinar cerah tidak memilih tempat, apakah itu kota maksiat atau kota Suci. 

Bencana alam dan wabah pandemi Covid-19, seharusnya menyatukan kita yang sering membedakan antara Kita dan Mereka Ataupun Aku dan Kamu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, bukankah sekedar toleransi, tapi terapkan budaya solidaritas Sorga. 

Di tengah wabah dan bencana alam yang berkelanjutan sampai pada titik ini, bisakah kita manusia melahirkan budaya solidaritas Sorga, yaitu berkorban dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Dan mencampakkan budaya dan Agama, yang melabeli antara siapa yang menerima Azab dan siapa yang menerima Ujian, karena hal ini mendorong kita tak perlu menolong yang "terazab"?. Sesungguhnya melabeli orang lain terkena "azab" adalah tipuan cerdas iblis yang menyamar sebagai malaikat terang, yaitu ilham budaya egois yang berasal dari neraka. 

***