Pemimpin yang rendah hati, baik hati, nasionalis dan jujur, dalam artian tidak korupsi, cocok menjadi Presiden 2024-2029. Ada banyak nama di luar sana yang bisa dipilih untuk diajukan.
Pada suatu malam saya turun di stasiun akhir MRT Lebak Bulus, dan dari sana naik taksi Blue Bird pulang ke daerah Pondok Cabe. Sebetulnya saat itu saya sudah lelah, tetapi supir taksinya sangat bersemangat mengobrol soal politik. Yah, terpaksa saya meladeninya.
Rupanya, ia jengkel karena penumpang sebelumnya, mengagung-agungkan Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon Presiden tahun 2024-2029. Lalu, ia bertanya kepada saya, menurut bapak siapa bakal calon Presiden 2024-2029?
Oleh karena tahu ia tidak menyukai Anies Baswedan, maka saya mencoba mereka-reka jawaban apa yang ia ingin dengar. Saya bilang, kalau dari generasi tua, mungkin Prabowo Subianto yang paling berpeluang, tetapi kalau dari generasi yang lebih muda, ada tiga nama, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Kemudian, untuk memperseru pembicaraan saya menambahkan dua nama lagi, yakni Puan Maharani, Ketua DPR dan Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat.
Namun, ia bilang, ah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah terlalu tua, pada tahun 2024, ia berusia 73 tahun. Pada waktu itu, ia belum mengetahui bahwa Joe Biden terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada usia 78 tahun. Ia bilang pada tahun 2024 adalah milik generasi yang lebih muda, dan meminta saya untuk memilih salah satu nama yang saya anggap cocok menjadi calon Presiden 2021.
Sekejap mata, tiba-tiba nama Ganjar Pranowo memasuki benak saya. Saya percaya bahwa pengemudi taksi itu menginginkan saya menjawab Ganjar Pranowo. Akan tetapi, saya sengaja menyisipkan nama Ridwan Kamil. Jadi saya bilang kepada dia, menurut saya, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil bisa menjadi calon Presiden 2024-2029.
Ternyata intuisi saya benar, ia condong kepada Ganjar Pranowo. Ia bilang enggak mungkin Ridwan Kamil. Langsung saya potong perkataannya. Lho Ridwan Kamil itu kan orangnya sangat progresif dan kreatif. Wah bapak lupa dengan sejarah Indonesia ya pak, Presiden yang terpilih itukan selalu orang Jawa.
Mulai dari Soekarno, Soeharto, Abdurrahman Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo. BJ Habibie dan Megawati Soekarnoputri kan Wakil Presiden yang oleh karena satu dan lain hal akhirnya menjadi Presiden.
Supir taksi itu mengatakan, kalau melihat sejarah Indonesia, maka yang paling berpeluang itu Ganjar Pranowo. Dan, ia dengan bangga mengatakan, iya kan pak. Saya jawab, wah masak lulusan Universitas Gajah Mada lagi.
Baca Juga: Ganjar Moncer, Ganjar Diserang
Sambil berseloroh, saya bilang kalau calon Presidennya orang Jawa maka Agus Harimurti Yudhoyono juga punya peluang dong. Ia menjawab, Ah enggak mungkin, ia belum matang untuk menjadi pemimpin selevel Presiden. Pembicaraan dengan sopir taksi itu berlangsung sebelum Agus Harimurti muncul dengan isyu kudeta Partai Demokrat.
Ia memuji Ganjar Pranowo sebagai orang yang fair (jujur dan adil). Padahal kalau melihat logatnya, saya yakin bahwa sopir taksi itu berasal dari suku Batak. Namun, tampaknya ia sudah kesemsem habis dengan Ganjar Prabowo.
Saya kemudian mengatakan, alangkah baiknya kalau kita mempunyai Presiden perempuan hasil pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat. Mengingat di negara lain, itu adalah yang biasa, seperti di Banglades, Pakistan, India, Israel, dan Inggris. Calon Presiden yang perempuan sejauh ini hanya satu, yakni Puan Maharani, mantan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Tapi sopir taksi itu mengatakan, saya ragu bahwa ia bisa terpilih. Indonesia belum bisa menghargai perempuan sebagai Presiden, katanya.
Beberapa hari lalu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengeluarkan hasil temuan tentang calon Presiden 2024-2029. Nama Prabowo Subianto menempati urutan teratas, diikuti oleh Ganjar Pranowo. Prabowo Subianto kalau masih ingin maju lagi sebagai calon Presiden 2024, ya monggo. Peluang masih ada, apalagi ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan hingga tahun 2024.
Setelah melihat Joe Biden menjadi Presiden pada usia 78 tahun, maka 73 tahun bukanlah usia yang terlalu tua. Apalagi Prabowo Subianto sudah berulang kali mencalonkan diri menjadi Presiden, tapi gagal. Mungkin tahun 2024 merupakan tahun keberuntungan bagi dia.
Saya pikir kalau sopir taksi itu membaca hasil survei LSI ini ia pasti tersenyum bangga. Urutan pertama dan kedua dalam sebuah survei bukan merupakan kepastian. Kalau kita melihat hasil survei pada tahun 2014 dan 2019, harusnya Prabowo Subianto yang menjadi Presiden, kenyataannya Jokowi yang menang dan menjadi Presiden. Bahwa Ganjar Pranowo menjadi favorit, itu sudah menyenangkan bagi sopir taksi itu. Apalagi jika menjadi Presiden, itu lebih membanggakan.
Ganjar Pranowo itu sesuatu banget. Bayangkan di tengah-tengah peristiwa Gubernur DKI Jakarta Anies Bawedan menyalahkan cuaca yang membuat banjir di Jakarta dan sekitarnya terjadi, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan bahwa ia yang salah akibat banjir yang melanda Semarang.
Kalau salah maka tindak lanjutannya adalah minta maaf dan membuat yang terbaik agar banjir yang sama dapat dicegah tahun depannya. Kalaupun tidak dapat dicegah, dampaknya dapat dikurangi.
Pemimpin yang rendah hati, baik hati, nasionalis dan jujur, dalam artian tidak korupsi, cocok menjadi Presiden 2024-2029. Ada banyak nama di luar sana yang bisa dipilih untuk diajukan sebagai calon Presiden 2024-2029.
Dari pembicaraan saya dengan sopir taksi itu telah muncul beberapa nama. Tetapi apalah arti pembicaraan saya dengan sopir taksi itu. Itu hanya obrolan biasa, sebagai pengisi waktu dalam perjalanan menuju rumah saya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews