Alangkah baiknya kalau Refly Harun juga mewawancarai narasumber yang bernas, yang mampu memberikan wawasan yang lebih, tidak semata-mata menumpahkan uneg-uneg lewat YouTube.
Anda tahu seberapa besar penghasilan Youtuber Indonesia yang tertinggi saat ini? King of YouTube Indonesia saat ini Baim Wong, dengan jumlah subscriber 12,6 juta orang, dan berpenghasilan antara Rp970 juta sampai Rp15 miliar per bulan. Wow!!
Sangat menggiurkan, tentunya bukan karena itu Refly Harun ingin menjadi Youtuber, setelah tidak lagi menjadi Komisaris Utama Pelindo I. Refly hanya ingin "konsisten" sebagai pengeritik pemerintah. Lewat Channel YouTube-nya Refly Harun, bahwa dia masih eksis.
Wajar saja, sebagai pakar hukum tata negara, Refly merupakan figur publik yang juga memiliki fans tersendiri. Yang menariknya, dia mampu membaca peluang pasar untuk menghasilkan uang melebihi gajinya sebagai Komisaris Utama.
Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, mungkin falsafah itu yang digunakan Refly Harun. Syahwatnya untuk terus bisa mengeritik pemerintah bisa tersalurkan, dan diharapkan bisa membuka peluang menghasilkan uang dan populeritas.
Lihat saja tokoh-tokoh yang menjadi objek wawancaranya, semua adalah orang-orang yang berseberangan dengan pemerintah. Mulai dari Said Didu, Amien Rais, dan yang terakhir penulis ketahui, Din Syamsudin. Tentunya penyataan para tokoh ini dilahap habis oleh Refly.
Dengan tokoh-tokoh seperti itu, Refly merasa mempunyai alur pikiran yang sama, yakni ketidak-puasan terhadap pemerintah. Dan pernyataan-pernyataan yang keluar dari para narasumbernya ini, bisa menjadi pelampiasan syahwatnya.
Penulis sangat yakin, Refly akan sangat mudah mencari subscriber, dengan konsisten mengkritik pemerintah, maka channel YouTube-nya akan banyak disukai, terlebih disaat pandemi corona saat ini, dimana pemerintah menjadi objek sasaran untuk di bully.
Kalau cuma untuk mencari penghasilan Rp 50 juta sampai Rp 100 juta per bulan, sangat memungkinkan, dan itu artinya kalau cuma untuk menggantikan penghasilannya sebagai komisaris utama sudah tertutupi.
Utamanya tentu bukan itu yang menjadi target Refly, karena sebelumnya dia memang merupakan sosok yang vokal. Meskipun masuk dalam jajaran pejabat publik, namun dia total melancarkan kritiknya pada pemerintah, manakala ada kebijakan yang tidak berkenan dihatinya.
Secara positif, alangkah baiknya juga Refly memilih narasumber yang netral, agar apa yang disampaikan melalui channel YouTube-nya, tidak melulu hal-hal yang verbal sakit hati terhadap pemerintah.
Publik harus diedukasi dan dibiasakan menerima pendapat yang berimbang. Untuk turut serta membangun karakter bangsa, media seperti itu sangat diperlukan.
Kalau apa yang disampaikan melulu hal-hal yang berbau sakit hati pada pemerintah, maka segment pemirsanya hanya terbatas pada para pembenci pemerintah. Segment ini penulis pikirw tidaklah terlalu banyak.
Banyaknya subscribe yang bisa didapat, sangat dipengaruhi content yang disajikan. Content yang bisa dinikmati banyak publik, tentunya akan memberikan kontribusi dalam penambahan subscriber.
Penulis tidak yakin kalau seorang Youtuber tidak berorientasi pada banyaknya subscriber, karena seseorang mau menjadi Youtuber niat awalnya jelas untuk memperoleh subscriber sebanyak mungkin, demi meningkatkan penghasilan.
Tentulah Refly Harun memilih berprofesi sebagai Youtuber bukan karena ingin kaya seperti Baim Wong atau Atta Halilintar, tapi paling tidak penghasilan sebagai Youtuber sangatlah menggiurkan.
Saran penulis, alangkah baiknya kalau Refly Harun juga mewawancarai narasumber yang bernas, yang mampu memberikan wawasan yang lebih kepada masyarakat, tidak semata-mata menumpahkan uneg-uneg lewat channel YouTube-nya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews