Sudah seharusnya pemerintah daerah untuk tidak lagi membebani pemerintah pusat. Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan adalah kekuatan lokal untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini.
Aneh ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, kok bisa-bisanya menolak saat ditawari Presiden Jokowi tambah Bansos, sementara ada Gubernur yang gak pernah cukup anggaran Bansosnya, padahal yang sudah di keluarkan pun belum seberapa.
Tapi memang sebagai pemimpin daerah harus berpikir proporsional, bagi seorang yang kreatif akan berpikir melakukan sesuatu dengan maksimal, meskipun dengan anggaran yang seadanya. Namun orang lain akan berdecak kagum melihat hasil kerjanya.
Pemimpin yang seperti ini sudah banyak contohnya, dan Ganjar adalah satu dari diantara Kepala Daerah yang memiliki kreativitas, kinerja yang baik. Dalam hal penanganan pandemi corona, Ganjar pun bisa dibilang yang terbaik.
Baru-baru ini Ganjar Pranowo ditelepon Presiden Jokowi, yang membahas soal Bantuan Sosial yang dibutuhkan masyarakat. Dalam sambungan telepon tersebut mengakui sedang mengupayakan berbagai cara, termasuk juga mengupayakan kearifan lokal dalam pemberian Bansos.
Bahkan Presiden Jokowi sempat menawarkan untuk memberikan bantuan terkait kebutuhan Bansos tersebut, namun Ganjar menolaknya. Inikan sesuatu yang langka sebetulnya. Rupanya Ganjar tahu kalau kapasitasnya sebagai seorang Gubernur sedang diuji Presiden.
Dengan dia menolak tawaran Presiden, dan seandainya dia benar-benar mampu mengatasi permasalahan masyarakat yang dipimpinnya, maka bukan hanya Presiden dan warga semarang yang respek kepadanya, tapi rakyat Indonesia pun akan respek kepadanya.
Kita bisa melihat kinerja Ahok dalam membangun DKI Jakarta, tidak pernah selalu berpikir tentang anggaran untuk melakukan sesuatu, berusaha untuk memaksimalkan apa yang bisa dilakukan terlebih dahulu, sehingga beberapa hasil pembangunannya mengundag decak kagum.
Begitu juga dengan gubernur DKI Jakarta yang fenomenal Ali Sadikin, di tengah keterbatasan anggaran yang tersedia dia harus membangun kota Jakarta seperti yang di inginkan Bung Karno. Dengan segala kreativitasnya dia membangun Kota Jakarta, yang mengundang decak kagum masyarakat Jakarta.
Orang-orang yang terbiasa berpikir kreatif selalu berprinsip, "tidak ada rotan, akar pun jadi". Sesuatu harus diwujudkan meski ditengah keterbatasan anggaran, dan hasilnya juga bukan kaleng-kaleng, tidak akan puas kalau hasilnya tidak mengundang decak kagum orang lain.
Bekerja bagus dengan anggaran yang cukup itu bukanlah sebuah prestasi, karena memang sudah begitu seharusnya. Tidak bisa bekerja karena anggaran tidak memadai, itu bukanlah kebiasaan orang yang kreatif.
Jadi kalau menjadi kepala daerah, dengan anggaran yang berlimpah, namun tidak ada hasil pembangunan yang bisa dianggap memadai, itu bukanlah kesalahan orang lain atau pun lingkungan sekitarnya, itu persoalan kemampuan secara personal.
Di tengah keadaan yang sulit, kadang seorang pemimpin ditantang untuk memberikan solusi yang efektif, untuk kepentingan orang-orang yang dipimpinnya, itulah yang dicontohkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Seperti dilansir Solopos.com,
"Jadi kami sampaikan, bahkan Presiden sampai bertanya, 'mau minta bantuan apalagi?' Saya jawab, 'izinkan Pak, kami berkreasi dulu, nanti kalau kami tidak kuat, kami akan telepon'," lanjutnya sembari menirukan obrolan dengan Jokowi.
Ganjar mengatakan sudah seharusnya pemerintah daerah untuk tidak lagi membebani pemerintah pusat. Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan adalah kekuatan lokal untuk mengatasi pandemi Covid-19 ini.
Lebih jauh Ganjar mengatakan, "Memang di antara kita ini mendapatkan amanah sebagai pemimpin, kecuali kita enggak kuat betul, kecuali kita sudah menyerah betul. Tapi, seandainya enggak, ya, kita dituntut untuk berkreasi menggunakan tim yang ada, menggunakan jejaring yang ada untuk kita selesaikan. Saya kira semua punya pengalaman lah ya," ucap Ganjar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews