Kalau mau jadi oposisi tapi tidak menjadi anggota atau kader partai, itu namanya pengamat. Kecuali, Fahri Hamzah, ia satu-satu anggota DPR dari fraksi individu.
Pasca kalah pilpres, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berbeda cara menyikapi kekalahannya. Prabowo perlu waktu yang agak lama untuk bisa menerima kekalahannya. Sedangkan, Sandiaga Uno lebih kalem dan lebih bisa menerima kekalahannya atau lebih cepat move on.
Prabowo belum begitu jelas menentukan arah politiknya: apakah akan bergabung dengan pemerintah atau tetap oposisi sebagai konsekuensi pihak yang kalah?
Sandiaga Uno lebih jelas dalam menentukan arah politiknya yaitu oposisi atau sebagai pihak di luar pemerintahan. Seperti ucapannya saat bertemu Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir, di kawasan Kemang, Jakarta, Sabtu (13/7/2019).
"Saya terhormat jika ada kesempatan untuk menjadi oposisi. Mengawasi kinerja pemerintahan."
Bahkan menurut Sandiaga, program kampanye OK-OCE akan tetap dilanjutkan atau dilaksanakan.
Tetapi kalau disimak dari dua orang tersebut mempunyai sifat dan karakter yang unik dan lucu. Entah ini imbas dari kekalahannya dalam perebutan kursi singgasana atau memang sudah dari sananya.
Prabowo lebih realistis dan kakinya menginjak bumi dan lebih banyak memperhitungkan untung ruginya, kalau bergabung dengan pemerintah atau jadi oposisi. Karena Prabowo selain Ketum partai Gerindra juga sebagai pemegang saham mayoritas partai berlambang burung Garuda tersebut. Jadi wajar kalau belum menentukan arah politiknya.
Sedangkan, Sandiaga Uno sekalipun pernah sebagai kader Gerindra, tetapi sekarang ia bukan orang partai dan tidak bisa mewakili kepentingan partai manapun. Dan kakinya Sandiaga Uno tidak menapak di bumi seperti kakinya Prabowo.
Lha kok bisa, emangnya Sandiaga Uno hantu, apa? Tidak menginjak bumi dan menginjak bumi bukan berarti hantu. Hanya, yang satu berfikir realistis dan satunya berpikir diawang-awang yang susah direalisasikan di bumi yang kita pijak.
Sandiaga Uno mengatakan bahwa ia ingin oposisi atau diluar pemerintahan. Sedangkan saat ini Sandiaga Uno bukan kader Gerindra atau kader partai. Bagaimana bisa orang tidak punya partai jadi oposisi atau ingin mengkritisi kebijakan pemerintah? Bukankan kalau ingin jadi oposisi harus jadi anggota atau kader partai? Masak oposisi secara individu?
Kalau mau jadi oposisi tapi tidak menjadi anggota atau kader partai, itu namanya pengamat. Kecuali, Fahri Hamzah, ia satu-satu anggota DPR dari fraksi individu.
Trus, Sandiaga Uno juga ingin melanjutkan program OK OCE. Bagaimana bisa membuat program dan merealisasikan program janji kampanye kalau tidak berkuasa? Bagaiamana cara meng-eksekusi program OK OCE tersebut,sedangkan ia berada diluar pemerintah?Lha di DKI Jakarta saja program OK OCE bisa dikatakan gagal total.
Menurut saya ini unik dan lucu. Mau menjadi oposisi tapi tidak punya partai. Mau melanjutkan program OK OCE tapi bukan jadi penguasa. Bisa jadi ini imbas pilpres. Jadi belum nyambung.
Mudah-mudahan Bi Narti tetap diperhatikan, jangan sampai dilupakan.
Salam OK OCE!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews