Satu Lagu dari The Mercy's untuk Bunda Mami Uno

Sabtu, 16 Februari 2019 | 10:36 WIB
0
500
Satu Lagu dari The Mercy's untuk Bunda Mami Uno
Mien Uno (Foto: Moeslim Choice)

"Mengapa di dunia ini
Selalu menertawai?
Hidupku yang hina ini
Berteman dengan seorang gadis

Mengapa semua manusia
Menghina kehidupannya?
Mencari nafkah hidupnya
Sebagai seorang pramuria
 ..."

Sontak lagu yang diciptakan sekaligus dipopulerkan oleh The Mercy's itu mengalun merdu mendayu saat membaca pemberitaan tentang ibunda Sandiaga Uno, Mien Uno yang mengaku sakit hati lantaran anak kesayangannya dirisak lewat tagar #SandiwaraUno. Lantas, selain menantang pihak yang menuding anaknya melakukan 'Sandiwara Uno' untuk meminta maaf, perempuan berusia 75 tahun ini pun meluapkan kepedihan hatinya.

"Saya sedih banget sebagai orang tua yang melihat keadaan yang terus-menerus dipertentangkan yang sebetulnya itu adalah hal yang tidak benar," kata Mien yang kini lebih dikenal dengan nama Mami Uno ini (Sumber: Detik.com).

Sandi memang bukan seorang pramuria alias pelacur sebagaimana lagu "Kisah Seorang Pramuria" yang belakangan dipopulerkan kembali oleh band rock Boomerang. Sandi adalah seorang pengusaha sukses dengan harta berlimpah, sampai-sampai sebagian hartanya disebut-sebut disimpan di luar negeri.

Sandi juga dikenal sebagai seorang politisi yang sejak 2012 sudah mencoba peruntungan dengan coba-coba mengikuti Pilgub DKI Jakarta 2012. Sayang ketika itu tidak ada satu pun parpol yang meliriknya. Sandi baru bisa dibilang mendapatkan kesuksesan yang diimpikannya pada saat mengikuti Pilgub DKI 2017. Dan, sekarang Sandi kembali mencoba peruntungannya dengan terjun dalam Pilpres 2019.

Namun demikian, belakangan Sandi dituding kerap merekayasa alias bersandiwara guna meraih simpati. Atas dugaan tersebut, netijen pun memviralkan tagar #SandiwaraUno.

"#SandiwaraUno" sendiri bukanlah tagar yang ujug-ujugbermunculan di lini masa media sosial. Karena sebenarnya tagar tersebut merupakan reaksi atas aksi Sandiaga yang dianggap kerap kali menyajikan sandiwara oleh sejumlah netijen.

Tagar #SandiwaraUno pun sebenarnya sudah lama beredar di medsos. Setidaknya sejak pertengahan November 2018. Ketika itu beredar video yang isinya memperlihatkan penolakan kedatangan Sandi  di Pasar Kota Pinang, Sumatera Utara pada 11 November 2018.

Dalam video yang dirilis oleh Badan Pemenangan Pemilu (BPN) Prabowo-Sandiaga nampak sebuah poster yang dibentangkan di salah satu lapak pedagang. Poster bertuliskan ""Pak Sandiaga sejak kecil kami sudah bersahabat, jangan pisahkan kami gara-gara pilpres, pulanglah!".

Hanya berselang sehari kemudian, lini masa medsos dilintasi sebuah video yang merekam anggota BPN Prabowo-Sandi, bernama Yuga. Yuga terekam tengah melarang pencopotan poster tersebut. Video itu kemudian dianggap sebagai bukti adanya rekayasa tim Prabowo-Sandiaga atas penolakan Sandi oleh pedagang pasar.

Kemudian, beredar lagi video rekaman emak-emak bu-ibu yang menangis minta selfwi sambil mengejar mobil Sandi saat berkampanye di Sumedang, Jawa Barat pada 23 Januari 2019. Sama seperti rekaman video penolakan Sandi di Pasar Kota Pinang, video ini pun memviral.

Belakangan diketahui bila emak-emak yang menangisi Sandi di Sumedang merupakan kader Partai Amanat Nasional, partai pengusung paslon Prabowo Subianto-Sandiaga, bernama Imas Siti Masitoh. Selain itu, sebelumnya Imas pun diketahui sudah mengunggah foto dirinya berada di dekat Sandi lewat akun Facebook-nya.

Tak lama setelah video tersebut mem-viral, media sosial kembali dihebohkan dengan beredarnya foto Sandi saat meninjau lokasi banjir di Sulawesi Selatan. Pada foto terlihat Sandi bersama seorang pria yang badannya berlumuran lumpur.

Dugaan sandiwara kembali dialamatkan kepada Sandi lantaran pria yang kemudian diketahui bernama Ilyas itu hanya dipenuhi lumpur di bagian depan badannya, sementara bagian punggungnya bersih.

Singkatnya, Sandi pernah diberitakan diusir dari pasar. Padahal pengusiran tersebut cuma rekayasa belaka atau sandiwara. Di sini Sandi terbukti memainkan sandiwara "playing victim". Lantas, lewat video, Sandi ingin menunjukkan jika dirinya sangat dicintai oleh rakyat. Padahal, video tersebut hanya settingan alias sandiwara belaka. Selanjutnya, Sandi ingin memperlihatkan jika dirinya peduli pada penderitaan rakyat. Sekali lagi, padahal hanya bohong-bohongan belaka alias sandiwara.

Sandiwara Sandi yang sebenarnya tidak diusir, tapi ingin dilihat diusir, tidak dicintai tetapi ingin terlihat dicintai, tidak peduli, tapi ingin dinilai peduli ini mengingatkan masyarakat pada lagu "Kupu-kupu Malam" karya Titiek Puspa. Dalam lagunya Titiek mengisahkan tentang perempuan malam yang pandai bersandiwara untuk penutupi perasaan hati yang sebenarnya. "... Kadang dia tersenyum dalam tangis. Kadang dia menangis di dalam senyuman ...".

Sandi memang bukan pramuria seperti dalam lagu The Mercy's. Sandi juga bukan kupu-kupu malam yang dinyanyikan Titiek. Tetapi, lewat sandiwara-sandiwaranya itu, Sandi telah dilacurkan dalam sebuah skenario rekasaya sejumlah peristiwa.

Sekali lagi Sandi dilacurkan. Artinya, belum tentu Sandi tahu jika dirinya dibawa ke dalam settingan atau rekayasa situasi-situasi tersebut. Sebab bisa saja tanpa sepengetahuan Sandi, ada tim yang menyekenariokan sekaligus menyutradarai sandiwara-sandiwara tersebut.

Karenanya, alangkah bijaknya jika Mama Uno mendesak pengkreasi skenario dan sutradara #SandiwaraUno untuk meminta maaf, bukan pada netijen yang memviralkan #SandiwaraUno.

Tetapi, apapun itu, inilah kampanye di mana setiap kontestas berupaya sebisa mungkin menarik sebanyak-banyaknya dukungan, sekalipun itu lewat rekayasa alias sandiwara. Dan, sebagai seorang ibu yang pastinya sangat mencintai Sandi, ada baiknya jika Mama Uno menghadapinya dengan senyuman.

 " ... Walaupun hinaan ini
Ditujukan pada diriku
Namun 'ku selalu tersenyum
Karena cintaku suci padanya ..."

***