Menjadi partai gurem dengan para elite politik yang terpuruk mungkin sudah menjadi pertimbangan, sebab politik itu tak ubahnya berjudi alias "gambling".
"Peta pandemi global" terbaru ini menunjukkan Indonesia berada di Level 1, yang bisa dimaknakan sebagai "menuju kesembuhan" atau kenormalan baru. Bandingkan dengan negara full power seperti Amerika dan negara full doa seperti Saudi Arabia, Covid-19 di sana masih menjadi ancaman serius.
Harus diakui, pada mulanya Indonesia gamang, tertatih-tatih dalam menangani pandemi. Tak pelak kegamangan dan ketertatih-tatihan ini menjadi makanan empuk partai dan politikus pemangsa bangkai kekuasaan, para "hyena politics" yang berharap bangkai sisa-sisa kekuasaan.
Alih-alih membantu pemerintah dengan aksi nyata turun ke lapangan, para "hyena poltics" ini memprovokasi rakyat untuk tidak patuh prokes, tidak perlu vaksinasi, dan seterusnya, sementara para elite cukup ongkang-ongkang sambil makan-minum di tempat nyaman, lalu menebar cerita bahwa "pemerintah gagal total menangani pandemi", karenanya pemerintah harus secepatnya diganti dan dirinya serta kelompoknya sajalah yang layak menggantikannya. Kan bangke....
Maka sangat kentara polarisasi antara rakyat yang mendukung pemerintah agar pandemi segera berakhir dengan mereka yang nyinyir tetapi tetap menikmati fasilitas yang diberikan pemerintah berupa vaksinasi yang menguras APBN itu. Kita menjadi tahu siapa elite politik dan para SJW yang mendesakkan "lock down", yang rupanya punya strategi busuk menjerumuskan Jokowi ke jurang kehancuran.
Beruntung, Jokowi tidak terjebak kepungan para "hyena politics" yang didukung partai oportunis di belakangnya. Ia tetap yakin atas langkah yang diambilnya dengan tidak menerapkan "lock down" radikal, yang di kemudian hari terbukti tidak ada satupun negara yang berhasil dengan cara menerapkan aturan superkeras itu.
Dengan keberhasilan pemerintah menangani pandemi dan itu diakui dunia, publik mulai membuka-buka kembali file, lembaran dan ingatan lama, siapa gerangan elite politik dan partai yang menjadi "hyena poltics". Mereka, rakyat itu siap menandai sepak-terjang elite dan partai itu di kemudian hari, khususnya pada Pemilu terdekat di 2024. Kemudian rakyat menjatuhkan hukuman dengan caranya sendiri.
Menjadi partai gurem dengan para elite politik yang terpuruk mungkin sudah menjadi pertimbangan, sebab politik itu tak ubahnya berjudi alias "gambling".
Maka, menghantam pemerintah yang sedang menangani pandemi di luar nalar juga pilihan. Ketika pemerintah benar-benar gagal, elite dan partai itu bakal mendapat durian runtuh berupa tepuk riuh dan dukungan rakyat. Sisa-sisa kekuasaan pun siap mereka lahap.Tetapi sebaliknya, di saat pemerintah ternyata berhasil menangani pandemi yang diakui dunia, menjadi partai gurem dengan elite-nya yang tersungkur mencium tanah juga pilihan. Maka nimati sajalah.
Rakyat tidak buta mata buta hati, sekalipun para "hyena politics" kini sibuk menghapus jejak sendiri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews