Pemindahan Ibu Kota Negara Mengatasi Ketimpangan Ekonomi

Semoga pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur lancar dan tidak ada yang memprotesnya. Program ini sangat bermanfaat, karena ada pemerataan pembangunan perekonomian Indonesia.

Minggu, 27 Juni 2021 | 03:18 WIB
0
158
Pemindahan Ibu Kota Negara Mengatasi Ketimpangan Ekonomi
Yustinus Prastowo (Foto: tempo.co)

Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur diprediksi akan mengatasi ketimpangan ekonomi, karena perputaran uang akan merata ke seluruh Indonesia. Pembangunan infrastruktur juga tak hanya ada di seputar Jakarta, tetapi juga di Borneo. Sehingga diharap ada pemerataan kemajuan ekonomi di Indonesia.

Ketika Presiden Jokowi mengumumkan bahwa ibu kota akan dipindah dari DKI Jakarta ke Penajam Paser utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, maka masyarakat auto terkejut.

Karena Pemindahan ibu kota adalah hal baru dan wajar mereka akan sedikit waswas. Penyebabnya karena pemindahan ini baru pertama kali terjadi. Padahal sudah ada wacana pemindahan ibu kota ke borneo sejak era Presiden Soekarno.

Yustinus Prastowo, staf khusus Menteri Keuangan bidang komunikasi strategis menyatakan bahwa memindahkan ibu kota Indonesia sudah menjadi kebutuhan. Tujuannya agar ada indonesiasentris, bukan jawasentris atau jakarta sentris. Dalam artian, saat ini pembangunan memang masih difokuskan di Jakarta dan daerah-daerah lain di Jawa.

Sedangkan di pulau lain modernisasi agak tersendat-sendat. Sehingga diharap pembangunan akan terjadi dengan pesat di Kalimantan, dan tidak ada ketimpangan ekonomi antara borneo dengan jawa. Karena di sana juga maju dan masyarakatnya diedukasi agar perekonomian mereka juga naik lagi.

Yustinus melanjutkan, selama ini perputaran uang mayoritas masih ada di Jakarta, bahkan hingga 91%. Sedangkan sisanya yang 9% tersebar ke daerah lain. Dalam artian, ini sangat miris karena seharusnya ada pemerataan dalam perputaan uang, jika ingin ekonomi lebih maju.

Sehingga diharap saat ibu kota dipindah ke borneo, maka di sana akan kecipratan dan perputaran uang akan terjadi dengan kencang.

Masyarakat dayak, banjar, dan lain-lain akan lebih trengginas karena dunia usaha akan maju, berkat berkah dari pemindahan ibu kota di Borneo.

Pemindahan ibu kota negara justru menjadi hal yang bagus, karena akan mengatasi ketimpangan ekonomi di Indonesia.

Bayangkan jika di Kalimantan Timur dibangun mall dan gedung-gedung baru yang akan mendukung pusat pemerintahan Indonesia, maka akan butuh banyak pekerja. Sehingga akan mengurangi pengangguran dan otomatis mengatasi perekonomian rakyat. Mereka mendapat gaji dan bebas dari kemiskinan.

Diharap hal ini akan menular ke daerah lain, karena akan ada kolaborasi antar daerah. Misalnya ketika ada pembangunan infrastruktur di Kalimantan, maka pekerja didatangkan dari Nusa Tenggara dan wilayah lain. Sehingga mereka juga mendapat rezeki dari pembangunan proyek tersebut. Hal ini akan mengurangi jumlah pengangguran di seluruh Indonesia.

Pemindahan ibu kota adalah hal yang patut diapresiasi. Menurut ekonom senior Kwik Kian Gie, pemindahan ini akan memperkecil kesenjangan ekonomi karena ada pusat ekonomi baru di Indonesia. Caranya dengan membangun pusat-pusat bisnis baru.

Dalam artian, jika ada pusat bisnis baru maka masyarakat di Indonesia timur bisa langsung ke Kalimantan untuk berniaga. Tak usah sedikit-sedikit ke Jakarta, karena di Borneo juga cukup lengkap. Selain memperkecil biaya transportasi, juga memudahkan. Karena akan memotivasi masyarakat di kalimantan dan sekitarnya untuk berwirausaha.

Sehingga tidak ada ketimpangan ekonomi antara indonesia bagian timur dengan barat, karena kedua daerah sama majunya. Saat sudah ada pemerataan, maka semoga seluruh WNI akan makin makmur, karena ada modernitas, infrastruktur, dan perputaran uang yang cepat di daerahnya sendiri.

Semoga pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur akan lancar dan tidak ada yang memprotesnya. Karena program ini sangat bermanfaat, karena ada pemerataan pembangunan perekonomian di seluruh wilayah Indonesia. Kita akan lebih maju dan bangkit setelah dihantam oleh pandemi. (Tania Rizkiana)

***