Apa yang dilakukan Prabowo terhadap para ulama hingga melahirkan ijtima ulama mendukung Prabowo sebagai capres tetap saja seperti sebuah misteri.
Prabowo dianggap menekan para ulama sehingga dirinya mendapatkan dukungan dari para ulama melalui ijtima.
PKS Tak Serius Dukung Prabowo
Padahal, tak sepenuhnya para ulama tersebut bulat mendukung Prabowo. Bahkan ada PKS pun seperti terpaksa mendukung Prabowo. Sampai detik ini pun tak ada dukungan logistik yang dikeluarkan oleh PKS demi mendukung calon Presiden yang diusungnya tersebut.
Hal ini jelas membuktikan bahwa dari tubuh internal koalisi BPN sendiri ada keraguan terhadap keputusan mendukung Prabowo. Suara tak bulat dan semakin banyak yang meninggalkan Prabowo Sandi berjuang sendirian bersama Gerindra.
Apa yang terjadi sesungguhnya di Menara Hotel Peninsula pada Juli 2018 lalu, hingga kini masih meninggalkan banyak pertanyaan.
Misteri Supersemar yang Belum Terungkap
Misteri itu tak ubahnya seperti rahasia yang selama 51 tahun tak pernah terungkap. Misteri tentang Supersemar ihwal sah atau tidaknya Orde Baru “merebut kekuasan” dari Orde Lama dengan adanya surat perintah 11 Maret 1966.
Beberapa cerita bahkan membumbui bahwa Soekarno menandatangani Supersemar di bawah todongan senjata Soeharto. Sosok yang menjadi mertua Prabowo Subianto.
Di sisi lain, Supersemar lahir karena adanya satu gerakan yang dianggap mencoreng nama besar Soekarno yaitu gerakan 30 September 1965.
Pemberontakan PKI hingga saat ini masih saja dikaitkan dengan Soekarno. Padahal, cucu presiden pertama Ri tersebut sudah meminta agar nama Soekarno dibersihkan dari tuduhan PKI.
Inilah ihwal cikal bakal mengapa Jokowi kerap kali dikaitkan dengan PKI. Karena dianggap lahir dari PDIP yang didirikan oleh Soekarno. Fitnah keji terhadap Jokowi tak berbeda seperti tuduhan keji terhadap Soekarno.
Soeharto Gunakan Supersemar Langgengkan Kekuasaan
Selama ini Soeharto dianggap menggunakan Supersemar dan Propaganda PKI sebagai salah satu jalan menuju kursi presiden dengan mengorbankan jasa-jasa sang proklamator.
Soeharto sampai niat benget, membuat berbagai narasi bahwa Soekarno adalah “pengkhianat” lewat film-film hingga ke buku-buku pelajaran.
Dalam sebuah kesempatan, wakil sekretaris Jenderal PDIP, Ahmad Basarah mengatakan bahwa Soekarno adalah korban Pemberontakan G.30 S/PKI.
Soekarno Jadi Pahlawan Nasional, Tuduhan Terlibat PKI Gugur
Malahan seharusnya secara hukum, tuduhan keji terhadap Soekarno yang dianggap terlibat dalam pemberontakan G.30 S/PKI gugur karena menurutnya ketika Soekarno mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 7 November 2012, gugur pula segala tuduhan bahwa Soekarno pernah melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
Dalam laporan Tirto, meski Supersemar masih menjadi kontroversi, tapi surat sakti tersebut merupakan legitimasi bagi Soeharto untuk merebut pucuk kekuasaan dari Soekarno.
Prabowo Tekan Ulama demi Legitimasi Dukungan Capres
Hal inilah yang perlu dipertegas. Apakah benar selama ini ijtima ulama memang mendukung Prabowo Subianto?
Dalam tulisan sebelumnya, saya membeberkan bagaimana Prabowo jauh dari kriteria capres dan cawapres yang ditetapkan oleh Ijtima Ulama dan para tokoh nasional.
Pasalnya hingga kini Prabowo dianggap bukan seorang muslim yang taat beribadah. Apalagi butir tersebut merupakan butir pertama dari kriteria yang ditetapkan oleh ijtima ulama yaitu menjadi muslim yang taat beribadah dalam arti luas.
Perlakuan Prabowo terhadap para ulama dengan sikapnya yang arogan serta marah-marah bisa jadi adalah tindakan menekan ulama. Tak ubahnya seperti “Supersemar” a la Prabowo demi mendapatkan legitimasi memuluskan jalannya menduduki kursi RI-1.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews