Gebrak Meja di Depan Ulama, “Supersemar” A la Prabowo?

Selasa, 5 Maret 2019 | 08:25 WIB
0
491
Gebrak Meja di Depan Ulama, “Supersemar” A la Prabowo?
Prabowo / Tribun

Apa yang dilakukan Prabowo terhadap para ulama hingga melahirkan ijtima ulama mendukung Prabowo sebagai capres tetap saja seperti sebuah misteri.

Prabowo dianggap menekan para ulama sehingga dirinya mendapatkan dukungan dari para ulama melalui ijtima.

PKS Tak Serius Dukung Prabowo

Padahal, tak sepenuhnya para ulama tersebut bulat mendukung Prabowo. Bahkan ada PKS pun seperti terpaksa mendukung Prabowo. Sampai detik ini pun tak ada dukungan logistik yang dikeluarkan oleh PKS demi mendukung calon Presiden yang diusungnya tersebut.

Hal ini jelas membuktikan bahwa dari tubuh internal koalisi BPN sendiri ada keraguan terhadap keputusan mendukung Prabowo. Suara tak bulat dan semakin banyak yang meninggalkan Prabowo Sandi berjuang sendirian bersama Gerindra.

Apa yang terjadi sesungguhnya di Menara Hotel Peninsula pada Juli 2018 lalu, hingga kini masih meninggalkan banyak pertanyaan.

Misteri Supersemar yang Belum Terungkap

Misteri itu tak ubahnya seperti rahasia yang selama 51 tahun tak pernah terungkap. Misteri tentang Supersemar ihwal sah atau tidaknya Orde Baru “merebut kekuasan” dari Orde Lama dengan adanya surat perintah 11 Maret 1966.

Beberapa cerita bahkan membumbui bahwa Soekarno menandatangani Supersemar di bawah todongan senjata Soeharto. Sosok yang menjadi mertua Prabowo Subianto.

Di sisi lain, Supersemar lahir karena adanya satu gerakan yang dianggap mencoreng nama besar Soekarno yaitu gerakan 30 September 1965.

Pemberontakan PKI hingga saat ini masih saja dikaitkan dengan Soekarno. Padahal, cucu presiden pertama Ri tersebut sudah meminta agar nama Soekarno dibersihkan dari tuduhan PKI.

Inilah ihwal cikal bakal mengapa Jokowi kerap kali dikaitkan dengan PKI. Karena dianggap lahir dari PDIP yang didirikan oleh Soekarno. Fitnah keji terhadap Jokowi tak berbeda seperti tuduhan keji terhadap Soekarno.  

Soeharto Gunakan Supersemar Langgengkan Kekuasaan

Selama ini Soeharto dianggap menggunakan Supersemar dan Propaganda PKI sebagai salah satu jalan menuju kursi presiden dengan mengorbankan jasa-jasa sang proklamator.

Soeharto sampai niat benget, membuat berbagai narasi bahwa Soekarno adalah “pengkhianat” lewat film-film hingga ke buku-buku pelajaran.

Dalam sebuah kesempatan, wakil sekretaris Jenderal PDIP, Ahmad Basarah mengatakan bahwa Soekarno adalah korban Pemberontakan G.30 S/PKI.

Soekarno Jadi Pahlawan Nasional, Tuduhan Terlibat PKI Gugur

Malahan seharusnya secara hukum, tuduhan keji terhadap Soekarno yang dianggap terlibat dalam pemberontakan G.30 S/PKI gugur karena menurutnya ketika Soekarno mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 7 November 2012, gugur pula segala tuduhan bahwa Soekarno pernah melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.  

Dalam laporan Tirto, meski Supersemar masih menjadi kontroversi, tapi surat sakti tersebut merupakan legitimasi bagi Soeharto untuk merebut pucuk kekuasaan dari Soekarno.

Prabowo Tekan Ulama demi Legitimasi Dukungan Capres

Hal inilah yang perlu dipertegas. Apakah benar selama ini ijtima ulama memang mendukung Prabowo Subianto?

Dalam tulisan sebelumnya, saya membeberkan bagaimana Prabowo jauh dari kriteria capres dan cawapres yang ditetapkan oleh Ijtima Ulama dan para tokoh nasional.

Pasalnya hingga kini Prabowo dianggap bukan seorang muslim yang taat beribadah. Apalagi butir tersebut merupakan butir pertama dari kriteria yang ditetapkan oleh ijtima ulama yaitu menjadi muslim yang taat beribadah dalam arti luas.

Perlakuan Prabowo terhadap para ulama dengan sikapnya yang arogan serta marah-marah bisa jadi adalah tindakan menekan ulama. Tak ubahnya seperti “Supersemar” a la Prabowo demi mendapatkan legitimasi memuluskan jalannya menduduki kursi RI-1.

***