Sesuatu yang harus konsisten dari sebuah Partai adalah, melahirkan pemimpin yang berkualitas. Cita-cita itulah yang sering dilupakan oleh sebagian besar Partai Politik. Krisis Kepemimpinan sekarang ini tidak terlepas dari lemahnya reproduksi Partai Politik.
Berapa banyak kepala daerah yang dicokok KPK, itupun akibat dari lemahnya kontrol Partai Politik. Kader Partai hanya dijadikan "Sapi Perah" bagi Partai, pencari dana untuk kelanngsungan hidup Partai, memang tidak seluruh Partai Politik demikian, tapi sebagian besar Partai Politik melakukan praktik tersebut.
Tidak bisa dinafikan kader Partai terjebak pada kasus korupsi, tapi Partai juga harus mampu melahirkan kader pemimpin yang mumpuni. Lihatlah Walikota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma), begitu moncer memimpin kotanya, fokus dan serious dalam mengembangkan jabatannya, sehingga apa yang dilakukannya menjadi parameter pengelolaan sebuah wilayah Kota.
Risma adalah Ikon seorang pemimpin yang dilahirkan oleh Partai Politik, sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Risma adalah representasi dari kaderisasi kempemimpinan dari sebuah Partai, yang memang sengaja disiapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Tidak perlu lagi kita mendata apa saja prestasi yang sudah diraih Risma sebagai Walikota.
Lalu, Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi, yang juga merupakan kader PDIP. Siapa yang meragukan kiprahnya sebagai Bupati Banyuwangi yang visioner. Ini semua tidak terlepas dari gemblengan Partai, pendidikan Kepemimpinan yang diwariskannya oleh Partai Politik.
Meskipun ada juga kader PDIP yang juga kepala daerah, yang terjerat kasus korupsi, tapi secara umum, PDIP banyak melahirkan pemimpin yang mumpuni, baik secara regional maupun Nasional. Setingkat Propinsi, ada Nurdin Abdullah, Gubernur Sulawesi Selatan, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.
Sebagai sebuah Partai, jelas PDIP sudah mampu membuktikan, kalau peranan Partai Politik dalam melahirkan pemimpin. Pemimpin yang ditunjuk untuk mengikuti Kontestasi pemilihan kepala daerah, adalah pemimpin yang sudah lolos dalam pilihan kelayakan, bukanlah atas dasar kemampuan memberikan mahar pada Partai.
Sebagai mesin reproduksi Kepemimpinan, Partai Politik harus mampu memberikan solusi terhadap krisis Kepemimpinan saat ini. PDIP sebagai Partai yang tertua di Republik ini sudah membuktikan, bahwa pemimpin yang tersaring oleh Partai, adalah pemimpin yang memang layak dipertaruhkan dipanggung Politik Nasional, bukanlah pemimpin yang dilahirkan lewat proses transaksional.
Di pentas Kepemimpinan Nasional, PDIP harus berbangga, karena hampir semua kader pemimpinnya memiliki integritas, dan mampu menjaga Marwah Partai Politik. Presiden Republik Indonesia saat ini adalah kader PDIP, itu sudah membuktikan bahwa, PDIP konsisten terhadap cita-citanya, membangun peradaban lewat Politik, dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews