Kisah "Selang Prabowo" yang Tidak Berfungsi

Senin, 7 Januari 2019 | 20:44 WIB
0
466
Kisah "Selang Prabowo" yang Tidak Berfungsi
Ilustrasi cuci darah (Foto: Okezone.com)

Prabowo adalah bapak kita ini. Dia seorang pemimpin partai besar dan calon presiden. Di Indonesia, orang (laki-laki) yang jadi pemimpin bisa disebut bapak kita.

Prabowo, bapak kita ini bukan orang sembarangan. Dia mantan tentara berpangkat jenderal. Konon dikenal pemberani, punya pengalaman bertempur di medan perang. Bukan perang dunia maya, melainkan perang dunia nyata pakai senjata sungguhan.

Kini Prabowo bapak kita sedang dalam masa kampanye untuk mendapatkan kursi presiden. Bapak kita ini menggunakan strategi perang. Namun tidak lagi berperang pakai senjata bedil dan bom melainkan pakai pernyataan bombastis. Senjata terbarunya adalah selang.

Luar biasa hebatnya strategi perang bapak kita ini. Dia bisa menciptakan kehebohan di negeri ini hanya dengan benda-benda sederhana seperti kardus, plastik, dan tampang untuk dijadikan senjata. Senjata terbaru bapak kita ini adalah "Selang". Senjata ini sangat bombastis, bikin heboh seantero negeri Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

Dia katakan begini ; "Saya dapat laporan di RSCM ada alat pencuci ginjal dan seharusnya hal itu punya saluran-saluran dari plastik, dari karet, dan tentunya dipakai satu orang satu kali. Saya dengar ada yang melaporkan kepada saya di RSCM hari ini dipakai 40 orang."

Senjata Selang Prabowo itu lalu tak berfungsi karena mendapat bantahan pihak RSCM lewat Direktur Medik dan Keperawatan RSCM Sumariyono. RSCM menerapkan dua jenis penggunaan alat kesehatan, yakni sekali pakai (single use) dan pemakaian berulang (reuse). Untuk selang cuci darah, sejak 2012 RSCM sudah menggunakan single use, satu kali untuk satu pasien.

Selain itu, senjata Selang Prabowo tak berfungsi  juga karena bapak kita ini "hanya berdasarkan laporan seseorang". Ini "dipertegas" oleh bapak kita yang lain yakni Fadli Zon yang merupakan teman Prabowo, bapak kita ini. Dia katakan Prabowo  "hanya meneruskan laporan warga yang mungkin mereka bisa saja kurang tepat informasi atau masukan dari mana" (sumber).

Bapak kita ini mungkin tidak pernah datang atau berobat ke RSCM karena RSCM merupakan rumah sakit relatif murah untuk rakyat banyak. Sementara bapak kita ini orang kaya, umumnya berobat ke rumah sakit swasta yang mahal, bahkan ke luar negeri.

Akhirnya, senjata Selang Prabowo tidak berfungsi dan menjadi blunder baginya. Bisa dianalogkan "Bapak kita ini terlilit selangnya sendiri".

Strategi perangnya dimentahkan karena kurangnya pemahaman pada senjatanya sendiri. Kalau saja bapak kita ini mengecek langsung "laporan seseorang" ke RSCM, atau dia sendiri berobat ke RSCM sambil "tengok-tengok" selang, bisa jadi senjata selangnya bisa lebih berfungsi dengan modifikasi yang lebih canggih.

Demikianlah kisah "Selang Prabowo" yang tidak berfungsi. Kita bisa belajar banyak dari peristiwa tersebut, yakni tidak begitu saja mengeluarkan senjata hanya dari laporan seseorang yang belum tentu kebenarannya.

Kita harus ingat kata pepatah bijak jaman baheula "senjata bisa untuk menyerang orang lain, tapi juga bisa membunuh diri sendiri". Untuk itu, kita memang harus hati-hati, mesti check and recheck, tidak grusu-grusu--apalagi dilakukan berulangkali---baik sebagai pemimpin kelompok, maupun pemimpin diri sendiri.

Kalau keseringan begitu, kepercayaan orang akan luntur kepada kita. Teman-teman dekat pun jadi repot membela karena tersipu malu disorot orang banyak. Kalau aku sih rapopo.

***