- Prabowo Korban Pertama
- Mengapa Berita Bohong Menyebar Lebih Cepat Dibandingkan Berita Yang Benar?
Berita bohong atau hoax mulai menyerang pemilu presiden 2024. Prabowo menjadi korban pertamanya.
Diberitakan sebelumnya bahwa Prabowo menampar dan mencekik seorang wakil menteri pertanian di istana, menjelang rapat. Bahkan diberitakan juga Jokowi sangat marah atas kejadian itu.
Seketika berita ini meluas cepat sekali. Ia bahkan diedarkan tidak hanya oleh orang awam tapi juga oleh kalangan terpelajar, dan oleh mereka yang juga dihormati.
Tak lama kemudian datanglah bantahannya. Dari lembaga yang bersangkutan, dari Kementerian Pertanian itu sendiri. Lembaga ini mengatakan berita soal Prabowo menampar dan mencekik wakil menteri pertanian itu tidak benar.
Ternyata Itu berita bohong. Alias Hoax. Alias Palsu. Alias Fitnah.
Kemudian Jokowi pun membantah. Ujar Jokowi, “Setahu saya tidak ada peristiwa seperti itu, seperti mencekik. Memang ini tahun politlk. Akan banyak berita-berita seperti itu.”
“Tolong di kroscek. Di cek lagi kebenarannya. Jangan diterima mentah-mentah setiap ada berita.”
Pertanyaannya adalah mengapa berita bohong seperti ini cepat sekali diedarkan? Bahkan juga disebar oleh mereka kalangan terpelajar?
Kita mulai dengan data. Sebuah studi dibuat oleh MIT, Amerika Serikat di tahun 2018, atas ribuan posting di Twitter.
MIT menyimpulkan bahwa berita bohong menyebar lebih cepat dibandingkan berita yang benar. Bahkan dikatakan, menyebarnya berita bohong enam kali lipat lebih cepat.
Berita bohong pun memiliki probaility (kemungkinan) disebarkan 70% lebih banyak ketimbang berita sebenarnya.
Mengapa publik mudah tertipu dan sepertinya lebih berita bohong? Pertama, berita bohong itu jauh lebih seksi, jauh lebih menyentuh emosi.
Kita menyukai berbagai hal-hal yang sensasional, dan cepat sekali kita terdorong ikut menyebarkannya.
Kedua, berita bohong pun mudah sekali dibuat. Kita tinggal menambahkan saja drama, bumbu, sensasi di sana. Jadilah ia berota yang asyik.
Sementara berita yang benar memerlukan riset yang lebih mendalam. Memerlukan detail untuk dicek dan rechek. Berita yang benar memerlukan proses yang lebih lama. Ia selalu kalah cepat.
Ketiga, ini yang berbahaya, pada dasarnya sebagian publik sudah memiliki prasangka dan bias. Mereka sudah memiliki citra dan bias tertentu kepada tokoh tertentu dan isu tertentu.
Ketika mereka mendengar ada berita seperti itu, yang mendukung prasangkanya, mereka tak hanya cenderung percaya. Tapi mereka cenderung berita itu benar- benar terjadi. Bahkan dengan gembira, suka cita,rasa puas, mereka ikut pula menyebarkannya.
Bahkan kaum terpelajar dan mereka yang dihormati bisa hilang metode kritisnya karena hadirnya prasangka dan bias.
Itu sebabnya mengapa berita bohong mudah sekali beredar.Apalagi di era media sosial.
Menjelang Pilpres 2024, makin ke sana kita akan melihat makin banyak berita bohong tersebar. Hanya satu senjata untuk menghadapinya. Yaitu Cek and Re-Check.
Denny JA
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews