Tokoh Papua Mendukung Perpanjangan Otsus

Otsus bukanlah bagi-bagi uang, tetapi progam untuk memajukan Papua melalui pembangunan SDM dan ekonomi. Caranya dengan memberi bantuan modal usaha dan juga beasiswa.

Kamis, 15 Juli 2021 | 08:39 WIB
0
110
Tokoh Papua Mendukung Perpanjangan Otsus
Protes Ptsus (Foto: suarapapua.com)

Otonomi khusus (Otsus) adalah keistimewaan bagi segenap rakyat Papua, karena mereka diberi dana serta kewenangan untuk membangun wilayahnya. Sehingga di Bumi Cendrawasih makin maju dan tidak tertinggal dari kota-kota lain di wilayah Indonesia barat. Para tokoh Papua mendukung Otsus karena mereka merasa banyak kemajuan setelah program ini diberlakukan.

Papua adalah provinsi paling ujung di wilayah timur dan adanya sentralisasi pada masa orde baru membuat ada kesenjangan antara tempat ini dengan kota lain di jawa. Ketika masa reformasi maka diberikan otonomi daerah dan Papua kecipratan berkahnya.

Apalagi ketika pemerintah memberlakukan Otsus sejak 2001 dan diperpanjang pada 2021, makin banyak modernitas yang mempercantik wajah Papua. Saat otonomi khusus akan diperpanjang maka para tokoh Papua langsung menyetujuinya.

Mereka merasa program ini membuat Bumi Cendrawasih makin maju dan tidak lagi identik dengan wilayah yang hanya berisi hutan melulu. Apalagi sebagian dana Otsus juga disalurkan untuk beberapa bidang, tak hanya infrastruktur.

Misalnya pendidikan, ekonomi, kesehatan, dll. Salah satu tokoh Papua yang mendukung Otsus adalah Benhur Yaboisembut, S.Th menyatakan bahwa Otsus tetap harus dilanjutkan, tetapi harus tepat sasaran. Sekretaris Dewan Adat Suku (DAS) Suku Moy menegaskan bahwa Otsus harus memberi kebutuhan masyarakat.

Benhur menambahkan, sebaiknya dana Otsus diterima langsung oleh warga sipil Papua. Jangan melewati tangan-tangan lain. Dalam artian, ia takut jika ada oknum nakal yang menyunat bantuan dana Otsus, sehingga yang diterima oleh masyarakat hanya sedikit, sehingga efek dari program ini kurang efektif.

Saat pembagian dana Otsus memang harus diperhatikan alurnya. Jangan sampai ada oknum yang berani korupsi walau hanya 10.000 rupiah. Oleh karena itu, pengawasan dana Otsus harus diperketat. Jika perlu ada pegawai KPK yang diterjunkan untuk meneliti apakah ada kemungkinan oknum yang diam-diam menggerogoti dana Otsus.

Masyarakat juga harus paham bahwa dana Otsus tidak diberikan seperti bansos, tetapi dirupakan bantuan modal kerja, sehingga diharap bisa menjadi awal yang baik untuk berdagang.

Umumnya diberikan pada para mama alias sebutan untuk ibu-ibu di Papua. Mereka bisa jadi pengusaha tangguh dan taraf hidupnya naik. Bantuan berupa kail, bukan ikan, sangat penting, karena tidak menyebabkan mereka ketergantungan.

Selain itu, dana Otsus juga dirupakan beasiswa, sehingga para putra putri Papua makin cerdas. Sehingga bantuan yang diberikan akan membangun SDM mereka dan akhirnya memiliki ilmu yang cukup, sebagai modal untuk memajukan daerahnya sendiri. Nanti kelak ketika mereka lulus kuliah, bisa jadi pegawai pemerintahan atau pengusaha, dan semangat untuk membangun Papua.

Boas Asa Enoch, Ondoafi (kepala suku) Sosiri juga mendukung Otsus. Ia mencontohkan sudah banyak hasil keberhasilan program ini, yakni ribuan warga Papua yang dikuliahkan ke luar negeri. Yakni di Universitas di Jerman, Australia, Selandia Baru, hingga Amerika.

Dalam artian, Otsus sangat mencerdaskan anak Papua karena pasca belajar di luar negeri, mereka makin bertambah wawasan dan pengetahuannya.
Beasiswa Otsus merupakan salah satu program yang diidamkan oleh banyak putra Papua.

Mereka senang karena dengan beasiswa, bisa bersekolah mulai jenjang SD hingga universitas. Kalaupun belum diterima di kampus luar negeri, mereka sudah cukup senang dengan kuliah di Jawa dan mengenal lebih banyak orang saat merantau. Sehingga pemikirannya makin terbuka.

Sudah seharusnya Otsus dilanjutkan, karena semua warga Papua mendukungnya, terutama para tokoh masyarakat di sana. Otsus bukanlah bagi-bagi uang, tetapi progam untuk memajukan Papua melalui pembangunan SDM dan ekonomi. Caranya dengan memberi bantuan modal usaha dan juga beasiswa. (Alfred Jigibalom)

***