Secara pribadi, sorotan berlebih kepadanya niscaya akan membuat Anies semakin matang sebagai seorang pemimpin.
Majalah TEMPO tentunya menganggap sosok Gubernur DKI Anies Baswedan sangat penting. Betapa tidak? Majalah itu sudah dua kali berturut-turut, sejak edisi 24 Februari - 1 Maret 2020 menjadikan Anies dengan segala "masalah" nya sebagai berita utama. Jika dihitung soal anggaran Aibon, berarti Anies sudah dijadikan cover majalah itu tiga kali.
TEMPO terbitan hari ini membahas juga Anies dalam soal penanganan banjir. Seperti biasa, tone-nya negatif. Dipersoalkan misalnya soal anggaran penanganan banjir yang terus turun di era Anies. Hal yang membuat TEMPO meyakini bahwa Anies telah membuat Jakarta menjadi sebuah "Kolam Besar".
Bahwa Anies adalah Gubernur ibukota negara, itu memang menjadikan dia sosok penting. Gubernur DKI memang posisinya khusus dibanding gubernur lain. Bahkan mantan Gubernur Ahok sesumbar bahwa Gubernur DKI itu bisa disejajarkan dengan menteri.
Meski begitu, kalau dilihat dari sisi dampak banjir, pemilihan Anies sebagai gubenur yang dibahas "khusus" terkait banjir bisa diperdebatkan dan patut dipertanyakan. Masalahnya, bukankah banjir juga melanda daerah-daerah lain, di Jawa khususnya.
Bahkan di wilayah-wilayah luar Jakarta, dampak banjir lebih menyesengsarakan rakyat di wilayah-wilayah itu. Banjir di Jawa Barat dan Jawa Tengah, misalnya. Khusus Jawa Barat terjadi kontroversi karena saat banjir melanda wilayah Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil malah meresmikan cafe kopi di Australia dan menggungah aksi tik tok nya bersama artis Cinta Laura.
Jadi, sisi besaran dampak dan etika pimpinan wilayah tampaknya tidak membuat TEMPO berminat membahas isu banjir dalam skala nasional. Pun, kalaupun banjir Jakarta dibahas, TEMPO tidak membahasnya berimbang.
Misal, soal dampak toa pengingat banjir yang terbukti mampu membantu warga Cipinang Muara dalam mengantisipasi banjir, berapa jumlah kerugian di era Anies dan gubernur sebelumnya yang relatif lebih kecil atau betapa air dapat cepat surut dalam hitungan jam.
TEMPO dan jajaran redaksi tampaknya berpegang pada dalil bahwa banjir Jakarta sangat penting karena Jakarta adalah ibukota negara. Baiklah. Namun yang tampaknya dilupakan TEMPO adalah pernyataan Presiden Jokowi saat maju sebagai Capres bahwa 60 - 70 persen soal banjir di DKI itu terkait dengan pemerintah pusat.Ada kesan TEMPO "mengadili" Anies dengan judul "Rapor Banjir Anies". Padahal, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono sudah menyatakan dalam soal banjir Jakarta, pemerintah pusat, dalam hal ini dia, juga bertanggungjawab. Karenanya dia minta, tidak usah mencari-cari siapa yang salah.
Ini hanya catatan saja dari sikap TEMPO yang menjadikan Anies sebagai sosok yang begitu penting sehingga "layak" dijadikan cover story berkali-kali.
Dilihat dari perspektif komunikasi politik, meski tone pemberitaan TEMPO cenderung negatif, namun ulasan berkali-kali majalah itu soal Anies, jelas merupakan promosi gratis bagi sang gubernur.
Secara pribadi, sorotan berlebih kepadanya niscaya akan membuat Anies semakin matang sebagai seorang pemimpin. Dia bisa belajar bagaimana pemimpin menghadapi kritik lebih banyak dibanding pemimpin-pemimpin daerah lainnya. Hal itu menjadikannya lebih bijak.
Patut direnungkan pernyatan Ustadz Abdus Somad pada Anies kemarin. Secara terang-terangan, UAS meminta maaf kepada Anies bila nanti banyak orang yang membully. "Saya mohon maaf Pak Gubernur saya enggak bisa bela di sosmed karena saya pun babak belur juga," kata UAS.
UAS mengaku tahu bahwa Anies selalu "disalahkan" jika ada masalah di Jakarta. Maka itu, ia meminta mantan Mendikbud itu untuk sabar dalam menghadapi setiap kritikan.
"Insyaallah kalau kita tidak ada dendam, tidak ada marah, enjoy, semua kritikan itu kita anggap sebagai cara orang untuk menunjukkan bahwa kita rendah di hadapan Allah SWT," kata UAS.
Kritik deras, tidak meniscayakan kita menjadi rendah. Itu justru mengingatkan betapa rendahnya kita. Kritik, membuat kita menjadi pribadi yang rendah hati.
Akhmad Danial
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews