Dulu mencela dan menghina, sekarang berubah menjadi sanjung dan puji.Karena keinginannya sudah dituruti dan berharap tidak ngamuk lagi.
Sebelum pilpres atau pertandingan dimulai mereka lantang,"siap menjadi oposisi dan menjadi oposisi tak kalah terhormatnya,kita akan menjadi oposisi yang kritis dan akan tetap bersama rakyat"
Tetapi setelah pilpres dan tahu kalah, teriakan menjadi oposisi itu sedikit demi sedikit mulai meredup atau hilang dari pendengaran.Yang ada kata oposisi berubah menjadi: "demi persatuan dan kesatuan bangsa, kita siap bekerjasama dan membangun negeri".
Begitulah lagu atau narasi elit politik tanah air dalam kacah perpolitikan. Esuk tahu-sore tempe!
Kata mereka, politik adalah cair dan dinamis. Tapi minim etika politik. Bagi mereka semua sah dan halal. Tidak ada yang tidak mungkin.Mirip perilaku LBGT, mudah berubah orientasi atau hasrat syahwat politiknya. Kadang ditunggangi dan kadang menunggangi dan berganti peran.Asal suka sama suka.
Dulu mencela dan menghina, sekarang berubah menjadi sanjung dan puji.Karena keinginannya sudah dituruti dan berharap tidak ngamuk lagi.
Politik bisa mendekatkan yang jauh dan bisa menjauhkan yang dekat.Itu semua tergantung kesepakatan dan deal politik.Yang jauh bisa mendekat atau merapat dan setelah itu mendekap.
Sebagai tanda sudah sepakat atau deal.Yang dekat juga bisa merenggang dan menjauh,karena tidak terjadi kata sepakat atau deal.
Janganlah menjadi oposisi kalau perut-Mu dalam keadaan lapar.Perut lapar terkadang menjadi pangkal muasal keributan dan mudah emosi.Apalagi lapar kekuasaan.Menjadi oposisi itu berat,biar "Dilan" aja yang menanggung beban berat itu.
Pesan Simbah:Jangan suka mencela dan menghina yang berlebihan,suatu saat kamu akan mencium dan memeluk kepada orang yang pernah kamu hina atau cela.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews