Kualitas kejiwaan dia perlu diperiksa. Sukar diharapkan masyarakat beroleh manfaat dari seorang wakil rakyat yang kualitasnya kelas telor busuk.
Peristiwa penusukan Pak Wiranto yang mengagetkan bakalan mengubah seluruh protap keamanan VIP dan VVIP. Termasuk pengamanan Presiden Joko Widodo yang kita ketahui sangat suka dekat masyarakat dan mengabaikan standard resmi pengamanan VVIP.
Ke depan, besar kemungkinan tidak ada lagi acara rebutan jabat tangan dengan Presiden dan pembesar negara lainnya. Insiden penusukan Jenderal Wiranto menjadi awal segenap perubahan ini.
Penyerangan terhadap pejabat negara sangat jarang terjadi di Indonesia. Kultur menghormati orang besar secara natural menghalangi niat orang yang membenci pejabat sekalipun untuk melukai atau membunuh mereka.
Jikapun benci, mereka cuma bisa diam atau melakukan protes di media sosial. Namun tidak pernah terjadi sampai terjadi pemukulan ataupun penusukan. Ada nilai-nilai budaya yang menghalangi mereka untuk melukai pembesar negeri.
Jadi hanya orang nekad saja yang mau melakukan penusukan terhadap Jenderal Wiranto. Yang sudah dicuci otaknya untuk melakukan tindakan brutal tersebut.
Dalam konteks ini, maka benar dugaan pelakunya adalah mereka yang terpapar paham terorisme. Karena hanya kelompok ini saja yang bisa melakukan tindakan sadis tersebut.
Jauh dari agenda setingan yang dituduhkan dengan sangat keji oleh Hanum Rais yang sialnya jadi anggota DPRD.
Kualitas kejiwaan dia perlu diperiksa. Sukar diharapkan masyarakat beroleh manfaat dari seorang wakil rakyat yang kualitasnya kelas telor busuk.Kemarin Arteria Dahlan. Sekarang Hanum Rais.
Parah nian kualitas anggota Dewan.
***
Keterangan: Judul awal tulisan ini adalah "Telor Busuk", diubah agar memenuhi kaidah Google Friendly.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews