Kecurangan harus dibuktikan lewat lembaga yang konsitusional yaitu Mahkamah Konsitusi, jika tidak bisa dibuktikan situasi yang terjadi hanya mengakibatkan kegaduhan.
Pemimpin politik yang taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan jauh ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan bisa disebut seorang negarawan, atau bahkan bisa dikategorikan sebagai pahlawan.
Sementara sikap yang berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa dan negara, baik pengorbanan harta benda maupun jiwa raga bisa disebut hal itu adalah Patriotisme.
Tanpa sikap negarawan dan patriotisme dari segenap lapisan masyarakat Indonesia sejak dulu utamanya para toko tokoh bangsa dan elite politik, mungkin saja Indonesia telah hancur tercerai berai dan porak poranda oleh ancaman dalam negeri maupun luar negeri.
Pada pengumuman hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilu ( pilpres & pileg ) pada 22 mei yang akan datang, akan menjadi hari pembuktian jiwa jiwa kenegarawanan dan patriotisme tokoh tokoh bangsa dan para elite politik dalam bangsa Indonesia.
Sementara dari sumber berita m.detik.com Capres Prabowo Subianto menolak hasil penghitungan Pemilu 2019 yang dilakukan KPU karena merasa penuh kecurangan, dan juga menolak mengajukan protes melalui Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam berita itu juga Yusril Izha Mahendra Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) sekaligus juga pakar Hukum Tata Negara mengatakan bahwa sebuah kecurangan haruslah dibuktikan lewat lembaga yang konsitusional yaitu Mahkamah Konsitusi (MK) jika tidak bisa dibuktikan kecurangannya situasi yang terjadi hanya akan mengakibatkan kegaduhan saja.
Berkaca dari hal itu, jika sudah tidak lagi niat menempuh jalur jalur yang konsitusional dan akhirnya mengakibatkan kegaduhan yang tiada henti di tengah tengah masyarakat, bukankah ini sangat merugikan bangsa dan negara, energi yang harusnya mampu dipergunakan untuk membangun bangsa dan negara terbuang sia sia untuk bertikai satu sama lain dan aparat hukum pun akan menghabiskan anggaran yang sangat besar untuk pengamanan demi keutuhan bangsa dan negara.
Pada tanggal 22 mei 2019 pada saat pengumuman pemenang oleh KPU, adalah menjadi sebuah cermin yang sangat besar bagi tokoh tokoh bangsa, elite politik untuk berkaca terlebih kepada mereka mereka merasa diri sudah menjadi seorang yang negarawan dan patriot, rakyat akan melihat siapa siapa sebenarnya yang layak disebut sebagai negarawan dan patriot bangsa dan siapa yang harus dimasukkan dalam sejarah sebagai penghianat pemecah persatuan Indonesia.
Luber Sitanggang
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews