Seperti sudah diketahui bahwa BTP atau Basuki Tjahaja Purnama akhirnya menerima pinangan dari PDI-Perjuangan. Serta banyak pula yang sudah memprediksi hal ini. Ditambah masivnya pernyataan-pernyataan dari Djarot Saiful Hidayat yang merupakan salah satu orang yang paling sering mendampingi BTP pada saat di penjara.
Pada saat di awal BTP bebas, saya sempat bertanya pendapat kepada beberapa Ahokers atau pengagum BTP. Apakah pendapat mereka apabila BTP masuk partai, setuju atau tidak ? Sengaja saya tidak info mereka, kalau hasil pembicaraan ini akan saya masukkan artikel. Untuk menjamin kemurnian cara berpikir mereka. Alias tanpa sensor. Jadi kesannya saya dan mereka hanya bertukar pikiran. Padahal saya memancing reaksi atas peristiwa ini. Jika ada yang merasa perkataannya saya paparkan di sini. Sebelumnya saya mohon maaf. Tapi tenang saja, nama-nama tidak tercantum.
Baiklah ini hasil wawancara disertai latar belakang mereka. Biar bisa terbaca mengapa mereka bisa berkomentar seperti ini.
Si A, dia Ahokers sejati luar dalam. Selalu mengikuti kegiatan yang berbau BTP. Dari A sampai Z kalau ada waktu pasti dia tidak mau ketinggalan. Bahkan rajin mengajak teman-temannya untuk bergabung. Dia berkata “Kalau Ahok masuk partai, berarti dia menjilat ludah sendirinya. Bahwa dia pernah berjanji tidak akan pernah masuk partai.” Baiklah, komentar dia ekstrim. Saya menulis ini tanpa sensor. Dan masih teringat jelas dalam otak saya. Karena langsung menancap di hati.
Si B, seseorang pemerhati BTP. Tapi tidak terlalu diumbar kalau dia adalah Ahokers. Tapi saya jamin dia pengagum BTP. Jawab si B “Menurut saya Ahok tidak akan masuk partai” jawabnya dengan nada tinggi. Seakan-akan menghakimi pertanyaan saya. “Dia akan jalan-jalan dulu, berlibur dengan keluarganya. Sesuai dengan perkataannya di media.” Hmmm, saya berpikir jawabannya seakan-akan tidak menyetujui jika BTP langsung masuk partai. Mohon koreksi kalau opini saya salah.
Si C, seseorang pengagum BTP. Dia sampai patah hati, cenderung menjadi apatis terhadap pemerintah setelah BTP masuk penjara. “Terserah, dia masuk partai tidak. Saya sudah tidak terlalu mengikuti politik. Bahkan sudah diwanti-wanti oleh pasangan agar tidak terlalu memuja Ahok” Wah...wah... mendengar jawaban tipe seperti ini. Tampaknya dia akan menjadi golput pada Pemilu ini. Yah, saya hanya bisa mencoba meyakinkan agar ia memberi kepercayaan kembali kepada pemerintah. Tapi reaksinya hanya diam seribu bahasa.
Si D, pengagum berat BTP tapi tidak mau diketahui oleh publik. Selalu mengikuti video-video BTP di You Tube. Kabar-kabar yang terbaru tentang BTP selalu diceritakan kepada saya dengan rajinnya. Dahulu dia adalah orang yang tidak pernah mencoblos. Akhirnya demi BTP dia mau bangun pagi untuk pergi ke TPS. Setelah pulang, langsung cepat-cepat dihapus tanda tinta di jemarinya. Agar tidak ketahuan jika dia sudah memilih. Ah, mirip secret admirer, bukan?
Saya ajukan pertanyaan ini. Tidak ada jawaban. Sunyi senyap. Bahkan mengalihkan pembicaraan. "Ah, sia-sia", pikir saya. Setelah mendengar BTP masuk partai. Saya coba ajukan pertanyaan ini kembali. Jawabannya “Wah, bisa-bisa Ahok dipilih menjadi menteri kalau Jokowi menang.” Wow, jawaban yang mengagetkan. Saya hanya manggut-manggut, mengiyakan. Semoga dia mau memakai hak pilihnya di tahun ini. Karena setiap suara berarti.
Hasil wawancara diam-diam ini tidak mewakili seluruh Ahokers. Karena saya hanya mengambil orang-orang sekeliling saja. Walaupun dari berbagai kalangan. Mulai dari Pengusaha, wartawan sampai karyawan biasa.
Demikian artikel ini saya buat. Semoga bisa memenuhi rasa ingin tahu para pembaca mengenai dinamika dukungan pengagum BTP.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews