Dalam dunia politik tanah air banyak cerita atau kejadian yang terkadang lucu, penuh intrik dan sandiwara. Dan itu lumrah atau wajar, asal jangan keseringan atau berlebihan. Apalagi dalam masa kampanye seperti sekarang.
Terkadang susah membedakan apakah itu benar-benar fakta atau sekedar polesan atau sandiwara.
Kata Ahmad Albar sih dunia ini panggung sandirwara dan ceritanya mudah berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi.
Ada capres yang marah-marah karena acaranya tidak diliput oleh media televisi atau media massa.
Ada lagi mantan presiden yang suka berkeluh kesah lewat media sosial, terkait sesuatu yang dialami oleh dirinya atau keluarganya. Biasanya melalui Twitter dan Youtube.
Nah, beberapa hari yang lalu di Pekanbaru, Riau, mantan Presiden SBY meneteskan air mata hanya karena bendera atau baliho yang ada foto dirinya disobek-sobek atau dirusak oleh seseorang.
Bukan menesteskan air mata karena suatu bencana atau kejadian yang menyayat hati, tapi hanya gara-gara sepele, yaitu baliho atau benderanya dirusak atau disobek-sobek. Kayak Tukul Arwana aja tak sobek-sobek.
Entah itu bagian dari gimmick untuk menarik perhatian publik atau mungkin suasana hati mantan presiden tersebut lagi sensitif. Bahkan selama menjadi presiden sepuluh tahun, belum pernah meneteskan air mata, tapi setelah tidak menjadi presiden malah bisa meneteskan air mata di depan publik, dengan curhat khasnya.
Sang mantan Presiden merasa harga dirinya terinjak-injak atas perusakan baliho atau bendera partainya. Hatinya seperti tersayat sembilu.
Di hadapan para kader Demokrat mantan Presiden menceritakan atau berkeluh kesah terkait perusakan bendera atau baliho untuk menyambut kedatangannya. Para kader mendengarkan dengah penuh haru, ada yang duduk di kursi dan ada yang duduk lesehan di karpet. Mereka khusuk mendengarkan cerita pilu dari mantan Presiden.
Suasana bertambah haru ketika sang istri ibu Ani juga menangis terisak-isak dan meneteskan air mata. Karena tidak kuasa mendengar cerita dari suami tercinta. Kader-pun mengambilkan tisu untuk ibu Ani supaya tetesan air mata tidak bertambah banyak.
Rupanya tangisan atau tetesan air mata dari mantan Presiden dan istrinya itu menular kepada kader-kader Demokrat yang lain terutama petinggi-petingginya. Suasana bertambah haru menjadi seperti acara pengakuan dosa.
Ini bukan cerita sinetron atau drama, tapi ini fakta. Perusakan bendera atau baliho bisa berakhir kesedihan yang sungguh menyayat hati.
Menyayat bagi SBY tentunya. Yang lain sih biasa-biasa saja, bahkan mungkin lucu melihatnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews