Mungkinkah Jokowi Dukung Prabowo? 

Kalau saja Jokowi lebih cenderung ke Prabowo untuk urusan 2024, kayaknya gak mungkin dia merestui Sandi hengkang dari Gerindra.

Jumat, 5 Mei 2023 | 17:23 WIB
0
189
Mungkinkah Jokowi Dukung Prabowo? 
Jokowi dan Prabowo (Foto: The Jakarta Post)

Banyak teman yang nanya, mungkin gak Jokowi dukung Prabowo? 

Pertanyaan ini terlontar karena memang sikap Jokowi yang seperti memberi ruang kepada dua orang Capres : Ganjar atau Prabowo. Karena itu, orang menimbang-nimbang dari keduanya mana yang paling serius didukung oleh Jokowi. 

Sebab ujung-ujungnya kan, tetap satu orang yang diharapkan bisa meneruskan legacy Jokowi buat Indonesia. 

Iya, memang Jokowi pernah beberapa kali menyebut nama Prabowo. Biasanya di acara partai. Kehadiran Jokowi bersama Prabowo di depan publik juga kebanyakan di acara resmi pemerintah. Prabowo hadir sebagai bawahannya Presiden. 

Acara yang bersifat personal, paling kemarin ketika Prabowo silaturahmi Idul Fitri ke Solo. Itu yang tersebar ke media. 

Demikian juga penyambutan Gibran ke Prabowo, juga kebanyakan di acara-acara resmi. Walikota menyambut kehadiran Menteri. Begitulah kira-kira. 

Tapi Gibran gak pernah kelihatan sarapan bareng Prabowo dalam suasana santai. Sarapan dua orang sebagai personal. Bukan hanya urusan resmi. 

Begitupun hubungan Jokowi dengan Ganjar. Seringkali kita melihat mereka berdua bersama di acara-acara yang sifatnya lebih personal. Misalnya, Jumatan bareng (saya jadi teringat pertanyaan : Prabowo Jumatan dimana saat 2019 dulu). Atau satu pesawat dan satu mobil dalam perjalanan ke satu acara. 

Jalan satu pesawat atau satu mobil itu menunjukan hubungan yang lebih personal ketimbang hanya sekedar hubungan profesional. Apalagi tidak jarang saat beberapa momentum, ikut juga Jan Ethes dalam satu mobil bersama Jokowi dan Ganjar. 

Itu soal kedekatan hubungan. Bagaimana soal sikap politik? 

Gini deh. Iya sih, Prabowo sekarang jadi bawahannya Jokowi. Sikapnya sebagai bawahan manut sama atasan. Itu yang terbaca publik bahwa Prabowo sekarang sudah lebih Jokowi dibanding Jokowi sendiri. 

Tapi jangan lupa. Prabowo itu dua kali jadi lawannya Jokowi di Pilpres dengan segala dinamika nya. Secara personal, Jokowi pasti tergores hatinya ketika keluarga bahkan sampai ibunya terkena badai fitnah. 

Ingat tabloid Obor Rakyat kan? Isinya semua informasi hoax yang kejam ke Jokowi. Dampaknya sampai saat ini pun masih ada sebagian orang yang percaya pada fitnah keji itu. 

Kita juga tahu, saat itu, sama sekali gak ada usaha dari timnya Prabowo untuk meredam segala info jahat tersebut. 

Justru saking kuatnya badai fitnah yang menciptakan keterbelahan publik, akhirnya Jokowi memutuskan merekrut Prabowo jadi bawahannya. Agar keterbelahan masyarakat tidak berlanjut. Dan pembangunan bisa jalan lebih baik. 

Maksudnya ditariknya Prabowo ke dalam kabinet, justru karena kelakuan pendukungnya dulu yang brutal. Yang menimbulkan keterbelahan. Yang membedah suasana masyarakat jadi dua kelompok besar. Untuk itulah Prabowo dan Sandi akhirnya mendapat tempat di Kabinet. 

Saya ingin mengatakan, hubungan Jokowi dan Prabowo itu semata hanya karena pertimbangan politis dan pragmatis. Bukan sesuatu yang lebih dalam secara personal. 

Apalagi, kita tahu, Sandiaga Uno akhirnya memilih keluar dari Gerindra berlabuh ke PPP. Khabarnya Sandi dan Erick memang direstui Jokowi untuk mendekat ke partai berbasis massa Islam. Sandi ke PPP dan Erick ke PAN. 

Kalau saja Jokowi lebih cenderung ke Prabowo untuk urusan 2024, kayaknya gak mungkin dia merestui Sandi hengkang dari Gerindra. Itu saja menunjukan hubungan keduanya memang politis banget. 

Kalau saya sih, simpel. Dua kali Pilpres saya mendukung Jokowi. Apa targetnya? Selain memenangkan Jokowi. Juga agar Pranowo gak jadi Presiden. 

Saya gak mau menafikkan dua kali Pilpres dengan pertarungan sengit itu, lalu menghapus begitu saja semuanya pada 2024 ini. Kalau saya lakukan itu sama saja kitab jalan di lingkaran labirin yang akhirnya muter disitu-situ saja. Gak ke mana-mana. 

Lantas buat apa semua energi yang dulu kitab keluarkan pada 2014 dan 2019, jika pada 2024 ini semua meruap begitu saja. 

Masa kita mau kayak Filipina yang mendudukkan kembali anak diktator Marcos di puncak kekuasaan? 

"Pak Prabowo harus belajar lebih akrab sama Jan Ethes. Jangan cuma sama kucing doang. Dulu beliau bisa akrab sama kucing oren kan?, " celetuk Abu Kumkum. 

Oiya. Gue ingat. Bobby the cat... 

Eko Kuntadhi