Kita lihat kondisi menuju ke 2024, jelas permasalahan ambisi yang liar, salah ukur bisa melibatkan para pejabat menjadikan dirinya semakin complicated.
Secara resmi kepemimpinan Pak Jokowi sebagai presiden tersisa sekitar dua tahun sembilan bulan. ATHG (Ancaman Tantangan Hambatan Gangguan) yang dihadapi terutama apakah programnya bisa terus berjalan? Serangan covid yang terus bermutasi tetap belum terkalahkan, varian baru dari luar negeri terus mengancam.
Pengaruh pandemi terhadap tekanan perekonomian membutuhkan upaya keras, dimana saat silaturahmi Akabri 67/70, Menko Marves Luhut Panjaitan meyakini perekonomian akan membaik. Telah terjadi perubahan yang tidak disadari banyak orang, bahwa kondisi perekonomian akan naik pesat pada 2030, dan Indonesia diprediksi jaya pada 2045.
Presiden dalam waktu yang tersisa ini jelas tidak bisa bekerja sendiri, dibantu oleh para menteri yang dipilih dengan hak prerogatif. Dalam sikon di atas, mulai nampak geliat ambisi serta upaya mereka kini dengan karakternya masing-masing mulai sibuk mikir pilpres 2024.
Nah, untuk tercapainya program-programnya, di waktu yang tersisa ini presiden bila ingin menilai dan ngukur seseorang, sebaiknya dinilai karakter para pembantu- pembantunya di kabinet. Penulis pernah mempelajari dan menulis dasar pemikiran salah satu Presiden Amerika yang kata-bijaknya bernakna hebat yaitu Abraham Lincoln. Ia lahir 12 Februari 1809 di Hodgenville, Hardin County, Kentucky, USA.
Presiden ke-16 Amerika Serikat ini pada 4 Maret 1861 terus gigih menentang adanya perbudakan. Pada tanggal 15 April 1865, Abraham Lincoln tewas ditembak pada usia 56 tahun di teater Ford, Washington D.C. oleh John Wilkes Booth, seorang pemain sandiwara yang memiliki gangguan jiwa. Kematian menjemputnya tatkala tercapainya perdamaian dan berakhirnya perbudakan di Amerika.
Dikatakanya bahwa setiap orang memiliki ambisi pribadi yang khas. Entah benar atau tidak, "Saya dapat berkata, saya tidak memiliki ambisi sebesar menjadi benar-benar dihargai kawan-kawan saya, dengan menjadikan diri saya pantas dengan penghargaan tersebut," katanya.
"Hampir semua pria memang mampu bertahan menghadapi kesulitan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan," kata Abraham.
Secara teori, Karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Kekuasaan bisa membuat mereka lupa bila tidak hati-hati dan waspada.
Kini di negara kita, Indonesia tercinta, mereka yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan, terutama jabatan yang diberi presiden, mengacu teori Lincoln, sebenarnya mereka sedang diuji karakter sejatinya.
Tidak butuh waktu lama, bisa cukup singkat mengukurnya. Siapa yang ada disekitarnya? Apa yang diperbuat demi negaranya? Percaya dirikah dia?
Baca Juga: Jokowi–Prabowo Ibarat Lincoln–Seward di AS
Apakah organisasi ysng dipimpinnya semakin baik atau justru ambaradul oleh dirinya atau punakawan yg dia "cangking"? Seberapa besar loyalitas kepada pimpinan nasional, bangsa dan negara?
Selain soal ujian karakter tadi yang menarik, menurut falsafah Jawa ada juga istilah petruk jadi ratu. Karena dia tadinya bukan apa-apa, begitu berkuasa watak aslinya muncul.
Pada intinya, manusia umumnya tidak pernah puas, ini titik rawan yang paling berbahaya.
Kesimpulannya, benarkah dan akan terbuktikah kata-kata Abraham Lincoln?
Kita lihat kondisi menuju ke 2024, jelas permasalahan ambisi yang liar, salah ukur bisa melibatkan para pejabat menjadikan dirinya semakin complicated.
Semoga betmanfaat serta memohon semoga Allah melindungi Bangsa dan negara Indonesia dengan barokahNya, Aamiin.
Jakarta, 24 Januari 2022
Marsda TNI Purn Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews