Sejarah membuktikan, Bung Karno tidak dilahirkan oleh partai, karena dialah yang melahirkan partai. Tapi meski begitu, Soeharto menelikungnya.
"Aku rindu menyelesaikan pekerjaan besar dan mulia, tapi tugas utamaku adalah untuk menyelesaikan pekerjaan kecil seakan itu pekerjaan besar dan mulia," demikian tulis Helen Keller (1880 - 1968), penyandang tunanetra dan penulis. Tapi apa sesungguhnya yang terjadi?
Dari sekian banyak bertemu top-idolatry, saya bayangkan demikian pula sekiranya saya ketemu Ken Arok, Patih Gadjah Mada, Pangeran Sudjono, Prabu Anglingdarma, Batman, Sukarno, Tan Malaka, Ki Ageng Suryomentaram, dan beberapa nama yang saya tak berani terbuka menyebut (takut dituding penistaan nama).
Ketika usia remaja, sebagaimana Bung Karno merumuskan agar kita menggantungkan cita-cita setinggi langit, para pangeran dalam wira-cerita dunia, acap digambarkan pada akhirnya hanyut dalam kesunyian bernama rutinisme. Alah bisa karena biasa.
Pada akhirnya, tak ada yang istimewa, kecuali hidup dikelilingi para oprtunis, atau kaum peminta-minta, yang membutuhkan obat untuk kegelisahan mereka. Hingga Sukarno pun menyimpulkan, sekaligus memberi nasihat pada anak-anak muda, "Perjuanganmu akan lebih berat, karena melawan bangsamu sendiri..."
Kok bisa sesama bangsa berlawanan, bahkan sampai pun di jaman pandemi nasional? Karena pejabat pemerintah memang lebih bertaniah pada partai politik, dan partai politik hanya setia pada ketua umumnya, yang selalu bermimpi namun tak pernah menggapainya.
Sejarah membuktikan, Bung Karno tidak dilahirkan oleh partai, karena dialah yang melahirkan partai. Tapi meski begitu, Soeharto menelikungnya. Juga ketika makbedundug Habibie menggantikan Soeharto. Megawati juga mesti diganjal dulu lewat kasus naiknya Gus Dur.
Sementara munculnya pepesan kosong dari dominasi militer, yang direpresentasikan dalam sosok SBY, tidak equivalen dengan mimpi yang dirindukan.
Jokowi? Mungkin terlalu cepet datangnya, atau mungkin itu yang ideal karena perubahan tidak mudah. Diperlukan orang yang tidak mudah baperan.
Terus apa hubungannya dengan Helen Keller? Tentu saja tidak ada, karena Helen bukan anggota serikat buruh Indonesia. Metharsen with love 'n peace!
@sunardianwirodono
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews