Dalam konteks relasi antar iman, HMI menerima perbedaan-perbedaan keyakinan. Bersama-sama dengan PMKRI dan GMKI dalam kelompok Cipayung.
Buat saya, dengan hadirnya Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia) Jenderal Polisi Listiyo Sigit Prabowo dalam rangka menghadiri malam puncak perayaan Dies Natalis ke-74 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat, saya mengucapkan terimakasih.
Mengapa saya mengucapkan terimakasih? Bukankah itu hal yang wajar dan biasa-biasa saja? Terimakasih, karena saya adalah salah seorang alumni HMI yang pernah menjadi pengurus HMI Cabang Jayapura dan Cabang Padang, ketika menuntut Ilmu Hukum di Universitas Cenderawasih, Abepura, Papua dan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.
Saya bangga, karena baru saja Bapak dilantik menjadi Kapolri setelah dilantik pada hari Rabu, 27 Januari 2021, oleh Presiden Joko Widodo, saya saksikan melalui televisi, bapak sudah berkunjung ke berbagai lembaga negara untuk menjalin silaturahmi, termasuk hadir di acara Dies Natalis HMI.
Dikutip dari berbagai sumber berita, Bapak datang sekitar pukul 20.20 WIB, Kamis, 18 Februari 2021 dan datang bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.
Acara Dies Natalis HMI dimulai dengan pembacaan doa, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI.
Malam puncak Dies Natalis HMI ke-74 ini juga diadakan secara virtual. Sejumlah tokoh yang turut mengikut acara ini secara virtual di antaranya Menkopolhukam Mahfud MD, Jusuf Kalla, dan Akbar Tanjung.
HMI di Papua
Ketika menyaksikan sendiri kerjasama antara HMI dengan organisasi lain di sana, saya merasa senang, karena kerukunan antar umat beragama, benar-benar sudah diterapkan.
Contohnya ketika saya menjadi Ketua Umum Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI) HMI Cabang Jayapura, kami menjalin kerjasama dengan Sekolah Tinggi Theologia Gereja Kristen Indonesia (STT GKI).
Baca Juga: Pembelajaran Akhlak di Milad HMI ke-74
Sejarah singkat STT GKI, sejak tanggal 21 September 1954 lembaga Pendidikan ini diberi nama SekolahTeologi (ST), dan pada tahun 1966 nama Sekolah Theologia diubah menjadi Perguruan Theologia, dengan lama pendidikan enam tahun. Mereka yang masuk sebagai mahasiswa atau calon pendeta yang dibina adalah tamatan SMP.
Perkembangan selanjutnya hingga tanggal 17 Februari 1971, Perguruan Theologia diubah namanya menjadi Sekolah Tinggi Theologia (STT) mahasiswanya adalah tamatan SMU atau SPG dan SMK yang memiliki ijazah resmi. Kehadiran Sekolah Theologia pada waktu itu untuk mempersiapkan pendetabagi GKI yang didirikan dua tahun kemudian (26 Oktober 1956).
Oleh karena itu, dengan kasat mata, HMI yang berada di Tanah Papua, sangat sering terjadi perjumpaan dengan Protestan dan juga Katolik. Tidak hanya dalam dua wadah tadi, juga dalam Kelompok Cipayung dan KNPI.
Ketika HMI memperingati hari lahir HMI tanggal 5 Februari 1947, maka di Papua, juga diperingati hari masuknya Injil. Jadi pada tanggal yang sama.
Walau keduanya terpaut antara Yogyakarta dan Pulau Mansinam, Papua Barat, tetap saja ada benang merah yang menghubungkannya.
Saya sependapat jika ada yang mengatakan, bahwa semangat keberagamaan yang mendorong untuk menjadikan ikhtiar terbaik dalam mempersatukan kondisi yang lebih baik bagi kemanusiaan.
Batasan-batasan agama melampaui sisi-sisi identitas, sehingga tidak lagi untuk kesamaan agama tetapi sampai pada kesamaan status kemanusiaan.
HMI dengan masjidnya, sementara Injil bersandar pada Gereja. Agama yang dipeluk, menjadikan kemauan dan kemampuan untuk berbuat bagi sesama.
Dalam konteks relasi antar iman, HMI menerima perbedaan-perbedaan keyakinan. Bersama-sama dengan PMKRI dan GMKI dalam kelompok Cipayung.
HMI juga bersama-sama dengan OKP di KNPI. Dalam situasi seperti ini, lagi-lagi keislaman tidak membatasi untuk hanya menjadikan Islam sebagai arah gerak dan langkah keorganisasian. Tetapi justru Indonesialah yang menjadi rumah sebagai awal dan juga akhir.
Di tahun ini, HMI memasuki perjalanan 74 tahun. Disebut Milad oleh pengurus HMI. Kata lain yang digunakan juga, Dies Natalis. Itulah semangat yang harus dilestarikan dan diwariskan hingga ke anak cucu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews