Para Bucin yang Dikadalin

Kita harus menjadi diri kita sendiri. Agar tidak menari digenderang para influencret. Dan sekarang para bucin boleh menangis dengan ulah mereka berdua.

Selasa, 9 Februari 2021 | 21:21 WIB
0
471
Para Bucin yang Dikadalin
Natalius Pigai, Sufmi Dasco dan Abu Janda (Foto: Okezone.com)

Tergelak saya membaca AJ (Abu Janda) dan Natalius Pigai tiba tiba satu meja. Makan enak sambil jowal jawil.
Dua seteru yang gak mutu itu didamaikan oleh seorang politisi yang jenius dan pinter liat suasana.

Yang tahu benar kedua orang itu tengah kehilangan panggung. Dan sang politisi itu menyiapkan panggung baru.
Ongkos makan dua atau tiga juta di Fairmont mah kecil dibanding dampaknya. Politisi itu membuat panggung yang membuat keduanya dipermalukan oleh publik.

AJ dibuatkan panggung kecil yang mau tidak mau menerima tawaran sang politisi yang ketika Pemilu, AJ membidas habis Gerindra dan pak Prabowo.

Nampaknya AJ kepepet terpaksa menyambut uluran tangan dari pihak yang pernah dibidas habis- habisan.
Tendensinya seperti tetangga jenderal yang doyan nempel sana nempel sini dan numpang beken, mengantar dia untuk mencari jalan selamat.

AJ membeku lidah dan jarinya manakala Pigai dengan enteng mengatakan pertemuan itu adalah pertemuan seorang pemimpin dengan seorang rakyat yang datang kepadanya.

Kata Pigai: "... bukan bertemu, tapi ditemui oleh Pak Abu Janda. Saya pemimpin dan intelektual yang sangat rasional dan tidak mungkin saya tolak untuk menerimanya."

"Beliau seperti sowan ke saya. Ya saya mendengarkan. Apalagi saya bukan pelapor," imbuh Pigai.

Lanjut Pigai... "Saya kan pemimpin jadi mendengarkan itu penting. Tidak boleh rakyat menginginkan pertemuan, pemimpin nolak. Pemimpin itu mendengarkan aspirasi siapapun."

Gila, kan?

Hebatkah Pigai?

Jelas.

Namun bukan berarti postingan ini membela dia yang sama embernya dengan AJ. Skor telak ada di tangan Pigai. Dia tahu bagaimana cara menekuk AJ dan mempermalukan orang itu di depan publik. Dan AJ tidak bisa buka mulutnya membalas pernyataan Pigai karena kasus yang membelitnya.

Nampaknya pemanggilan polisi atas kasus evolusi dan Islam arogan menyadarkan AJ bahwa dia bukan orang penting. Dia hanya sekrup yang bisa diganti dengan siapapun. Atau barang yang dibeli putus.

Kita tidak tahu bagaimana perasaan para budak cinta AJ dan Pigai menyikapi pertemuan lucu-lucuan itu. Yang tadinya menganggap, Indonesia akan runtuh jika AJ dipenjara lewat aneka meme dan poster yang mendewakan dia sebagai penjaga NKRI.

Hingga tanpa segan para bucin AJ menyerang siapapun yang mengkritisi junjungannya. Termasuk petinggi dan kiyai terpandang NU, Gusdurian sampai dengan menteri Susi. Sementara para bucin Pigai menganggap dia sebagai pahlawan Papua.

Padahal nyatanya tidak.

Dia justru memegang kunci kapan orang Papua dipermainkan perasaannya dan kapan tidak namun disetir oleh isu lain yang dilontarkan Pigai.

Baca Juga: Antara Abu Janda dan Natalius Pigai

Sekarang para bucin sadar bahwa mereka cuma remah rengginang dan pesorak yang tidak didengar oleh junjungannya. Jadi sudah saatnya untuk tidak menjadi bucin siapapun. Yang baperan habis menganggap seorang sebagai pahlawan. Padahal mungkin dia seorang pecundang.

Kita harus menjadi diri kita sendiri. Agar tidak menari digenderang para influencret. Dan sekarang para bucin boleh menangis dengan ulah mereka berdua.

Bahwa betapa hidup kalian sedemikian dodolnya...
Bahwa ajakan Bu Susi memang benar adanya...

***