Perut manusia itu sebenarnya seperti Perut Bumi. Terdiri dari benda padat, cair, dan gas. Jika gas dan cair dalam perut bumi tidak seimbang (karena kosong), maka terjadilah gempa bumi. Tanahnya bisa bergerak yang kemudian akan menyebabkan longsor.
Keseimbangan dalam perut manusia juga seharusnya seperti perut bumi dengan komposisi terdiri dari 1/3 padat, 1/3 cair, dan 1/3 gas. Jika terlalu banyak padat, maka akan sakit perut, banyak cair akan sering kencing, terlalu banyak gas bakal sering kentut.
Itu berarti perut kita sedang tidak seimbang. Sejarah manusia dahulu, yang pola makannya tak seperti manusia zaman modern. Pola makan manusia “kuno” lebih mirip dengan hewan-hewan purba.
Ada sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah SAW, yang artinya:
“Dari Abu Hurairoh Radhiyallahu‘anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda: Berperanglah niscaya kalian akan mendapatkan harta rampasan perang, berpuasalah niscaya kalian akan sehat, dan bersafarlah niscaya kalian akan diberi kecukupan”. (Hadits Dhaif)
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (Hadits Hasan)
Coba diperhatikan, keduanya mempunyai makna yang sama-sama mengajarkan untuk menyedikitkan makan, atau lebih banyak mengosongkan perut.
Ada beberapa pihak yang mengklaim, sehatnya itu terjadi karena, konon katanya perut diistirahatkan selama sebulan, selebihnya dipakai untuk makan secara terus menerus.
Kelihatannya jawaban yang sering disampaikan oleh para ustadz para bulan ramadlan itu benar, karena alasan itu bersumber dari pendapat para dokter.
Namun sebenarnya secara substansi belum sepenuhnya benar. Lalu apa hubungannya dengan probiotik siklus? Kenapa manusia jaman dulu bisa melakukan seperti sabda Rasulullah itu?
Yang perlu dicatat bahwa di duodenum (usus dua belas jari) manusia itu, bersemayam sekitar 19 juta strain bakteri.
Kalau kita “sengaja” mengosongkan perut kita, maka sekelompok bakteri itu akan keluar dari duodenum, dan akan menyebar ke seluruh lambung dan usus lainnya.
Mereka akan memproses ulang semua potensi nutrisi yang ada di dalam perut, termasuk yang sudah dianggap sebagai sampah.
Mereka akan memproses menjadi nutrisi yang bisa diserap kembali oleh usus, sampai sangat maksimal, bahkan bisa sampai 90% dari potensi nutrisi yang masuk.
Dengan asupan yang sedikit (menurut standar normal), namun terserap sangat maksimal, maka tubuh akan tercukupi asupan nutrisinya.
Di sisi lain, dengan sedikitnya timbunan sampah di usus besar (kotoran manusia, hewan, banyak mengandung zat kimia, ammonia, yang bisa berefek meracuni), maka kadar oksigen di dalam tubuh menjadi lebih baik lagi.
Satu sisi, nutrisi terserap maksimal, sehingga terjadi proses regenerasi sel lebih maksimal dan jumlah oksigen yang memadai.
Di sisi lain, minimalnya timbunan sampah, minimalnya kadar amoniak di usus besar, maka efek berantai berikutnya adalah tubuh manusia menjadi lebih sehat dan kuat bertahan hidup.
Dengan minum probiotik siklus ini secara teratur, hal yang serupa dengan di atas itu akan terjadi pada kita juga. Akan terjadi perubahan pola makan, secara perlahan.
Kalau pola perubahan itu diikuti secara terus menerus, tidak tergoda oleh nafsu pikiran dan nafsu mata, tetapi betul-betul kalau tubuh membutuhkan, maka pola makan kita akan menjadi seperti manusia purba.
Hanya makan kalau lapar, dan makan secukupnya, bukan menuruti nafsu makan!
Sekedar pembanding, harimau, singa, ular, itu hanya akan makan jika lapar. Kalau ada hewan di dekatnya pun, kalau sudah makan, akan tetap dibiarkan. Hewan-hewan itu bisa seperti itu, karena mereka tidak dipengaruhi oleh pikiran mereka nafsunya semata.
Sementara manusia, lebih banyak dipengaruhi oleh nafsunya. Apalagi sudah menjadi mindset mayoritas masyarakat Indonesia, seolah pola makan itu sehari 3x. Pertanyaannya, dari mana pola makan 3x sehari itu?
Dalam probiotik siklus ini, teknologi aplikasi purba yang mengajak manusia modern menjadi menjadi “purba” kembali lagi, dalam artian manusia yang tidak tergoda untuk selalu menuruti nafsunya semata.
Penemu formula ini, dengan teknologi yang dikuasainya ingin menjadikan manusia kembali ke fitrah alamiahnya, sehingga akan menjadi manusia-manusia sehat dan kuat, tak tergantung pola-pola makan yang sengaja dirancang untuk menjauhkan dari ajaran luhur Rasulullah.
Apakah ada dalam ajaran agama Islam, pola makan itu sehari 3x? Orang-orang kuno, yang pola makan nya sangat minimal, makan kalau lapar, tubuh nya sehat, tidak mudah sakit, dan bisa berumur lebih panjang di banding manusia modern.
Kakek nenek buyut kita yang sering puasa/tirakat, banyak berumur lebih dari 80 tahun. Orang-orang zaman dahulu, banyak yang berumur lebih dari 100 tahun.
Bakteri siklus yang Allah sengaja tempatkan pada tubuh manusia, akan membantu sangat maksimal, kalau kondisinya ideal bagi mereka. Kondisi ideal itu, semua sesuai dengan ajaran luhur Rasulullah, 1/3 isinya makanan, 1/3 isinya air, 1/3 udara.
Itu standar maksimal, bukan standar minimal. Kalau manusia sengaja melakukan itu, disertai dengan keyakinan, Allah-lah (Tuhannya) bisa memberikan hidup dengan cara-Nya sendiri, maka manusia akan mampu hidup tanpa makan di luar batas kemampuan manusia umumnya.
Keyakinannya, melebihi batas kemampuan tubuh dan pikirannya. Dan sang penemu formula ini, sudah pernah melakukan hal serupa dengan itu, mampu hidup tanpa makan tanpa minum sampai sekitar 40 hari.
Sehingga, salah satu manfaat dari PS ini adalah untuk perubahan pola makan, jumlah porsi makan, yang pada akhirnya akan diikuti dengan penurunan berat badan.
Pelan-pelan akan terjadi perubahan pola makan, dan porsi makan, sementara aktivitas tidak berkurang, sehingga akan terjadi penurunan berat badan.
Khusus untuk penurunan berat badan, akan lebih cepat kalau konsumsi garam dikurangi sedemikian rupa. Garam yang beredar di masyarakat Indonesia saat ini juga sudah salah kaprah, karena yang dipakai mayoritas adalah garam yang sudah ditambahi yodium.
Garam yang asli, sebenarnya kadar yodiumnya sudah mencukupi kebutuhan hidup manusia. Dengan berbagai rekayasa ilmu, garam yang boleh dan laku dijual, adalah garam yang mengandung yodium.
Justru sejak adanya program yodiumisasi itulah banyak muncul kasus tekanan darah tinggi, ginjal bermasalah, jantung bermasalah.
Di sepanjang pantai utara Madura, ada ribuan hektare tambak garam yang khusus diekspor ke Jepang, yang mana garamnya tidak boleh ada setetes pun yodiumnya. Dan garam original itulah yang dipakai masyarakat Jepang secara menyeluruh.
Jadi, dengan konsumsi Probiotik Siklus ini, akan memungkinkan manusia modern menjadi “purba” kembali, yang hidupnya tidak tergantung pola makan yang diajarkan orang-orang Barat dengan berbagai alasan ilmiahnya.
Guru Tariqat Mursyid, KH Abdulloh Muchith, menambahkan, dalam surah Ath Thalaq 2-3 Allah berjanji: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah para setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (dibukalah pintu-pintu surga) yang membuka Dia-lah Allah Ta'ala. Hanyalah dibuka pintu-pintu surga dikarenakan Allah menginginkan orang-orang memasukinya, terutama pintu yang khusus untuk orang yang berpuasa. Yaitu pintu yang dinamakan Babur Rayyan.
Semoga Allah SWT menjadikan kami dan kalian termasuk orang yang memasukinya. Ditutup pintu-pintu neraka sampai tidak seorang pun ingin memasukinya. Sehingga, diketahui bahwa yang dimaksud dengan sabda Rasulullah ini adalah sebab-sebab masuknya surga dan sebab-sebab masuknya neraka.
Seakan-akan Nabi SAW menginginkan dengan berita yang mulia ini, agar kita bersemangat melakukan ketaatan yang merupakan sebab masuknya surga dan menjauhi kemaksiatan yang merupakan sebab masuknya neraka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews