Sudah banyak dibahas kawan-kawan ada Tjahjo Kumolo pada data ASN, ada Tito yang mengeksekusi, ada Fachrul yang menyimak ceramah, Indonesia bakal sumeringah.
Jangan tergopoh menilai Jokowi, beberapa kali saya kecele bermain catur bathin dengan Jokowi, dan mungkin jutaan orang berprasaan sama seperti saya tentang masuknya Prabowo Subianto (PS) di kabinet.
Siapa projo yang dengan jujur suka dengan PS ada di kabinet, bahkan sampai dia dilantik, jutaan orang hatinya masih meronta tak menerima orang yang punya potensi destruktif merusak negara, kok malah diajak ngurus negara.
Tapi sekali lagi itu pikiran kita, bukan Jokowi, sang penganut win-win solution, bukan win-lose, yang akhirnya bisa jadi lose-lose.
Saya terima banyak inbox dan tidak sedikit di wall rasa kecewa kepada Jokowi kenapa PS dirangkul, ini sama halnya saat Yai Ma'ruf jadi Wapres, sampai ada yang mengungkit bahwa fatwa Yai Ma'ruf saat jadi ketua MUI yang mencelakakan Ahok.
Demikian juga saat Ahok menceraikan Veronica dan menikahi Puput, kita terlalu cepat bereaksi ikut "jahat" dalam menilai orang lain. Sebenarnya kita tau benar itulah politik, tapi selalu tak sadar kita mudah tergelitik, malah reaksi kita bisa memantik.
Memahami dengan kedangkalan pikiran saya yang jauh dari mampu tentang politik bahkan urusan keseharian saja selalu alpa makna. Tapi dengan keterbatasan itu saya menyelami apa yang dilakukan Jokowi adalah sebuah strategi awal yang kenyal, seksi dan sintal. Secara keseluruhan luar biasa, walau pastilah tidak sempurna.
Saya terfokus pada PS dan EP, dua menteri dari Gerindra ini sebenarnya diletakkan dipanggung yang gampang ditonton. Menhan, adalah jabatan yang dimana PS pernah mencemooh Indonesia dalam hal ketahanan, sekarang disajikan di hadapan, dengan itu dia hrs membuat perubahan agar pertahanan Indonesia bisa lebih baik.
EP menduduki kursi ex menteri Susi dengan segudang prestasi, sehingga EP harus membuat terobosan baru atau min bisa melanjutkanyang sudah dijalankan pendahulunya. Bila tidak dia bisa jadi ikan busuk yang dimulai dari kepala, tak gampang menggantikan orang yang jelas hasil kerjanya.
Masuknya Fachrul Rozi di menteri agama dan Tito di mendagri sudah terlihat bagaimana Jokowi mau menggarap kaum radikal yang makin kenyal dan bandal, para kadal ini memang tidak bisa dibiarkan terus merusak tatanan sosial via jualan agama.
Statement FR di Detik bahwa dia bukan menteri agama Islam, membawa angin segar untuk penganut agama lain yang selama ini dianaktirikan, IMB Gereja, Vihara, Pura, tak semudah dibandingkan mendirikan masjid yang bisa kapan saja, di mana saja, gak pakai izin-izin segala.
FR bukan satu-satunya menteri agama yang belatar belakang militer, pernah ada, ada Alamsyah Ratu Prawiranegara yang juga jenderal. Tapi beda atmosfirnya. FR jelas tugasnya, siapa sasarannya. Kita tunggu gayanya, dan kaum radikal mati gaya.
Sudah banyak dibahas kawan-kawan ada Tjahjo Kumolo pada data ASN, ada Tito yang mengeksekusi, ada Fachrul yang menyimak ceramah..dan yang penting Indonesia bakal sumeringah.
Selamat bekerja kabinet Indonesia Maju.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews